52. Takut

217 50 3
                                    


.
.
.
.
.
Jion mendekap Hoshi yang masih terlelap, pemuda tinggi itu merasa bersalah setelah mendengar penjelasan Nyzan. Riku juga sama, pemuda itu langsung berlari ke kamar Hoshi setelah sampai di rumah.

Nyzan sudah memarahi keduanya sebelum mengijinkan mereka menemui Hoshi yang sedang tertidur, jika saja bukan Nadhif yang menghentikan Nyzan, sudah di pastikan jika pemuda itu pasti masih tetap mengomel panjang lebar.

Jion mengelus pipi Hoshi yang terlihat tirus, padahal hanya satu minggu dirinya tidak melihat sang adik.

"Kamu kesepian ya dek? Maafin abang ya, seharusnya abang gak ngejauh, maafin abang." Jion mengecup pipi Hoshi beberapa kali sebelum akhirnya memutuskan keluar dari kamar sang adik.

"Masih tidur bang?" Jion mengangguk saat Riku bertanya.

"Rel, gue sama Nyzan pamit dulu ya." Jion terpaksa mengangguk, dia tau Nadhif pasti akan mencoba menenangkan Nyzan nanti.

"Jangan di tinggal lagi, lebih baik kalian yang ceritain ke dia, di banding dia denger dari orang lain." Jion dan Riku mengangguk.

"Kita salah kan bang?" Jion menghela nafas panjang saat Nadhif dan Nyzan sudah pergi dari rumah nya.

"Iya, kita salah ninggalin Hoshi selama ini, harusnya kita kasih tau dia, bukan sengaja ngejauh kayak gini." Riku jadi merasa bersalah, karena sebenarnya dia lah yang menjauh dari Hoshi lebih dulu.

"Lo udah kabarin mama sama papa bang?" Jion baru ingat jika dia belum memberitahu kedua orang tuanya.

"Belum, sebentar gue kabari mereka dulu."

*****

Kedua netra yang sebelumnya tertutup itu akhirnya terbuka dengan perlahan, tatapan kosong dan bingung terlihat disana.

Pemuda mungil itu meringkuk setelah menyadari jika dia sendirian di kamarnya, netra yang semula kosong itu menjadi berkaca-kaca.

"Ijan... Ijan... Ijan." Ya, Ochi kembali bangun setelah trauma nya kambuh tadi.

"Ijan bohong sama Ochi, Ijan ilang." Ochi menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut, dia tidak menemukan boneka nya di atas kasur, jadi dia hanya bisa meringkuk dan kembali menangis.

"Ijan... Ijan... Ochi takut... Ijan..."

Cklek

Jion yang baru saja masuk ke kamar sang adik, terkejut mendengar isakan pelan dari dalam kamar.

"Adek?"

Sret

Jion segera membuat selimut yang menutupi seluruh tubuh Ochi, dan bisa dia lihat sang adik senang menangis.

"Adek." Jion mencoba menyentuh pundak Ochi, namun dengan cepat Ochi menarik tubuhnya menghindar.

"Pergi... Pergi... Abang jahat... Pergii!!" Jion semakin merasa bersalah saat Ochi menatapnya dengan tatapan terluka.

"Adek, maafin abang ya? Maaf abang gak jawab panggilan adek." Ochi menggeleng kencang.

"Ndak mau... Ndak mau... Pergi... Abang jahat... Ochi takut... Ijan tolong..." Jion terpaku saat tau jika saat ini yang bangun adalah Ochi.

Grep

Jion langsung memeluk Ochi erat, membawa tubuh sang adik keatas pangkuannya. Biasanya cara seperti ini akan berhasil menenangkan Ochi.

"Sssttt iya abang jahat, maafin abang ya? Mau maafin abang kan?" Ochi menggeleng kencang dan kembali memberontak dari pelukan Jion.

"Ndak mau... Ochi ndak mau maaf... Abang jahat..."

Little HoshiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang