Chapter 56 : Pedang Keramat

428 75 13
                                    

"Aku baru tau, Kalau rumah kita memiliki ruang bawah tanah rahasia." Ucap Freya, Dia mengikuti sang ayah berjalan di lorong yang gelap, Dengan penerangan sebuah senter.

"Ayah sengaja menyembunyikannya dari kamu, Sampai waktunya tiba. Dulu, Waktu kamu umur Tiga tahun, Kamu sempat hampir masuk kesini tanpa sepengetahuan Ayah dan Mamah." Ucap Sang Ayah.

"Aku tidak ingat..." Ucap Freya.

"Tentu saja, Karena waktu itu umur kamu masih sangat kecil."

Mereka akhirnya tiba di ujung Lorong, Disana terdapat sebuah Pintu kayu berwarna Putih. Ayah Freya Menyatukan kedua tangannya, dan menunduk di hadapan pintu tersebut. Seperti Meminta ijin pada sesuatu untuk masuk kedalamnya.

Pintu putih tersebut, Terbuka dengan sendirinya. Hawa dingin serta panas, Mulai dirasakan Oleh Freya. Bersamaan dengan hal tersebut, Gejolak energi yang besar, Menguar dari dalam Ruangan. Anehnya, Energi tersebut seakan memanggilnya Freya untuk masuk kedalam.

Sang ayah meminta Freya untuk mengikutinya masuk kedalam. Berbeda dengan Lorong yang baru saja Freya lewati. Ruangan di dalam tersebut, Memiliki Cahaya penerangan yang teramat silau. Di sekeliling ruangan tersebut, Terpasang Kaca-kaca satu arah yang memberikan Efek Kaleidoskop. Freya Bahkan menyipitkan matanya, Sebelum penglihatannya jelas. Di tengah Ruangan tersebut, Tersimpan sebuah pedang panjang, Yang lebih panjang dari Tinggi manusia dewasa. Pedang tersebut memiliki ukiran yang Cantik. Pegangan pedang terbuat dari bahan langka dengan Pola Serigala Yang menopang bilah pedang. Terdapat pula sebuah Lonceng merah di ujung pegangan.

Ayah Freya melakukan penghormatan di hadapan pedang tersebut. Setelah itu, dia meminta Freya Untuk berlutut sembari menengadahkan kedua tangannya. Freya menuruti perintah sang ayah, Dia berlutut sambil menengadahkan kedua tangannya. Sang ayah mengambil pedang tersebut, Lalu memberikannya pada Freya.

Freya berdiri dan menatap pedang tanpa Wadah tersebut lekat-lekat. Bilah tajam pedang Terlihat tajam dan berkilau. Panjangnya melebihi Tinggi tubuh Freya, Dan pedang tersebut sedikit berat. Namun, Di tangan Freya, Pedang tersebut terlihat sangat pas dan nyaman.

"Pedang ini, dibuat oleh leluhur keluarga Kita. Terbuat dari tulang Macan putih yang telah di Keramatkan dari generasi ke generasi." Ucap Sang ayah. "Ayah tidak bisa menggunakan kekuatan dari pedang ini, Tapi kamu berbeda, Kamu memiliki potensi untuk itu. Sekarang pedang ini telah memilih kamu untuk menjadi tuannya, Terimalah.." Ucap Sang ayah.

"Terimakasih ayah.." Freya menunduk Hormat.

"Kamu sudah menguasai tembang Lingsir?" Tanya sang ayah.

Freya mengangguk,"Sudah.." Ucap Freya.

"Coba Gunakan pedang itu, Bersamaan dengan Tembang Lingsir yang kamu nyanyikan. Ikuti gerakan dari kata hatimu. Biarkan Semuanya mengalir seperti air, Dan mengalun seperti angin." Ucap Sang Ayah.

Freya memahaminya, Dia Mulai mencoba menggunakan teknik Pedang tersebut dengan beberapa gerakan Lembut, Bersamaan dengan alunan tembang Lingsir. Dia membiarkan gerakannya Mengalun sesuai dengan kata Hatinya. Freya melemaskan semua organ tubuhnya, Dan membiarkan panca Indra yang menggerakkannya. Ketika Tembang Lingsir yang dia nyanyikan selesai, Gerakannya pun juga selesai. Dan tidak lama, Sosok Kuntilanak setengah Kuda Muncul.

Ayah Freya mengangguk paham, "Kamu sudah bisa mengendalikan tembang itu dengan baik." Ucap Sang Ayah.

Freya memberikan pedang tersebut pada Kuntilanak Untuk dia simpan. Sang kuntilanak Membuka mulutnya lebar-lebar, Dan bahkan terlihat robek. Kemudian mahluk tersebut memasukan Pedang itu dengan mudah kedalam Mulutnya. Dia menunduk Hormat sebelum menghilang.

"Kita kembali, Sudah Saatnya makan malam." Ucap sang Ayah. Freya mengangguk tersenyum lalu mengikuti sang ayah kembali ke atas.

***

"Kamu Kenapa gak nginep aja di sini, Sayang.." Ucap Sang ibu.

"Maaf mah, Tapi Freya tidak bisa. Ada banyak hal yang harus Freya lakukan." Ucap Freya.

Meski terlihat sendu, Sang ibu mengangguk mengerti. "Mamah akan terus berdoa, semoga kamu baik-baik saja." Ucap Sang Ibunda.

"Makasih mah, Freya pamit ya.." Ucapnya mencium tangan kedua Orang tuanya.

"Hati-hati ya.." Ucap kedua orang tuanya melambai.

Di perjalanan menuju apartemen-nya, Freya memikirkan kemungkinan tentang Kitab Samsara yang ayahnya sebutkan. Gerbang Samsara muncul ketika Bulan darah Terjadi, di Laut Selatan. Setahu Freya, Bulan darah Muncul setiap 165 Tahun sekali. Dan jika di hitung lagi, Maka purnama darah selanjutnya akan muncul Besok malam. Freya tidak memiliki banyak waktu, Secepat dia harus merundingkannya dengan Andela mengenai masalah ini. Namun, Dia baru ingat, Selama beberapa bulan ini, Tidak ada pergerakan dari 7 pangeran Neraka. Freya memiliki sebuah firasat buruk mengenai hal ini.

Semoga semuanya baik-baik saja.

***

"Aku pulang.." Ucap Freya seiring dia masuk kedalam apartemennya. Dia tidak melihat Siapapun di sana. Semuanya sepi. Tidak ada tanda-tanda keberadaan Shani Ataupun Feni dan Gita.

"Ci Shani kemana?" Gumam Freya.
"Apa dia sedang pergi keluar ya.."

Freya berfikir mungkin Shani, Feni, Dan Gita, Sedang ada urusan di luar dan lupa Untuk menghubunginya. Freya sudah terbiasa dengan hal tersebut. Jadi dia masuk kedalam kamar tanpa Curiga. Namun, Setelah Dirinya masuk kedalam kamar, Dari belakang, Sebuah tangan Mendorong Freya dan jatuh di Atas kasur. si pelaku kemudian duduk di atas Tubuh Freya sambil melumat Bibirnya.

"Ci, Aku pikir kamu sedang pergi keluar.." Ucap Freya.

"Kalau misalnya aku gak ada, Emang kamu mau ngapain? Mau Ciuman lagi sama Andela?" Ucap Shani sambil Cemberut.

"Bukan begitu..." ucap Freya. Shani sangat mudah salah paham mengenai hal itu. Tingkat Ke Posesifan-nya Semakin hari semakin bertambah.

"Malam banget pulangnya, Darimana dulu?" Tanya Shani dengan nada tajam.

"Ceritanya panjang, Dan aku Juga mendapatkan sebuah informasi yang baru." Ucap Freya.

"Informasi apa?" Tanya Shani.

"Besok saja, Setelah semuanya berkumpul." Ucap Freya.

"Yaudah, Sekarang kamu temenin aku.." Ucap Shani.

"Temenin kemana?" Tanya Freya.

"Aku mau balas dendam sama kamu, Kemarin malam kamu Buat aku sampai pingsan, Sekarang giliran aku yang bikin kamu Pingsan." Ucap Shani, Sembari membuka kaos yang di pakai Freya.

"Yakin? Kemarin aja baru 3 Ronde Cici udah Cape.." Ucap Freya.

"Kemarin aku belum siap, Kamu main Nyosor aja.." Ucap Shani.

Padahal dia duluan yang mulai. Batin Freya.

"Aku bisa dengar ya, Isi hati kamu." Ucap Shani.

Freya hanya tersenyum. Dia membiarkan Shani membuka semua pakaiannya dan melemparkannya ke sembarang tempat. Setelah itu, Shani membuka Pakaiannya sendiri, Dan terlihat belahan dadanya yang besar. Shani Mulai Menciumi Freya dengan liar. Freya tidak melawan, Dia menikmati setiap sentuhan Yang Shani berikan di tubuhnya. Entah berapa Ronde permainan yang mereka lakukan. Tapi yang pasti, Shani-lah yang lebih dulu pingsan akibat permainkan Freya, di Sertai Keringat deras yang mengucur dari tubuh keduanya.

Freya membenarkan Posisi Shani, Karena gadis tersebut rubuh tidak sadarkan diri di atas dada Freya. Freya menaikan selimut setengah dada Shani, Kemudian menjadikan lengannya sebagai bantalan. Tidak lama Freya menyusul Shani ke alam Mimpi Sembari memeluknya. Malam yang indah untuk mereka berdua.

FRESHAN : Ragnarok ( BOOK 3 )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang