02. Sebuah kesempatan

996 83 2
                                    


.
.
.
.
.
"Kenapa bisa gini?"

"Jion, jelaskan kenapa Ochi bisa jatuh dari tangga?"

"Maafkan Jion ma, tapi Jion juga tidak tau kenapa Ochi bisa jatuh."

"Riku?"

"Maaf ma, Riku juga tidak tau. Riku sedang pergi ke kamar mandi saat mendengar teriakan Ochi."

"Sudah ma, nanti kita tanya ke Ochi aja, tapi tanya nya pelan-pelan."

Suara-suara samar yang terdengar oleh pemuda yang tengah terbaring di atas ranjang dengan kepala terbalut perban itu, membuat sang pemuda membuka matanya perlahan.

Kepalanya sangat sakit, belum lagi tubuhnya juga terasa ngilu di beberapa bagian, namun suara-suara itu semakin mengganggunya.

"Eung... Berisik!" Gumaman pelan dari pemuda itu membuat beberapa orang yang ada di sana langsung menoleh dan segera menghampiri nya.

"Ochi, kamu udah sadar sayang?"

"Ochi, apa yang kamu rasain dek? Pusing? Sakit?"

Pemuda itu mengernyit, terlebih mendengar nama yang di sebut oleh mereka. Netra kembar berwarna hitam itu akhirnya terlihat begitu sang pemuda membuka matanya.

"Kalian siapa sih?"

Deg

Satu pertanyaan dari pemuda itu membuat beberapa orang itu mematung, bahkan satu-satunya wanita disana sudah menutup mulutnya menggunakan tangan karena syok.

"Ochi, ini mama sayang, kamu gak ingat mama?" Alis pemuda itu semakin menukik, seingatnya mama nya tidak secantik wanita dihadapannya itu, dan lagi mama nya tidak pernah berkata selembut itu padanya.

"Ochi siapa yang kalian maksud? Terus tante juga siapa? Lagi pula nama saya itu Kavi!" Pemuda tinggi yang semula berdiri di sebelah sang wanita langsung mendekat pada nya.

Sret

"Iya nama kamu memang Kavi, Kavi Hoshi Gaillard."

Deg

Pemuda itu mematung, bagaimana bisa namanya berubah. Dan lagi dia berada dimana sekarang? Seingatnya dia sedang melakukan balap liar bersama Beni, sebelum Beni melakukan kecurangan hingga motornya terjatuh.

Deg

Deg

Deg

Jantung Kavi berdebar kencang, dia mengingat rasa sakitnya. Rasa sakit akan tamparan orang tuanya, rasa marah pada mereka, juga rasa sakit yang dia rasakan saat tubuhnya terbentur pembatas jalan dan aspal.

"Ugh." Lenguhan Kavi membuat empat orang yang ada dikamarnya khawatir.

"Ochi... Ochi... Kenapa sayang? Mana yang sakit?" Wanita di hadapan Kavi itu terlihat sangat panik, Kavi bisa melihat itu semua.

"Aarrgghh...!" Kavi menjambak rambutnya saat kilasan-kilasan memori asing masuk kedalam kepalanya.

"OCHII!!"

"JION CEPAT PANGGIL DOKTER MARK!!"

Kavi bisa melihat dengan jelas kekhawatiran mereka meskipun pandangannya semakin lama semakin buram, dulu Kavi hanya melihat kekhawatiran di wajah orang tua nya jika berhubungan dengan sang adik.

"Ma-ma." Kavi memejamkan matanya setelah mengatakan hal itu, pemuda itu memilih menyerah akan rasa sakitnya dan membiarkan kegelapan menjadi penenangnya.

"Ochi bangun!! Ochi..."

*****

Kavi menatap sekitarnya yang terlihat sangat asing, sebuah taman bunga dengan hamparan rumput hijau dan danau yang jernih di tengah nya membuat Kavi kagum, jangan lupa hutan yang mengelilingi nya, rasanya seperti berada di surga.

Little HoshiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang