68. Balas dendam

252 59 12
                                    


.
.
.
.
.
Hari sudah berganti minggu, dan minggu sudah berganti bulan, namun Hoshi belum juga mau membuka matanya. Pemuda mungil itu masih terlelap bahkan setelah satu bulan berlalu.

Kavi yang sudah bisa berjalan normal hanya bisa menatap sedih pada adik kecilnya itu, ini pertama kalinya dia melihat Hoshi secara langsung dengan tubuhnya sendiri.

Kavi memang hanya sendiri di kamar rawat nya, tentu saja jika Hoshi tidak masuk hitungan.

Semua orang sudah mengenalkan diri pada Kavi, bahkan semua sahabat Jion. Leo sendiri juga sudah mengatakan untuk tidak memaksa ingatannya, meskipun Kavi mengatakan jika ingatannya sedikit demi sedikit kembali.

"Ochi, kapan mau bangun dek?" Ya, panggilan Ochi adalah panggilan yang di gunakan Kavi saat memanggil Ochi sejak dulu.

"Tunggu sebentar ya, nanti kalau aku udah boleh keluar dari sini, aku bakal pastiin cewek itu dapat balasannya."

"Dia harus tau kalau yang akan dia hadapi itu bukan Jion, tapi Kavi." Kavi terus bergumam tanpa sadar jika Jion dan Keenan sudah berdiri diambang pintu.

"Kalau mau kasih pelajaran cewek itu, cepet sehat. Dia ada di tempat dimana orang-orang kayak dia akan di hukum, Riku yang bermain selama ini." Kavi menatap Jion sekilas.

"Sisakan bagian akhirnya buat aku, dia harus tau akibatnya berani nyentuh adek ku." Jion tersenyum dan mendekati Kavi.

"Iya, nanti aku bilang ke papa sama Riku buat stop main sama cewek itu, gimana?" Kavi akhirnya mengangguk dan mulai berjalan ke arah ranjang nya sendiri.

"Kapan sih aku boleh keluar?" Jion melirik ke arah Kavi.

"Lusa, makanya jangan bandel, begadang mulu padahal masih di rumah sakit." Kavi berdecih pelan saat mendengat ucapan Jion.

"Ya bukan mau ku begadang, udah dari sana nya aku insomnia."

*****

Kavi tidak tau jika jauh lebih menyenangkan mendebat Jion sebagai dirinya sendiri ketimbang sebagai Hoshi, karena saat menjadi Kavi dia tidak perlu sungkan pada Jion karena usia mereka sama.

Sedangkan saat menjadi Hoshi, dia harus menjaga tutur katanya agar Jion tidak menganggap Hoshi kurang ajar.

Kavi bangun dari tidurnya dan menemukan semua sahabat Jion sedang ada disana, sepertinya mereka ingin menjenguk si mungil kesayangan mereka yang belum juga sadar.

"Kavi udah bangun, mau makan gak?" Irvin yang melihat Kavi duduk langsung menawarkan makanan, namun di balas gelengan oleh pemuda itu.

"Makasih, tapi belum jam makan." Irvin mengangguk paham, selama sebulan dia mengenal Kavi, dia juga tau jika Kavi hanya akan makan setiap waktu makan.

"Jion, liat hape ku gak?" Jion langsung menunjuk meja di samping ranjang Kavi.

"Aku taruh di laci." Kavi hanya mengangguk setelah mengatakan itu.

"Jangan main hape lama-lama, inget istirahat kalai mau cepet pulang." Kavi menatap sebal pada Jion.

"Aku baru bangun loh ya, baru juga mau pegang hape. Belum aja nih hape aku lempar ke kepala mu Ji!" Jion tertawa, sepertinya menggoda Kavi adalah hobi barunya sekarang.

"Lempar aja kak, bang Jion emang ngeselin." Kavi mengangguk, sepertinya dia bisa berkomplot dengan Riku untuk membalas Jion.

"Bener tuh Kav, lepar aja Jion nya, dia suka ngeselin!" Nyzan ikut mengompori Kavi yang kini sudah fokus pada ponselnya.

"Besok-besok Jion aku lempar pakai sandal." Semua yang ada disana tertawa mendengar ucapan Kavi.

"Kamu lagi ngapain sih dek?" Kavi langsing menoleh pada Jion begitu mendengar Jion memanggilnya dek, sebagai Kavi dia tidak pernah dipanggil dek.

Little HoshiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang