.
.
.
.
.
Tidak ada yang menyangka jika pagi ini yang akan bangun adalah Ochi, karena semalam kondisi Hoshi memang sudah membaik.Ochi merengut saat tau dirinya berada di rumah sakit, dengan tangan yang di tusuk oleh jarum infus.
Si mungil itu hanya diam dengan terus menatap ke arah tangan kirinya, seolah berharap jika infusan itu akan segera di lepas.
"Adek, kenapa tangannya di lihatin terus?" Ochi menoleh pada Hana yang baru saja mendekatinya.
"Perih mama, Ochi ndak mau di jus jus." Hana tersenyum tipis dan mengelus kepala Ochi.
"Kan ini biar adek cepet sembuh, nanti kalau udah sembuh juga di lepas sama dokter Mark." Ochi semakin merengut saat mendengar hal itu.
"Mama, abang?" Ochi akhirnya menanyakan ketidakhadiran Jion pagi ini.
"Abang kuliah sayang, nanti kalau abang bolos dimarahin papa." Ochi mengangguk paham.
"Mama, Ochi mau Ijan!" Hana mengerjap saat Ochi menyebut Ijan.
"Ijan siapa sayang? Bukan mau Sakil?" Ochi menggeleng.
"Ochi mau Ijan, Ijan bisa main, Sakil ndak bisa main." Hana mengangguk.
"Iya, tapi Ijan itu siapa sayang? Kan mama gak tau siapa yang Ochi maksud."
"Ijan temen abang mama, Ijan suka bawain Ochi mainan baru!" Hana akhirnya tersenyum saat mendengar nada ceria Ochi.
"Nanti ya, satu jam lagi kita telfon abang, bilang ke abang kalau Ijan suruh kesini." Ochi mengangguk antusias.
"Hehe... Ochi main sama Ijan!"
*****
"Ijaaaann!!!" Nyzan yang baru saja datang bersama Nafian cukup terkejut saat mendengar pekikan Ochi.
"Tuh Nyzan udah dateng." Hana tersenyum saat melihat kedatangan dua sahabat putra sulung nya itu.
"Siang tante." Nyzan dan Nafian menyapa Hana dengan hormat, mereka bahkan langsung menyalimi ibu dari sahabatnya itu.
"Siang Ochi." Nyzan tersenyum saat Ochi terlihat sangat ceria.
"Siang Ijan, Fifi!!" Ochi membalas sapaan Nyzan dengan semangat.
"Ijan main main!!" Nyzan menggeleng saat Ochi langsung mengajak nya bermain.
"Itu makan dulu, makan nya belum habis kok mau main. Kalau udah habis baru main, Ijan punya boneka baru buat Ochi." Ochi merengut sebentar namun kemudian dengan cepat kembali melahap makan siang nya.
"Buat Ochi?" Nyzan mengangguk.
"Iya, tapi makan nya harus habis dulu."
Di saat Nyzan sedang asik berbicara dengan Ochi, Nafian hanya duduk diam di dekat Hana. Karena dia tau Ochi hanya akan fokus pada satu orang jika dia ingin.
"Nafian." Nafian menoleh saat Hana menyebut nama nya.
"Iya tante?"
"Sejak kapan Ochi sangat dekat dengan Nyzan? Biasanya dia selalu mencari Irvin jika bangun." Nafian mengulas senyum.
"Ochi sepertinya masih kesal pada Irvin tante." Alis Hana menukik saat mendengar jawaban Nafian.
"Kesal?" Nafian mengangguk.
"Irvin pernah memaksa untuk memeluk Ochi padahal Ochi tidak mau karena saat itu Irvin sedang berkeringat." Akhirnya Hana paham kenapa Ochi kesal. Putra bungsu nya itu memang sangat anti dengan orang berkeringat, bau katanya.
"Pantas saja, Ochi memang tidak suka jika di dekati orang berkeringat." Hana mengulas senyum.
"Nafian, terima kasih ya." Nafian menatap Hana bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Hoshi
FanfictionKavi Aland Daran, seorang pemuda berusia dua puluh tiga tahun harus meregang nyawa karena kecelakaan saat sedang melakukan balap liar. Namun bukannya beristirahat dengan tenang, Kavi justru terbangun di tubuh seorang remaja berusia tujuh belas tahun...