.
.
.
.
.
Hoshi tau ada yang tidak biasa dalam dirinya, karena sejak bangun tadi dirinya sama sekali tidak merasakan emosi milik Hoshi asli.Jika biasanya Hoshi akan tetap merasakan emosi asli tubuhnya, namun kali ini tidak, Hoshi merasa jika saat ini dirinya adalah Kavi dengan segala emosi nya.
"Hoshi, lo dimana?" Hoshi menyentuh dadanya sendiri, berharap dia akan merasakan emosi berdebar seperti biasanya.
"Sorry kalau selama ini ternyata gue yang lupa sama lo, lo mau hari ini gue jadi Kavi? Tapi janji sama gue nanti malem balik lagi, rasanya asing kalau gue gak ngerasain emosi lo." Hoshi bergumam pelan sambil menatap kearah cermin.
"Lo janji kita bakal ketemu lagi kalau gue inget soal pertemuan kita, gue harap nanti malam lo dateng dek."
Tok
Tok
Tok
Hoshi segera merapikan penampilannya dan keluar dari kamar mandi saat mendengar ketukan dari luar.
"Udah siap? Ayo berangkat." Hoshi mengangguk saat Jion mengatakan itu.
"Kamu mau ikut mobil abang, atau naik motor sama bang Keenan?" Jion bertanya saat mereka sudah sampai di bawah, berkumpul bersama sahabat-sahabatnya yang lain.
"Sama bang Keenan boleh?" Jion langsung melirik ke arah Keenan yang mengulas senyum.
"Ya udah boleh, nanti kalau sampai duluan tungguin abang sama bang Keenan, okey?" Hoshi hanya mengangguk kecil, pilihan Hoshi sebenarnya membuat Nyzan sedikit sedih, karena tidak bisa memonopoli pemuda mungil itu.
"Bang, nanti aku gak akan ketemu sama medusa itu kan?" Semua yang ada disana serempak menatap ke arah Hoshi.
"Kemungkinan besar sih gak akan ketemu, tapi kalau kamu nunggu di kantin biasanya, bisa aja ketemu." Hoshi langsung mendengus saat mendengar jawaban Riku.
"Kalau dia macem-macem sama kamu lagi nanti bales aja, gak apa. Nanti abang yang urus sisa nya, suapaya dia tau kalau kamu itu cucu kesayangan keluarga Gaillard."
*****
Keenan merasa jika hari ini Hoshi sedikit berbeda, jika biasanya ada tatapan ragu dan takut saat pemuda itu sampai di kampus, saat ini Hoshi tidak menampakan hal itu.
Pemuda mungil itu terlihat tenang dengan tatapan dingin dan wajah datarnya, yang membuat dirinya terlihat semakin manis di mata Keenan.
"Bang Keenan!" Keenan menoleh saat namanya di panggil kencang, begitu pula Hoshi.
"Gak usah teriak-teriak." Keenan mengingatkan Nafian agar tidak berteriak.
"Hehe sorry bang, pagi Hoshi." Hoshi tersenyum dan mengangguk.
"Pagi bang Fian." Nafian tersenyum karena akhirnya dia tidak dipanggil Fifi lagi.
"Jion belum dateng?" Keenan menunjuk ke arah parkiran, dimana mobil Jion baru saja datang, juga Riku yang baru saja turun dari motornya dengan Irvin.
"Lah, kok bareng Nadhif sama Nyzan? Kalian nginep di rumah Jion? Kok gak ajak-ajak ?!" Nafian mengomel saat melihat Nadhif dan Nyzan keluar dari mobil Jion.
"Jangan cerewet ya Nafian, gue harus cepet ke kelas nih, minggir! Nanti sore gue traktir mintchoco dah!" Nafian hanya bisa mengangguk saat Nyzan mengatakan hal itu.
"Oh iya Fian, lo gak ada kelas kan?" Nafian menggeleng.
"Gak ada, hari ini gue libur. Tapi karena Jion bilang Hoshi bakal ikut ke kampus, gue rela dateng ke kampus buat nemenin si gemoy." Hoshi yang mendengar itu langsung merengut, berbeda dengan yang lain yang sudah tertawa.
"Ya udah gue titip adek gue ya, kelas gue selesai jam sebelas nanti." Nafian menggangguk.
"Aman, nanti gue ajak Hoshi buat liat-liat gedung teknik. Dia katanya pingin masuk teknik informatika kan? Nanti gue kenalin ke abang gue." Nafian berucap tenang sambil merangkul pundak Hoshi.
"Ya udah, kita tinggal ya?" Nafian dan Hoshi segera mengangguk.
"Hoshi, jangan nakal sama Nafian ya, kalau nakal abang bakal bilang ke papa buat batal beliin kamu motor." Hoshi langsung mendelik kesal.
"Aku gak pernah nakal!"
*****
"Wah ternyata ada adek pungut Jion disini." Suara nyaring Ratna membuat Hoshi dan Nafian menoleh. Nafian sudah akan mendekati perempuan itu untuk memberinya pelajaran namun Hoshi menahannya.
"Gak usah di ladenin bang, percuma juga abang ngeladenin anjing yang ngegonggong." Nafian menahan tawanya saat Hoshi mengatakan itu dengan tegas, dan bisa di pastikan jika Ratna pasti mendengarnya.
"Apa lo bilang?!" Hoshi menatap Ratna dingin saat perempuan itu menghampirinya dengan beberapa teman-teman nya.
"Apa? Memang saya ada nyebut nama kamu tadi? Kenapa kamu tersinggung? Kamu merasa?" Ratna mengepalkan tangannya, begitu juga teman-teman nya yang mematung mendengar ucapan tenang Hoshi.
"Denger ya anak pungut, lo itu pembawa bencana, gue yakin bahkan keluarganya Jion nyesel udah mungut lo!"
"Tau gak guys, kemarin gue liat dia maling dompetnya Jion, dia juga godain Keenan sama si kembar Nadhif sama Nyzan, terus sekarang dia godain Nafian. Besok siapa lagi? Irvin atau Riku?" Hoshi hanya diam tanpa niat membalas secara langsung ucapannya.
"Gila, cakep sih tapi kok murahan!"
"Yah padahal gue udah gemes, tapi gak jadi deh, masa gue suka sama barang murah!"
"Lo denger itu sialan? Gak akan ada yang belain lo sekarang." Hoshi tersenyum miring, tangannya masih setia menahan tangan Nafian agar tidak melayangkan pukulan pada Ratna.
"Saya gak butuh dibelain, karena saya gak peduli sama komentar kalian atau pun semua orang di sini. Karena apa? Karena saya tidak hidup dari kalian."
"Apa kalian memberi saya makan? Apa kalian menjamin hidup saya hingga saya harus peduli dengan ucapan sampah kalian?" Semua yang ada di kantin tampak terkejut mendengar ucapan Hoshi, begitu juga Nafian.
"Dengar ya Ratna Aureli Wijaya, saya bahkan bisa membuat hidup kamu hancur hanya dengan satu sentuhan jari saya pada ponsel saya, saya selama ini diam bukan berarti saya tidak berani, saya hanya mencoba menghargai wanita dan yang pasti saya menghormati orang yang lebih tua, tapi ternyata kamu tidak kapok juga."
Plak
Wajah Hoshi tertoleh kesamping saat mendapat tamparan dari Ratna.
Sret
"Lo gila hah?!"
"Lo mau Jion tau kelakuan lo sekarang?!" Nafian tidak bisa lagi menahan dirinya saat melihat Hoshi di tampar.
"Bang udah, biar aku urus sendiri." Lagi-lagi Hoshi menahan Nafian yang sudah akan maju.
"Sepertinya Riku benar, bang Jion terlalu longgar padamu."
Tap
Tap
Tap
Hoshi berjalan mendekati Ratna yang mematung saat menyadari tatapan tajam Hoshi padanya.
"Dengar ya, jangan mengganggu saya jika kamu tidak ingin perbuatan mu pada saya sampai ke telinga keluarga mu. Saya yang menahan bang Jion untuk tidak melaporkan jika putri bungsu keluarga Wijaya ini berulang kali mencoba membunuh putra bungsu keluarga Gaillard."
"Saya punya bukti tentang orang-orang yang kamu suruh menyusup ke rumah dan berusaha meracuni saya." Ratna melotot tidak percaya saat Hoshi mengatakan hal itu tepat di telinga nya.
"Jika kamu tidak percaya, maka coba saja. Saya akan selalu menunggu apa yang akan kamu lakukan selanjutnya, tapi ingat, kebaikan saja sudah habis hari ini."
*****
Tbc
*****
Selamat sore
Udah triple up nih...
Lanjut gak?Selamat membaca dan semoga suka
See ya
–Moon–

KAMU SEDANG MEMBACA
Little Hoshi
FanfictionKavi Aland Daran, seorang pemuda berusia dua puluh tiga tahun harus meregang nyawa karena kecelakaan saat sedang melakukan balap liar. Namun bukannya beristirahat dengan tenang, Kavi justru terbangun di tubuh seorang remaja berusia tujuh belas tahun...