Kegalauan Perang

422 30 37
                                    

Aurel dan Ray lekas berlari menghambur pada pelukan Lestat. Dengan senang hati, Lestat membalas pelukan kedua anaknya.

Melihat sosok yang ada didepannya, Thea langsung bangkit. Matanya berkaca-kaca menahan rindu.

"Bunda?" Lirih Thea tak percaya.

Lestat menoleh. Ia menatap haru pada apa yang ada dihadapannya.

"Thea?" Lirih Lestat sumringah. Bagaimana pun juga, Lestat juga merindukan putri angkatnya itu.

Membiarkannya bergiliran dengan Thea, Aurel dan Ray lekas melepaskan pelukannya pada sang ibu. Thea pun langsung menghambur memeluk sosok ibu yang pernah merawatnya dari bayi itu, ketika wanita itu mengangkat tangannya meminta pelukan. Tangis Thea seketika pecah.

"Bunda darimana aja selama ini?" Tangis Thea haru.

"Ceritanya panjang sayang."

Merasa sebagai tuan Rumah, Galang dengan inisiatif mempersilahkan Lestat untuk masuk.

"Silahkan masuk dulu, bunda. Masa didepan pintu, sih?" Ucap Galang terkekeh.

Lestat tersenyum menatap Galang. Ia senang ternyata Galang sudah mau menerima kodratnya sebagai manusia serigala. Terakhir kali, Galang masih menolak.

"Galang Putra Hara. Kamu sangat mirip sekali dengannya, nak." Ucap Lestat.

"Siapa?" Bingung Galang.

"Ilalang Putra Hara."

Galang pun kembali terkekeh, "Pasti dong, bunda! Bukankah aku adalah reinkarnasi Ilalang Putra Hara?"

"Jadi kamu sudah mengetahuinya?"

"Sudah, bunda."

Setelah itu, Galang kembali mempersilahkan Lestat masuk dan duduk. Wanita itu menuruti apa yang sudah diarahkan.

"Bunda sempat bingung, ini di Rumah siapa?" Ucap Lestat menatap sekeliling sudut Ruangan.

"Loh, bukannya bunda pernah kesini? Waktu memaksa aku untuk menerima kodratku sebagai manusia serigala? Waktu itu bunda masih bertopeng, bukan?" Heran Galang.

Lestat mengangguk membenarkannya, "Iya! Itu aku. Tapi, waktu itu bunda langsung lewat Balkon Kamarmu. Makanya bunda sedikit asing dengan desain bawah Rumahmu."

"Iya! Tino aja sampe gak ngenalin bunda. Waktu itu, bunda memakai topeng. Makanya, Tino gak mengenali bunda sekarang. Maaf, bunda." Ucap Tino merasa bersalah.

Lestat tersenyum pada laki-laki itu, "Tidak apa-apa, Tino. Justru bunda ingin minta maaf. Karna telah menjadikanmu sebagai bagian dari kami."

"Ck. Bukannya nyesel, dia mah malah menikmatinya bunda. Katanya bisa makan gratis hanya dengan modal berburu." Celetuk Galang yang menciptakan gelak tawa diantara mereka. Kehangatan pun terjadi diantara mereka. Dan Lestat bersyukur akan itu.

"Bunda, selama ini bunda kemana saja?" Tanya Thea khawatir.

"Bunda di tawan oleh Volturi." Ucap Lestat membuat semuanya terkesiap.

"Volturi?"

Lestat menganguk, "Tangan kanan Venossa yang sangat dipercaya oleh Venossa. Bunda dikurung di penjara bawah tanah Istana Venossa. Venossa memang tidak mengetahuinya. Tapi, Venossa sudah mempercayakan semuanya pada Volturi."

Mendengar itu, semua menggeram marah. Terutama Thea.

"Mereka benar-benar jahat." Geram Thea. Dan yang paling Thea sesali adalah, kini dirinya telah menjadi bagian dari bangsa yang jahat itu.

"Thea! Selama ini bunda tau, kalau kamu telah menjadi bagian keluarga Agra." Ucap Lestat menatap Thea lekat.

Di tatap sang bunda begitu, Thea hanya mampu menunduk, "Maafkan Thea, bunda."

Immortal Creature (GGS Fanfiction My Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang