.
.
.
.
.
Riku menatap nanar pada Ochi yang sudah terlelap, pemuda itu merasa bersalah karena sudah membentak sepupunya itu tadi siang, beruntung Ochi tidak demam lagi."Riku." Riku menoleh dan menemukan Jion sedang berdiri diambang kamar Ochi.
"Sini, kita ngobrol di luar, biarin Ochi istirahat dulu." Riku menurut, dia bahkan sudah siap jika Jion akan menghukumnya.
"Udah makan?" Riku menggeleng.
"Gue gak bisa makan bang, gak selera." Jion tersenyum.
"Makan dulu, temenin gue. Gak usah takut masalah Ochi, dia udah makan tadi, di buatin nasi goreng udang sama Nyzan." Riku menghela nafas panjang.
"Sorry ya bang, gue kelepasan bentak Ochi tadi. Gue sendiri gak tau kenapa gue kesulut emosi waktu liat Ochi nangis terus, gue takut bang." Jion mengangguk, dia tidak bisa langsung menyalahkan Riku, karena dia tau sepupunya itu pasti akan ikut pusing saat Ochi menangis.
"Iya gak apa, gue paham, lo pasti khawatir sama Ochi." Riku mengangguk.
"Ayo makan dulu, nanti habis itu gue mau ngebahas sesuatu sama lo." Riku menatap Jion lekat kemudian mengangguk.
"Iya bang." Riku hanya bisa mengikuti langkah Jion ke arah ruang makan, sudah ada dua porsi nasi goreng udang, yang seperti nya baru saja dihangatkan oleh bik Indah.
"Makan yang banyak Rik, karena apa yang mau gue bahas kali ini bakal nguras emosi lo."
*****
"Gue tadi gak sengaja ketemu sama dia." Riku mengernyit saat Jion menunjukan sebuah foto dari ponselnya.
"Siapa? Lo kenal bang?" Jion mengangguk.
"Kenal, dia salah satu dari anak-anak itu. Meskipun udh sepuluh tahun, tapi wajahnya gak berubah banyak, dan gue udah sempet minta Nafian buat cari tau siapa dia dan dari fakultas mana." Riku menatap bingung pada Jion.
"Dia salah satu dari anak-anak yang bikin Ochi trauma?" Jion mengangguk paham.
"Udah ada kabar dari Nafian?" Jion menggeleng kali ini.
"Belum, dia pasti butuh waktu buat cari semua itu." Riku menghela nafas panjang.
"Kalau udah ada kabar kasih tau gue bang, nanti gue yang cari tau lebih lanjut." Jion mengangguk.
Brak
Jion dan Riku langsung menolah dan segera bergegas ke kamar Ochi saat mendengar suara gebrakan.
Cklek
"Ochi?"
"Ochi, ada apa?" Jion dan Riku sama-sama panik saat melihat Ochi meringkuk di atas ranjang.
"Riku... Riku... Riku... Ndak boleh pergi... Riku..."
Grep
"Ada apa? Aku disini kok dek." Riku dengan cepat memeluk tubuh Ochi saat sepupunya itu merancau.
"Riku ndak pergi?" Riku menggeleng.
"Gak aku disini sama abang, nungguin adek." Mendengar jawaban Riku Ochi langsung menangis, hal itu membuat Jion tersenyum. Dia tau adiknya tidak akan bisa marah lama-lama dengan Riku.
"Riku... Ochi mimpi Riku pergi, sama kakak baik, jangan.... nanti Ochi sedih." Riku tersenyum dan mengecup pipi Ochi.
"Iya dek, Riku akan terus di sisi Ochi, apapun yang terjadi."
*****
Pagi ini Jion bermaksud membangunkan Ochi juga Riku, namun yang dia temui justru Hoshi. Ini adalah waktu tercepat dimana Hoshi akan bangun, meskipun kondisi Ochi masih kacau semalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Hoshi
FanfictionKavi Aland Daran, seorang pemuda berusia dua puluh tiga tahun harus meregang nyawa karena kecelakaan saat sedang melakukan balap liar. Namun bukannya beristirahat dengan tenang, Kavi justru terbangun di tubuh seorang remaja berusia tujuh belas tahun...