12. Bebek kuning

490 62 6
                                    


.
.
.
.
.
Ochi terbangun dari tidurnya setelah merasakan tangannya dimainkan, pemuda mungil itu terganggu, hingga mencoba menarik tangannya.

"Hei, Ochi, bangun yuk, udah sore loh." Ochi membuka matanya menatap sekilas pada Nadhif yang membangunkannya namun kemudian kembali menutup matanya.

"Ochi, ayo bangun. Mandi terus mam puding." Mendengar kata puding Ochi langsung menggeliat.

"Hng... Ngantuk." Nadhif tersenyum melihat tingkah lucu Ochi.

"Buka dulu mata nya dong, habis mandi nanti boleh mam puding banyak loh." Ochi langsung mencoba membuka matanya lebar-lebar, dan itu terlihat sangat menggemaskan dimata Nadhif.

"Uh mata Ochi gak mau buka kakak tinggi." Nadhif akhirnya tertawa mendengar hal itu.

"Ochi masih mau bobok?" Ochi mengangguk kecil.

"Berarti kak Nadhif bilang ke abang kalau Ochi gak mau main sama bebek ya." Mendengar kata bebek Ochi langsung membuka matanya lebar-lebar.

"No no, Ochi mau mandi sama bebek." Nadhif akhirnya mengangguk.

"Nah kalau mandi sama bebek, ayo bangun, nanti keburu gak di bolehin sama abang." Ochi mengangguk dan segera turun dari kasur nya.

"Kakak tinggi, ayo main bebek sama Ochi." Nadhif jelas terkejut mendengar ucapan Ochi.

"Loh kak Nadhif sudah mandi tadi." Ochi merengut.

"Ndak mandi lagi?" Nadhif menggeleng kecil.

"Ochi mandi sendiri?" Kali ini Nadhif mengangguk.

"Ya sudah, tapi kakak tinggi tunggu Ochi disini." Nadhif kembali mengangguk.

"Iya kak Nadhif tunggu disini." Ochi yang mendengar itu langsung masuk ke kamar mandi, menutup pintu nya meskipun tidak rapat.

Sedangkan Nadhif sudah membuka lemari milik Ochi dan memilih baju yang akan di gunakan oleh makhluk gemoy itu.

Lima belas menit Nadhif menunggu Ochi, hingga akhirnya Ochi keluar dengan berbalut handuk yang cukup besar di tubuhnya.

"Kakak tinggi, Ochi dingin." Nadhif tertawa kecil saat melihat wajah melas Ochi.

"Ya sudah sini pakai baju dulu, pakai minyak telon ya, biar hangat." Ochi hanya mengangguk, menurut pada Nadhif karena dia percaya jika Nadhif orang baik.

"Ochi pakai celananya dulu ya, habis itu baru kak Nadhif kasih minyak telon nya." Ochi menuruti Nadhif seperti menuruti Jion, entah kenapa feeling nya meminta nya melakukan hal itu.

"Sudahhh." Nadhif mendekat dan segera melaburkan minyak telon pada perut, dada dan punggung Ochi.

"Ochi pakai baju ini ya?" Ochi mengangguk saat Nadhif menunjukan baju lengan panjang bergaris-garis hitam putih, yang ternyata cukup kebesaran saat di kenakan Ochi.

"Wah tangan Ochi ilang." Nadhif tertawa saat Ochi sibuk memainkan tangannya yang tenggelam karena lengan baju yang terlalu panjang, sedangkan Nadhif sibuk menyisir rambut lembut Ochi.

"Selesai, ayo sekarang waktunya Ochi mam puding." Ochi mengangguk antusias, hingga membuat Nadhif berusaha keras menahan pekikannya.

"Oh kakak tinggi, mau abang, Ochi takut turun tangga, nanti guling-guling kayak kemarin." Nadhif mengangguk paham, Jion sudah cerita soal jatuhnya Ochi dari tangga dua minggu lalu.

"Gak akan jatuh, nanti kak Nadhif pegang tangan Ochi biar gak jatuh." Ochi menatap lekat pada Nadhif.

"Janji?" Nadhif mengangguk.

Little HoshiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang