Peperangan

92 17 12
                                    

Esok hari telah tiba. Di dalam Hutan pedalaman, kedua bangsa tersebut sudah memenuhi Wilayah perbatasan. Kedua kubu itu saling berhadapan di Wilayahnya masing-masing, sampai waktunya tiba.

Galang menatap bangsa vampir yang ada di hadapannya sana. Keluarga Agra minus Digo, keluarga Vallen. Mereka mengambil barisan paling depan.

Di sisi lain, Thea menatap Galang nanar. Hatinya dilema karna ia harus melawan Galang kali ini. Padahal, ia tak akan sanggup bila nanti akan berhadapan dengan laki-laki itu.

Bukan hanya Thea, Yasha pun menatap Aurel nanar. Peperangan kali ini ada Aurel. Rasanya, Yasha tak akan sanggup untuk melawan gadis yang amat dicintainya itu.

Tatapan Galang yang tadinya teduh seketika terbelalak. Di perkumpulan vampir sana, Galang melihat papsky nya berada dalam barisan. Sanggupkah ia melawan ayahnya sendiri? Di tengah kegundahan hati Galang, Freedom yang berada didekatnya lekas mengusap bahu laki-laki itu. Galang melirik, dan Freedom tersenyum. Senyumannya menyiratkan keyakinan jika Galang dapat mengatasi semuanya.

"Makasih." Lirih Galang dan Freedom mengangguk.

Setelah sekian lama menunggu, perlahan langit mulai menggelap. Bulan mulai menutupi matahari sedikit demi sedikit. Begitu matahari tertutup sempurna oleh bulan, barulah terompet pembukaan perang berbunyi. Menandakan, perang siap dimulai.

"SERANG!"

Kedua bangsa yang saling bermusuhan itu kini berlarian ke depan. Saling menyerang satu sama lain. Melawan dengan brutal tak peduli siapa yang akan meregang nyawa nantinya.

Aurel melawan beberapa bangsa vampir dengan lihai. Semua bangsa vampir yang ia lawan, berhasil menjadi abu. Tentunya karna mereka semua bukan tandingannya.

"Aurel! Gimana? Lo bisa mengatasinya?" Tanya Ray yang tiba-tiba datang. Ia hanya ingin memastikan keadaan Aurel.

"Aman! Lo jangan khawatir. Lo atasi aja bangsa vampir." Ucap Aurel.

Ray mengangguk setuju, "Oke."

Tanpa Aurel sadari, Agra menyeringai menatapnya.

"Jadi, gadis itu telah berhasil kabur? Kali ini, tak akan ku biarkan ia lolos lagi."

Aurel terkejut. Tiba-tiba Agra menghadang. Ia pun segera memasang kuda-kuda untuk berjaga-jaga.

"Aurel. Lama tidak bertemu." Ucap Agra dengan seringaian.

"Agra." Desis Aurel, "Apa maumu?"

"Menghabisimu tentu saja."

Tanpa aba-aba, Agra langsung melayangkan serangan pada Aurel. Aurel pun dengan cekatan mengeluarkan kemampuan bela dirinya. Walaupun keduanya sama-sama kuat, namun tak jarang jika Aurel lebih banyak kalah dibandingkan Agra.

Disisi lain, Yasha terus bertarung melawan serigala-serigala yang terus berdatangan. Begitu mulai tak banyak serigala yang menyerang, kini ia bisa mengedarkan pandangannya untuk mencari lawan. Namun, bukan lawan yang ia temukan. Melainkan pemandangan Aurel yang tengah bertarung dengan Agra yang ia lihat. Yasha menggeleng. Jangan sampai terjadi lagi! Sudah cukup ayahnya itu membuat Aurelnya menderita. Sekarang tidak lagi!

Berkali-kali Aurel terjatuh. Namun kali ini sepertinya Aurel sudah tak berdaya untuk bangkit. Sehingga seringaian yang diberikan Agra semakin lebar. Inilah waktu yang tepat untuk membunuh putri dari Lestat ini.

"Bersiaplah untuk mati, Aurel Putri Lestat!"

Agra mengumpulkan kekuatannya. Sementara Aurel berusaha untuk bangkit. Bagaimana pun juga ia tak mau mati ditangan Agra. Namun...

Bugh...

"Argh!"

Aurel terbelalak. Bukan dirinya yang terkena serangan itu. Melainkan Yasha. Rupanya laki-laki itu pasang badan untuk melindungi Aurel dari ayahnya. Agra pun terbelalak saat melihat oknum yang menerima serangannya itu.

Immortal Creature (GGS Fanfiction My Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang