.
.
.
.
.
Keenan menjemput Ochi dari rumah sakit seperti janji nya pada pemuda imut itu kemarin, sebagai ganti karena Keenan tidak bisa menjenguk Ochi.Ochi memekik girang saat Keenan lagi-lagi mengikat sebagian rambutnya, karena bagi Ochi itu sangat menarik.
"Abang Kinkin rambut nya di ikat?" Keenan mengangguk saat Ochi bertanya.
"Ochi juga mau abang, ikat rambut Ochi." Keenan menggeleng.
"Rambut Ochi masih pendek, belum bisa diikat. Nanti kalau di ikat rambut Ochi rontok, nanti Ochi botak mau?" Ochi mengerjap.
"Botak kayak upin upin?" Keenan mengangguk begitu pula Jion.
"No no, Ochi ndak mau botak!" Ochi menyentuh kepalanya sendiri dan menggeleng.
"Ndak jadi ikat!" Keenan dan Jion tertawa kecil melihat tingkah Ochi.
"Abang no ketawa ketawa!" Jion segera memeluk Ochi dan mengelus punggung sang adik agar sang adik tidak kesal.
"Iya iya maaf, gimana kalau sekarang Ochi sama abang jalan-jalan?" Ochi yang semula merengut langsung menatap Keenan dengan mata berbinar.
"Ochi boleh beli ice cream abang?" Keenan menunjuk Jion sebagai tanda jika Ochi harus bertanya pada sang kakak.
"Abang Jiji boleh?" Jion mengangguk kecil.
"Boleh, tapi Ochi harus tau beli berapa okey?" Ochi langsung mengangguk.
"Okey, Ochi beli satu ice cream biar ndak sakit perut lagi." Keenan mengepalkan tangannya, menahan agar tidak mencubit pipi Ochi saat ini.
"Les go abang! Ochi mau jalan-jalan!!"
*****
Ochi seharian ini menempel pada Keenan yang tampak tidak keberatan meladeni semua kemauan pemuda mungil itu.
Jion sendiri hanya bisa menghela nafas dan berjalan di belakang mereka, tidak ada yang tau apa yang sedang pemuda tinggi itu pikirkan, karena sedari tadi Jion sering fokus pada ponselnya.
"Abang, Ochi mau bunga!" Keenan mengangguk dan mengajak Ochi masuk ke dalam toko bunga yang berhasil menarik perhatian Ochi.
"Selamat datang." Keenan tersenyum pada florist yang menyapa mereka.
"Ochi mau bunga apa?" Keenan tersenyum tulus saat Ochi menunjuk bunga tulip putih.
"Mau ini, abang boleh?" Keenan melirik ke arah Jion yang tersenyum dan mengangguk.
"Boleh, mbak mau tulip putihnya di bikin bouquet ya." Ochi yang mendengar hal itu langsung menggeleng.
"No no abang!" Florist yang baru saja akan mengambil bunga tulip langsung berhenti.
"Loh terus gimana? Gak mau di buat bouquet?" Ochi menggeleng.
"Ndak mau, Ochi mau satu-satu abang, Ochi mau delapan!" Keenan akhirnya mengangguk paham.
"Mbak, kalau gitu tolong buatkan delapan mini bouquet bunga tulip putih ya? Masing-masing satu tangkai saja, nanti kalau gak sesuai bisa ngambek tuh anak." Sang florist hanya tertawa pelan dan mengangguk.
"Baik kak, silakan tunggu sebentar ya." Keenan mengangguk, setelahnya pemuda itu kembali fokus pada Ochi yang menatap bunga-bunga lain nya.
"Mbak sekalian bouquet mawar nya satu." Keenan menatap Jion bingung saat sahabatnya itu juga meminta bouquet mawar.
"Mau nembak Nadhif lo?" Jion tidak menjawab dan hanya menatap sinis pada Keenan.
"Abang Kinkin, lihat, Ochi kayak bunga ndak?" Keenan menggigit pipi bagian dalam nya saat melihat Ochi memasang pose di antara bunga-bunga yang ada.

KAMU SEDANG MEMBACA
Little Hoshi
FanfictionKavi Aland Daran, seorang pemuda berusia dua puluh tiga tahun harus meregang nyawa karena kecelakaan saat sedang melakukan balap liar. Namun bukannya beristirahat dengan tenang, Kavi justru terbangun di tubuh seorang remaja berusia tujuh belas tahun...