.
.
.
.
.
Kavi mengerjapkan matanya saat merasa silau begitu dia membuka matanya, kepalanya terasa pusing dan berdenyut sakit saat sedikit ingatan tentang masa kecilnya kembali terlintas.Kavi menatap sekeliling kamar rawat Hoshi begitu pandangannya normal, dia menyadari jika dirinya tengah berbaring di kaur yang disediakan untuk menunggu pasien.
Kavi perlahan bangkit dari posisinya, duduk di kasur sambil menghadap ke arah ranjang Hoshi. Sebuah helaan nafas lega Kavi hembuskan begitu melihat beberapa peralatan medis sudah terlepas dari tubuh mungil adiknya.
"Aku tadi pingsan ya? Ck, kalau gini gimana aku bisa jagain Hoshi." Kavi bergumam lirih, sambil sedikit meruntuki kondisi tubuhnya.
Kavi berdiam cukup lama di posisinya hingga memutuskan kembali berbaring karena kepalanya yang masih terasa sakit.
Sedangkan di luar ruangan, Hana, Endaru, Riku dan Jion tengah berbicara dengan Leo dan Rico yang baru datang ke jakarta kemarin.
"Kondisi Kavi memang tidak pernah benar-benar sehat om, dari kecil kondisinya beda sama kami, itu kenapa opah Hen sangat menyayangi Kavi." Alis Jion menukik saat mendengar Leo menyebut nama Opah Hen.
"Opah Hen itu kakek angkatnya Kavi kan?" Leo dan Rico mengangguk.
"Opah Hen tau jika Kavi bukan cucu kandung nya sepuluh tahun lalu, opah Hen bahkan pernah berencana mengantar Kavi pada kalian saat Kavi sadar, tapi sayang Kavi tidak mengingat apapun begitu dia sadar sepuluh tahun lalu."
"Apa lagi om Hatta langsung memindahkan Kavi ke manado, opah Hen tetap menyayangi Kavi hingga hari ini, beliau bahkan tetap menulis nama Kavi sebagai pewaris sah nya."
"Bagi opah Hen menyerahkan perusahaan keluarga Aland pada Kavi jauh lebih peta dibanding menyerahkan pada Bian."
"Om Endaru, Kavi itu gak bisa capek, dia juga gak boleh mikir yang berat-berat sejak kejadian itu. Kavi bisa tiba-tiba pingsan kalau dia capek atau panik, dan itu terjadi setelah kejadian itu."
"Kavi itu gampang sakit, tapi dia terpaksa mengabaikan rasa sakitnya supaya dia gak diem di rumah, sejak kecil dia udah gitu. Dia bilang dia males ada di rumah, paling dia cuma di suruh ngawasin Bian kayak bodyguard." Tangan Endaru dan Jion terkepal erat mendengar penjelasan Leo dan Rico.
"Leo, Rico, terima kasih udah jaga Kavi selama ini ya? Kavi beruntung punya temen sebaik dan sepengertian kalian." Leo dan Rico tersenyum tipis saat mendengar ucapan Hana.
"Seharusnya kami yang berterima kasih tante, karena tanpa Kavi kamu mungkin tidak akan seberuntung ini."
*****
Netra hitam nya mengerjap pelan, menyesuaikan diri dengan silau lampu yang dia lihat. Tatapan kosong dan polos terlihat bersamaan begitu kedua mata itu terbuka lebar, kepalanya tertoleh ke kanan dan kekiri, mencari keluarganya yang mungkin ada di sana.
Hingga tatapan itu jatuh pada Kavi yang tengah tertidur di ranjang sebelah, tanpa infus dan selang oksigen seperti yang dia ingat.
Sret
Tangan mungilnya perlahan melepas nassal canula yang dia kenakan, setelahnya menyeret tiang infus nya mendekati tempat Kavi.
"Kak Kavi, kakak baik." Sebuah senyum terlukis di wajah nya yang pucat.
Dengan perlahan Hoshi membaringkan dirinya di sebelah Kavi, memeluk tubuh tinggi sang kakak yang dia rindukan.
Kavi sendiri tidak terganggu saat Hoshi memeluknya, pemuda itu bahkan langsung membalas pelukan Hoshi tanpa sadar.
"Kakak baik... Jangan pergi lagi." Hoshi kembali memejamkan matanya, kembali tidur sambil memeluk tubuh sang kakak.
Cklek
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Hoshi
Fiksi PenggemarKavi Aland Daran, seorang pemuda berusia dua puluh tiga tahun harus meregang nyawa karena kecelakaan saat sedang melakukan balap liar. Namun bukannya beristirahat dengan tenang, Kavi justru terbangun di tubuh seorang remaja berusia tujuh belas tahun...