Malam ini, Nayla termenung di Kamarnya. Ia menimang-nimang lagi akan permintaan Galang tadi siang. Tentang dirinya yang harus bisa menerima Tristan apa adanya jika ia mencintainya. Jujur, Nayla memang mencintai Tristan. Tapi jika Tristan adalah vampir, tetap saja Nayla takut.
Namun, tiba-tiba ia teringat Sissy. Tadi siang, Sissy juga menjelaskan jika ia juga sudah mengetahuinya lebih dulu. Awalanya Nayla marah. Kenapa Sissy menyimpan rahasia ini darinya? Namun Sissy menjelaskan, itu karna keluarga Tristan yang minta. Mereka—terutama Tristan takut, kalau dirinya tak bisa menerima dia apa adanya. Alasan yang cukup masuk akal bagi Nayla. Apalagi, ia mulai percaya pada Galang yang mengatakan jika Tristan adalah vampir baik. Ia tak sedikitpun berniat untuk menyakiti dirinya. Malahan, Tristan bertekad untuk melindungi dirinya.
"Apa gue harus terima Tristan apa adanya, seperti yang diminta oleh Galang?" Gumam Nayla sendirian.
Kenapa Nayla hanya sendirian? Seperti biasa, Sissy lagi bucin dulu sama Digo.
Sementara diluar, Tristan datang dengan melesat. Ia ingin menjelaskan semuanya pada Nayla. Setidaknya jika Nayla tak mau mendengarkan, ia sudah berusaha. Tristan pun langsung menekan tombol bel.
Rupanya suara bel itu terdengar hingga Kamar Nayla. Ia mengernyit bingung. Siapa yang datang? Gak mungkin Sissy, karna Sissy pasti akan langsung masuk. Karna penasaran, Nayla lekas turun dan membukakan pintu.
Diluar, Tristan masih setia menunggu. Ia berharap jika Nayla membukakan pintunya. Hingga akhirnya...
Ceklek...
Tristan menoleh. Rupanya Nayla yang membukakan pintu. Dengan berani, gadis itu menghampiri Tristan.
"Tristan? Kenapa?" Tanya Nayla penasaran.
Tristan tertegun. Cara Nayla bertanya tampak lebih bersahabat daripada tadi siang.
"Nay? Lo udah gak marah sama gue lagi?"
Nayla menghela napas, "Marah buat apa? Gue cuma syok aja tau fakta itu. Secara naluri manusia, siapa sih yang gak takut sama vampir? Tapi, tadi siang Galang udah ngejelasin semuanya sama gue. Dia bilang, kalau gue cinta sama lo, gue harus bisa terima lo apa adanya."
Lagi-lagi Tristan termenung. Lagi-lagi Galang membantu dirinya agar Nayla tak marah lagi. Tristan masih tak habis pikir. Padahal disaat-saat begini, laki-laki itu harusnya membuat Nayla semakin membenci dirinya. Ia akan benar-benar berterima kasih pada Galang nanti.
"Terus gimana?" Tanya Tristan.
"Apanya?"
"Apa keputusan lo?"
Nayla memejamkan matanya untuk meyakinkan dirinya sendiri. Setelah ia merasa yakin, ia membuka kembali dan mengangguk mantap. Tentu ia sadar diri jika ia sangat mencintai Tristan.
"Gue cinta sama lo, Tristan. Sekarang gue bisa terima lo apa adanya."
Tristan menatap Nayla tak percaya. Ia tak menyangka, hal itu yang akan keluar dari mulut gadis itu. Tristan pikir, Nayla akan membenci dirinya selamanya.
"Nay? Lo serius?"
Nayla mengangguk yakin, "Gue serius. Gue sadar, kalo lo emang berniat menyakiti gue, udah dari dulu harusnya lo sakitin gue."
Tristan menatap Nayla terharu. Ia merasa bahagia sekarang. Pasti inilah yang dirasakan Digo pada Sissy kemarin. Tanpa bisa berkata-kata, Tristan membawa Nayla kepelukannya. Nayla pun dengan senang hati menerima pelukan Tristan.
"Makasih, Nay! Lo bener-bener bikin gue bahagia banget malem ini." Ucap Tristan takjub.
"Sama-sama." Ucap Nayla tersenyum, didalam pelukan Tristan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Immortal Creature (GGS Fanfiction My Version)
Fiksi PenggemarGanteng Ganteng Serigala Fanfiction (My Version) Ketika makhluk Immortal hidup berdampingan dengan manusia. Galang dan Nayla adalah dua orang sahabat yang merupakan manusia biasa. Keduanya dekat bahkan saling membutuhkan. Namun, semuanya berubah ke...