Chapter 61 : Sang Penguasa Muslihat

400 81 19
                                    

Andela yang kini telah terlepas dari samsara rasa sakitnya, Harus menghadapi Bayangan dirinya sendiri di Ruang kesadarannya. Sosok yang dia Lihat, Adalah manifestasi dari Entitas yang berada di dalam Dirinya. Sosok tersebutlah yang telah membunuh Suami dan anaknya. Andela mencengkram Sabit hitam di tangannya, Dan sosok yang Mirip dengan dirinya juga memiliki kekuatan yang sama. Pertarungan mereka akan menentukan, Siapa yang memiliki kendali penuh atas tubuh yang mereka tempati. Andela yang telah mendapatkan kekuatan dan Semangat dari Jiwa anak dan Suaminya, Tidak akan bersikap Lembut pada sosok yang kini sedang dia lawan.

Sementara itu, Freya yang Terhisap kedalam kehampaan, Muncul Secara tiba-tiba di sebuah pekarangan yang megah ditemani langit berbintang. Di depannya, Freya melihat sebuah tangga besar yang terbuat dari batu dan sangat tinggi menjulang ke awan.

Sang penguasa Muslihat.. Gumamnya.

Yang harus Freya lakukan adalah Menaiki tangga di hadapannya, Sedikitpun Freya tidak menoleh ke bawah, Pasalnya jika sedikit saja dia menoleh, Maka tangga tersebut akan Hancur, Dan dia akan terjebak dalam keabadian selamanya.

Setelah pendakian yang panjang, Freya sampai ke sebuah panggung amfiteater (marmer besar bergaya Yunani).  Freya duduk di kursi paling depan dan Menunggu. Kemudian Dia  melihat seorang pria berjubah, berdiri di tengah panggung.  Dia berbicara di sebuah mimbar sederhana.

Pria tua itu mulai berkhotbah seolah ada kerumunan besar—tapi, Freya Berusaha tidak mendengarkan sama sekali, karena tidak satu kata pun yang diucapkannya itu benar. Jika Freya tenggelam oleh ucapannya yang persuaif dan penuh tipu daya, maka pikirannya akan tergerak oleh muslihatnya dan Freya akan jadi budaknya untuk selamanya.

Dalam khotbahnya itu, Freya mulai bertanya saat dia sudah selesai. "Mana kah yang benar diantara perkatanmu?"

Pria itu melihat ke arah Freya dengan ekspresi kesedihan yang besar. Ia kemudian memberitahu Freya sebuah cerita yang menggoncang dasar jiwanya yang paling dalam dengan rasa iba yang hebat. Freya merasakan rasa sedih yang tak terbendung dari setiap ceritanya. Tidak peduli bagaimana caranya Freya mencoba tidak mendengarkan, cerita yang ini tetap mendatangkan kesedihan di jiwanya.

Kemudian dia memberitahu Freya sebuah kebenaran yang sangat penting, Jumlah (Obyek) tidak akan seperti yang diceritakan.

Kemudian dia menunjuk ke arah pintu keluar amfiteater seakan mengusir Freya. Lalu tanpa kepedulian lebih, dia melanjutkan khotbahnya, Mengabaikan sepenuhnya bahwa Freya adalah satu-satunya jemaah yang dia miliki.

Freya berbalik dan berjalan keluar dengan cepat. Karena semakin lama dirinya disitu, Freya mulai bisa melihat pasukan mengerikan, iblis-iblis sinting yang duduk di kursi-kursi amfiteater.

Freya Berjalan ke pintu ke luar secepat yang Dia bisa. ada sebuah buku sihir kuno besar di sebelah pintu. Freya mengambil buku tersebut dan keluar dari pintu. Freya  menemukan dirinya berada di kedalaman laut yang gelap.

Buku sihir yang Dia genggam, dengan halaman-halaman yang ditutup rapat-rapat dan dikunci dengan gembok berlapis baja, adalah objek ke-39 dari 538.

'Jika kau ingin melihat rahasia-rahasia terdalam tentang tipu muslihat, kau harus menemukan kuncinya.'

***

Andela terengah-engah Setelah memberikan beberapa pukulan pada Sosok dirinya. Begitu juga dengan sosok tersebut. Mereka berdua adalah dua jiwa dalam satu tubuh, Kekuatan yang mereka miliki adalah sama. Setiap gerakan yang di lakukan Andela, Dapat di lakukan pula oleh sosok tersebut. Andela merentangkan tangannya ke udara, Dan lingkaran kabut gelap memadat dan membentuk sebuah Tombak hitam. Sosok tersebut juga melakukan hal yang sama, Kedua serangan tersebut saling berbenturan, menciptakan Retakan ruang yang memiliki gravitasi.

Andela Hampir terhisap kedalam retakan tersebut, tapi, Sebuah Tangan keemasan menjadi penopang bagi tubuhnya. Ketika Andela Menoleh, Sosok sang suami tersenyum Hangat di sampingnya. Andela tidak bisa tidak meneteskan air mata. Dia balas tersenyum, Dengan penuh keyakinan. Sabit Hitam yang di milikinya berpendar keemasan, Sosok Entitas dirinya Cukup kesulitan menghadapi Hisapan Gravitasi. Andela Berlari Dan mengayunkan sabitnya, Tepat pada Jantung Entitas tersebut.

Tubuh entitas tersebut Robek, Dan dari Dalam Tubuhnya, Muncul Sebuah Kristal Hitam yang berdetak. Kristal tersebut berfungsi sebagai jantung Bagi Sosok tersebut. Andela mencengkram Erat sabitnya, serangan penentuan ini, Adalah pembalasan dari setiap rasa sakit yang dia rasakan selama ini. Rasa sakit, Karena kehilangan buah hati dan orang yang di Cintainya.

"Lenyaplah!!" Sentak Andela.

Tebasan tersebut berhasil menghancurkan Kristal Hitam. Sosok Manifestasi dirinya, Berteriak Histeris, terbakar oleh Api hitam, Hingga menjadi abu. Sabit besar Andela Terjatuh bersamaan dengan Tubuh Andela yang jatuh berlutut.

"Akhirnya.." Ucapnya dengan sendu.
Sebelum Akhirnya dirinya tidak sadarkan diri akibat lelah dalam pertarungan.

***

"Andela bangunlah.." Andela mengerjap, Dia merasakan basah pada celananya. Dilihatnya, Gita berada di sampingnya. Andela Terduduk pusing, Dia melihat kalau mereka berada di Sisi Pantai, Pakaiannya telah basah oleh Air laut.

"Apakah kita berhasil?" Tanya Andela Menoleh pada Gita.

"Ya.." Ucap Gita.

Andela Menoleh ke kiri dan kanan, "Dimana Freya?" Ucapnya.

"Dia masih belum Muncul, Gerbang Samsara telah hancur, Bersamaan dengan Kerajaan di bawah laut. Kita berhasil sampai ke permukaan, Tapi aku tidak melihat Freya di manapun." Ucap Gita.

Tidak lama, Sebuah Tubuh Mulai Nampak terlihat dari kejauhan. Merangkak ke sisi pantai. Andela Dan Gita bisa mengetahui siapa sosok tersebut. Freya merangkak dengan lemas, Dari dalam Air.
"Freya!!" Dia menoleh Kala Andela dan Gita berseru sembari berlari ke arahnya. Tapi dia terlalu lelah untuk merespon. Freya membaringkan dirinya pada pasir pantai. Menatap langit fajar yang mulai menampakkan Bias.

"Apakah kita menang?" Ucapnya. Saat Andela membaringkan kepala Freya pada Pahanya.

"Ya, Kita berhasil.." Ucap Gita tersenyum sumringah.

Hangatnya mentari pagi, Seperti sebuah asa Untuk memulai Cerita baru. Dunia manusia menyambut Pagi dengan lugu, Tanpa tau Akan sesuatu yang Terjadi Tadi malam. Ketiga orang itu, Berkumpul di Sisi Pantai karang Hawu, Dalam Kondisi lelah. Senyuman mereka merekah, Bersamaan dengan Hadirnya Mentari Fajar, Yang terbangun di ujung cakrawala. Namun, Tidak ada yang menyadari, Kalau Hancurnya Gerbang Samsara, Telah merubah Seorang gadis menjadi Gender yang lain. Hal tersebut terjadi, Karena Fluktuasi Reinkarnasi yang kacau. Lalu, Apa yang akan terjadi, Ketika dia menyadari hal tersebut?

FRESHAN : Ragnarok ( BOOK 3 )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang