Chapter 72 : Bencana Pertama

394 65 8
                                    

"apa Maksud Om? Ci Shani bukan anak kandung?" Tanya Freya.

Ayah Shani mengangguk, "Seperti yang kamu lihat, Kami hanya orang biasa. Shani Menjadi Orang yang sekarang, Mungkin karena Dia berasal dari keluarga yang lain, Sama sepertimu." Ucap Ayah Freya.

"Aku tidak mengerti.." Ucap Freya.

"Biar tante yang Ceritakan," Ucap Ibunda Shani. "Malam itu, Hujan Turun dengan lebih lebat. Saat itu kami hanya memiliki Henri sebagai anak pertama yang berumur 4 Tahun. Kemudian, Seseorang Mengetuk pintu rumah. Saat kami membukanya, Hanya ada Kotak kardus besar di teras Rumah. Namun, Ketika Kami membukanya, Seorang bayi perempuan Tengah tertidur lelap dengan damai. Bayi tersebut terlihat sangat cantik dan Anggun. Di dekat bayi tersebut, Ada sepucuk surat yang di tulis dengan tinta merah. Dalam surat tersebut menuliskan nama Bayi tersebut adalah Shani Indira. Serta,  Surat tersebut mengatakan, Kalau suatu saat nanti, Shani akan menjadi seorang pejuang Bersama Lima orang lainnya. Kami tidak mengerti maksud surat tersebut. Kami memiliki Firasat, Kalau Kami harus merawat Bayi tersebut." Ucap Ibunda Shani.

"Tante tidak melihat, Siapa orang yang meletakan Kotak kardus tersebut?" Tanya Freya.

Ibunda Shani menggeleng, "Tante hanya melihat sekelebat bayangan seorang perempuan berkulit putih berambut panjang dengan Jubah Hitam di balik pohon. Saat itu, Hujan sangat deras, Tante Menganggap kalau Perempuan tersebut hanya halusinasi saja." Ucap Ibunda Freya.

"Ada Ciri-ciri lainnya?" Tanya Freya.

"Di dalam surat tersebut juga terdapat Simbol Lingkaran dengan tiga garis lengkung." Ucap Ibunda Shani.

Lingkaran dengan tiga garis lengkung? Batin Freya.

"Kami Berfikir kalau Bayi itu bukan bayi biasa. Karena kami kasihan, Akhirnya Tante merawat bayi tersebut hingga dewasa, Tante tidak menyangka dia akan tumbuh menjadi gadis yang hebat." Ucap Ibunda Shani.

"Apa Ci Shani sudah tau?" Tanya Freya.

Ibunda Shani menggeleng, "Tante belum siap untuk memberitahunya, Rahasia ini, Hanya Kami saja yang tau." Ucapnya.

"Cepat atau lambat Ci Shani akan tau." Ucap Freya.

Mobil mereka melaju, Hingga Terbitnya sang bulan. Mobil yang di kendarai Freya dan keluarga Shani, Telah tiba di kawasan Merapi.
Disana, Seorang Kakek tua berambut putih Diikat kebelakang, Serta memakai pakaian Mpu jaman Dulu, Tengah menunggu mereka di dekat pohon beringin.

"Itu siapa?" Tanya Khrisna.

"Jangan Takut.." Ucap Freya. Dia kemudian menghampiri Kakek tua tersebut. Kakek tersebut Berlutut Hormat di hadapan Freya.

"Sugeng rawuh, Gusti." Ucap Kakek tersebut.

Freya mengangguk, "Orang tuaku sudah sampai?" Tanya Freya.

"Sudah Gusti, Mereka tengah beristirahat sembari menunggu Gusti." Ucap Kakek tersebut.

Freya kemudian memperkenalkan kakek tersebut Sebagai Eyang Sapu jagad, Pada Keluarga Shani. Meski sedikit Takut, Keluarga Shani lebih mempercayai Freya. Mereka berjalan di tengah hutan, Menuju Keraton Merapi.

Perjalanan terasa Cepat, Dan Mereka sudah bisa melihat sebuah Keraton megah bersinar di puncak merapi. Khrisna dan Henri sampai terpana melihat keraton tersebut. Para prajurit dan petinggi keraton, membungkuk hormat menyambut penguasa mereka.

"Dimana Orang tuaku?" Tanya Freya.

"Mereka ada di Ruang singgasana Gusti." Ucap pengawal.

Freya mengangguk, Lalu mengajak orang tua Shani Keruang Singgasana. Pintu besar yang terbuat dari emas tersebut berderit. Para petinggi seperti Nyai Gadung Melati, Eyang Merapi, Dan yang lainnya Membungkuk hormat terkecuali Orang tua Freya yang nampak senang melihat Putri yang sekarang telah menjadi putranya nampak hadir dan berwibawa.

FRESHAN : Ragnarok ( BOOK 3 )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang