Chapter 42 : Kematian Dalam Purnama Merah

393 68 9
                                    

Shani berkeliling Rumah Rogo, Suasana yang begitu sepi dan temaram. Tidak lama, Adzhania Terlihat menghampiri Shani yang tengah berkeliling.

"Tidak bisa tidur?" Tanyanya.

Shani memberikan senyuman hangat pada gadis itu. Beruntung sekali orang yang menghampirinya adalah Adzhania yang merupakan anak tertua, Shani mungkin tidak akan bisa menahan emosinya, Jika yang menghampirinya adalah Zeanita.

"Mau ku antar berkeliling?" Ucap Adzhania.

"Tentu, Terimakasih." Ucap Shani.

Adzhania, Jika Shani bisa menilai karakter gadis ini, Dia adalah tipe wanita yang memiliki Sisi dewasa yang Feminim. Namun, Entah apa yang membuat Shani merasakan Sifat tersembunyi dari gadis itu. Adzhania membawa Shani ke depan pintu kamar seseorang. Shani melihat Adzhania mengetuk pintu sebanyak Tiga kali, Dan tidak lama, Sang pemilik kamar membukakan Pintu. Shani menahan emosi melihat siapa yang tengah membukakan pintu kamar. Ya, Dia adalah Zeanita.

'Sabar Shan, Sabar. Freya akan marah jika kau tidak bisa menahan Emosi.'

"Hai," Zeanita melambaikan tangan.

"Shani tidak bisa tidur, Jadi aku pikir tidak masalah kalau memperkenalkannya pada Rumah kita." Ucap Adzhana.

"Oh, Tentu." Ucap Zeanita. "Suamimu tidak ikut." Ucapnya dengan nada menggoda.

"Tidak, Dia sedang beristirahat." Ucap Shani tajam.

"Zean, Bersikaplah Lebih sopan." Ucap Adzhania.

"Maaf.." Ucapnya.

"Ngomong-ngomong, Shani. Apa kau suka menari?" Tanya Zeanita.

"Ya, Aku suka." Ucapnya.

"Mau menari bersamaku?" Zeanita menarik tangan Shani, lalu melakukan gerakan Dansa berpasangan. Shani tidak begitu handal dalam gerakan ini, Beberapa kali dia hampir terjatuh, Tapi Zeanita berhasil memperbaikinya. Shani mengerutkan kening tidak mengerti dengan apa yang terjadi.

"Kita lanjut ke kamar adik ketiga." Ucap Adzhana.

Mereka kemudian pergi ke kamar Marshanda, Adzhania mengetuk pintu tiga kali, Dan kamar tersebut terbuka, menampilkan Marshanda Berdiri di depan pintu dengan tatapan dingin dan Sayu.

"Sebentar lagi acara minum teh, Kamu tidak lupa itu kan?" Ucap Adzhania.

Marshanda mengangguk diam. Shani mengernyit, Acara minum teh? Apa maksudnya?

Terakhir mereka pergi ke kamar Angel Christyanita, Si anak Bungsu. Shani Cukup terkejut ketika mendengar suara teriakan dari kamar tersebut.

"Jangan Heran, Adik bungsu kami memiliki Sebuah Phobia yang aneh, Terkadang dia menjerit-jerit ketakutan." Ucap Zeanita.

"Phobia?"

Adzhania mengetuk pintu kamar Angel tiga kali, ketika Pintu berderit, Angel terlihat tampak berantakan dengan tatanan rambut yang kacau. Dia memeluk sebuah boneka beruang Coklat, Sembari merinding ketakutan.
Adzhania segera menarik anak tersebut kedalam pelukannya. Gadis tersebut langsung tenang. Shani bisa melihat perubahan yang signifikan pada gadis itu. Dia menjadi semakin penasaran dengan apa yang terjadi di rumah ini. Apakah Rogo bersaudara ini seorang manusia, Atau mahkluk halus? Shani tidak bisa membedakan mereka.

Mereka kemudian membawa Shani Kesebuah ruangan megah dengan dekorasi aesthetic, Serta Lingkaran lilin merah di atas meja, Tepat di tengah ruangan.

"Kami biasanya melakukan acara minum teh setiap purnama merah." Ucap Adzhania.

"Apa itu merupakan sebuah tradisi?" Tanya Shani.

"Mungkin juga, Hal ini telah di lakukan oleh orang tua kami sebelum kami lahir." Ucap Adzhania.

FRESHAN : Ragnarok ( BOOK 3 )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang