83. Niat Keenan

486 53 0
                                        


.
.
.
.
.
Keenan membiarkan Hoshi meringkuk didalam pelukannya begitu mereka masuk kedalam mobil, tangan pemuda tinggi itu terus mengelus kepala Hoshi.

Hoshi tidak mengeluarkan suara apapun, tapi Keenan tau jika pemuda itu pasti kesakitan. Tarikan gadis itu pada rambut Hoshi tadi cukup kencang, pasti rasanya sangat perih.

"Sakit ya? Pusing gak?" Hoshi mengangguk kecil.

"Mau abang." Keenan mengangguk.

"Iya kita pulang, Hoshi peluk dulu boneka nya, biarin aku nyetir ya." Hoshi akhirnya melepas pelukannya dari Keenan dan beralih memeluk boneka nya.

"Aku mau bilang abang, dia gila, dia jambak aku, aku mau bilang abang sama kakak baik." Keenan tersenyum tipis saat mendengar gumaman Hoshi.

Pemuda mungil itu bergumam sambil cemberut, bahkan tangannya terus memukul-mukul lengan boneka nya.

"Bang Keenan, dia tadi siapa? Nanti bantuin aku kasih tau abang, biar abang balas." Keenan mengangguk tanpa menjawab.

"Aku kan gak salah apa-apa, kenapa dia jambak aku? Padahal kan ini boneka nya bang Keenan yang dapet kenapa dia bilang aku pencuri, kesel! Kesel!"

*****

"Abanggg!" Hoshi berlari masuk ke dalam mansion nya begitu dia dan Keenan sampai.

Pemuda mungil itu bahkan meninggalkan boneka nya, dan membiarkan Keenan membawa semua boneka nya.

Grep

"Loh kenapa?" Jion terlihat bingung saat Hoshi langsung memeluknya.

"Abang kepala ku sakit, pusing." Jion langsung panik saat Hoshi mengatakan hal itu.

Bukan hanya Jion, karena saat ini ternyata semua sahabat nya sedang ada disana.

"Hoshi kenapa?" Hoshi menoleh saat mendengar suara lembut Nadhif.

"Kak Nadhif kepala ku sakit, tadi ada cewek gila yang jambak rambut ku." Nadhif langsung mengelus kepala Hoshi, tepat dimana tangan Hoshi menyentuhnya.

"Beneran Keen?" Keenan yang baru saja datang mengangguk, tangannya meletakan boneka-boneka milik Hoshi di sofa.

"Iya cewek itu pingin boneka punya Hoshi, bahkan diaa dan kakak nya nawar buat bayarin boneka punya Hoshi." Tangan Jion terkepal, dia marah tentu saja.

"Padahal itu boneka Hoshi, bang Keenan yang dapetin itu. Tapi dia tiba-tiba minta boneka Hoshi abang." Nadhif mendekap Hoshi, berusaha menenangkan pemuda mungil itu, bahkan Nyzan pun sudah mendekat dan menelus kepala Hoshi.

"Siapa mereka? Lo kenal Keen?" Keenan menggeleng.

"Tapu untung nya mereka sempat nyombongin keluarga nya waktu gue gak mau ngelepasin boneka Hoshi." Semua mata tertuju pada Keenan, menunggu yang tertua itu menyebut nama keluarga orang yang berani menyakiti Hoshi.

"Mereka anak-anak keluarga Marwan." Jion tersenyum miring saat mendengar nama keluarga itu, bahkan kepala keluarga itu masih mengemis kerja sama dengan keluarga Gaillard, tapi keturunan nya berani melukai kesayangan Gaillard.

"Hoshi, tenang aja ya, biar abang yang urus mereka. Hoshi duduk sini sama kak Nadhif ya, main boneka nya itu kan banyak." Hoshi menggeleng.

"Pusing, mau tidur aja." Jion menghela nafas panjang.

"Ya udah, ayo kak Nadhif temenin tidur nya." Hoshi mengangguk pelan.

"Titip ya Dhif, gue mau telfon bokap gue dulu."

*****

Jion benar-benar serius menghubungi sang ayah, bahkan meminta sang ayah untuk memutuskan kerja sama dengan keluarga Marwan.

Hal itu jelas membuat bingung Endaru, namun begitu Jion mengatakan jika kedua anak dari keluarga Marwan sudah berani menyakiti Hoshi, maka Endaru tanpa banyak kata memutuskan kerja sama dengan perusahaan keluarga Marwan.

Tidak ada yang boleh menyakiti anak-anak nya, itu adalah prinsip Endaru. Jadi Endaru tidak akan memberikan kesempatan pada siapa pun yang sudah berani putra nya.

Jion menghela nafas kasar, selain khawatir pada Hoshi, pemuda tinggi itu juga khawatir pada Kavi. Adik kembarnya yang saat ini sedang berada di manado itu belum bisa di hubungi, itulah yang membuatnya tidak tenang.

"Jion." Jion menoleh saat mendengar suara Keenan.

"Kenapa?"

"Gue mau ijin buat macarin adek lo." Jion mengernyit.

"Lo mau macarin Hoshi?" Keenan mengangguk.

"Selama lo bisa jaga dia, gue gak ada masalah. Asal jangan sampai lo bikin adek gue nangis, kalau sampai itu terjadi lo bakal berhadapan sama gue, gak peduli lo sahabat gue." Keenan mengangguk.

"Tenang aja, gue janji bakal jagain Hoshi dengan baik. Gue gak akan biarin air mata mya netes, kecuali air mata bahagia." Jion menghela nafas panjang.

"Lo jangan tenang dulu, lo masih harus minta ijin ke Kavi waktu dia pulang nanti. Gimana pun kalau lo serius sama Hoshi, Kavi juga bakal jadi calon kakak ipar lo." Keenan menghela nafas panjang.

"Di banding lo, gue lebih ngeri sama Kavi. Lo tau kan Ji, Kavi gak banyak omong tapi sekalinya bertindak bisa bikin semua orang ketar-ketir. "

"Bahkan soal si ulat bulu itu, lo lihat gimana Kavi merintahin ngehancurin fisik juga mental tuh cewek. Bahkan Kavi gak segan buat ngabisin keluarganya, kalau dulu gue bisa bilang gue ngeri sama lo kalau lo lagi marah, saat ini gue lebih ngeri sama Kavi."  Jion tertawa pelan.

"Lo gak perlu khawatir, itulah guna nya Leo sama Rico ada di sisi Kavi. Dua orang itu kayak peredam buat emosi Kavi, jadi kalau lo minta ijin ke Kavi jangan pas dia lagi sendirian, bisa habis lo sama dia." Keenan berdecak kesal.

"Gue ada rencana bakal ngenalin Hoshi ke keluarga gue Ji, sejak gue cerita yang sebenarnya soal Ratna yang ngefitnah Hoshi, mama gue pingin banget ketemu Hoshi. Apa lagi pas gue bilang kalau gue suka sama Hoshi, makin sering lah mama nyuruh gue ngajak Hoshi ke rumah." Jion kembali tertawa.

"Dapetin dulu ijin dari Kavi, baru lo bisa bawa Hoshi ke rumah lo."

*****

Tbc

*****

Little HoshiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang