Galang Sakit Part 2

265 26 4
                                    

Rupanya Tania mengantar Galang sampai ke Rumah. Dari sini Tania cukup tau. Ternyata Galang juga berasal dari keluarga berada.

"Jadi ini Rumah lo?" Tanyanya.

"Iya! Makasih, ya! Udah nganterin gue."

Tania tersenyum, "Santai aja, sih! Terus, motor lo gimana?"

"Palingan gue minta tolong temen gue. Lo mau masuk-masuk dulu, gak? Mampir dulu gitu? Mau minum apa? Kopi? Teh? Jus? Atau air putih? Gue siapin." Galang berbasa-basi.

Tania berdecak, "Kan gue gak minum, Galang!"

Galang menepuk jidatnya, "Oh iya! Gue lupa. Terus gimana? Mau mampir dulu? Istirahat?"

Tania terlihat berpikir sejenak, "Gak usah, deh! Jantung gue bermasalah kalo dideket lo." Ucap Tania tanpa sadar.

"Emang vampir punya jantung?" Ledek Galang.

Tania kelabakan. Ia salah berbicara. Kalo Galang geer lagi, gimana?

"Ma‐maksud gue, bermasalah itu karna kita cuma berduaan. Apa kata orang? Kalo mereka ngeliat kita berduaan tanpa pengawasan didalam Rumah? Bisa-bisa kita dituduh yang enggak-enggak." Jelasnya meralihkan perhatian.

Galang mengangguk paham, "Jadi lo mau pulang?"

Tania mengangguk mengiyakan.

"Ya udah! Hati-hati! Maaf, gue gak bisa nganterin lo." Ucap Galang.

"Siapa juga yang mau minta dianterin lo?" Delik Tania.

Sesaat kemudian, gadis vampir itu lekas melesat pergi. Memastikan gadis itu terjauh, barulah Galang memasuki Rumahnya.

Benar! Tak ada orang di Rumahnya. Pantas saja Tania menolak.

"Mamsky kemana? Belanja kali, ya?"

Alhasil, Galang langsung menuju Kamarnya di Lantai dua. Ia benar-benar lelah dan ingin segera berbaring. Tentunya tak lupa mengganti seragamnya dulu menjadi kaos oblong. Siang ini amat panas. Jadi Galang tak perlu mengenakan pakaian yang macam-macam. Seteleh selesai dan semua rapih, laki-laki itu langsung menghambur ke kasur berukuran King Size itu. Sebelum benar-benar tertidur, Galang meraih HPnya. Ia harus mengabari Tino, untuk meminta bantuan agar mau membawakan motornya pulang.

Setelah itu, Galang mulai memasuki dunia mimpinya.

***

Tidur Galang terusik ketika suara dering panggilan masuk di HPnya berbunyi. Ia mengeliat. Mengucek-ngucek matanya guna mencoba menetralkan cahaya yang langsung masuk ke matanya. Begitu sadar sepenuhnya, Galang meraih HPnya. Rupanya telepon dari Tino.

"Hallo?"

"Lang! Gue udah di bawah, nih! Motor lo mau di taruh dimana?" Ucapnya di sebrang sana.

"Ambil kunci Garasinya dulu sini! Di Kamar gue. Masuk aja! Pintu gak dikunci, kok."

"Oke!"

Setelah itu telepon terputus. Galang hanya terdiam menunggu Tino datang. Dalam keadaan sakit kayak begini, Galang malas ngapa-ngapain.

Ceklek...

Galang menoleh begitu pintu Kamarnya terbuka. Tino menyembul masuk dari pintu.

"Mana?" Tanyanya.

"Tuh! Di belakang pintu Kamar gue."

Alhasil, Tino lekas mengambilnya. Namun, bukannya turun lagi, Tino malah lekas mendekat pada Galang. Ia duduk di pinggir kasur.

"Lo kenapa sih, Lang? Gak kayak biasanya."

"Ya, seperti yang lo liat."

Tino lekas menyentuh kening Galang dengan punggung telapak tangannya.

Immortal Creature (GGS Fanfiction My Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang