Minta Tolong pada Galang

237 33 20
                                    

Setelah pemakaman pada jasad yang disangka Ken itu telah usai, Galang memilih menyendiri duduk diatas batu besar. Pikirannya jauh menerawang disana, mengingat semua kenangannya bersama Ken. Bukan hanya bersama Ken saja, melainkan bersama Excel, Freedom, dan Kirana juga. Seketika Galang menangis. Pertahanan yang ia tahan akhirnya runtuh juga.

"Kalian dimana? Terutama lo Excel. Bahkan disaat kematian Ken pun, lo gak dateng. Lo gak ada kabar, bikin gue takut kalo lo udah tewas juga. Lalu Freedom dan Kirana, lo berdua dimana? Kalo kalian udah tewas, kenapa gak ada tanda-tandanya kayak Ken? Gue kangen sama kalian semua. Gue kangen masa-masa kita berlima dulu." Ucap Galang lirih. Ia mengeraskan tangisannya.

Galang menatap kearah langit. Seketika bayangan keempat saudara kandungnya itu seolah menatap dirinya sambil tersenyum. Galang semakin menangis melihat itu.

"Mamsky Dewi, Bunda Helen. Kalo emang Ken, Excel, Freedom, dan Kirana udah tewas, tolong jaga mereka buat Galang. Bunda Lestat, kalo bunda Lestat udah tewas juga, tolong jaga Aurel dan Ray anak bunda Lestat yang juga Galang sayangi. Bunda Velove mungkin juga bersama kalian, kan? Kalian bahagialah disana. Tunggu Galang nyusul kalian. Galang sayang kalian semua." Ucap Galang tak sedikitpun menghentikan tangisannya.

Tiba-tiba ada yang mendekap tubuh rapuh Galang. Melihat siapa yang memeluknya, Galang membalasnya. Rupanya itu adalah ayah Hara. Tadi Hara sempat melihat Galang yang memilih memisahkan diri.

"Menangislah sepuas hati kamu, nak. Ayah mengerti perasaan kamu. Hati ayah juga sakit melihat kematian Ken. Ayah tidak terima, dengan siapapun yang telah membunuh Ken. Ayah janji akan membalaskan dendam itu di peperangan nanti." Ucap Hara membara. Namun walaupun begitu, Hara juga menangis. Hati ayah mana yang tidak sakit melihat anak kandungnya sendiri itu pergi mendahuluinya? Apalagi dengan cara dibunuh tragis begitu.

"Ayah, jangan tinggalin Galang juga. Galang takut." Mohon Galang sesegukan.

Hara mengangguk sambil terus mendekap tubuh Galang, "Tidak akan! Ayah tidak akan meninggalkanmu."

Berakhirnya kedua manusia serigala antara ayah dan anak itu saling menangisi anak dan saudara mereka yang telah pergi.

***

Setelah Hara izin pamit karna masih mengurusi beberapa hal tentang Ken, kesinilah pelarian Galang sekarang. Yakni ke Rumah papskynya.

Ting-nong...

Galang tak memperhatikan ketika Puguh menyahut dari dalam. Tatapannya hanya kosong.

Ceklek...

Awalnya Puguh senang ketika melihat anaknya datang. Namun itu berubah menjadi sebuah kekhawatiran ketika ia melihat keadaannya.

"Lang, lu kenapa?" Tanya Puguh khawatir.

Galang tak menjawab. Justru ia kembali menangis lagi. Puguh yang paham pun lekas mengajak Galang untuk masuk.

"Kita masuk dulu, yuk! Kita obrolin didalem." Alhasil, Puguh menggiring anaknya itu memasuki Rumah.

***

Saat ini, Galang menyandar pada sofa dengan lesu. Ia telah selesai bercerita.

"Gak mudah bagi seseorang untuk kehilangan orang yang disayanginya. Apalagi, lu baru aja kehilangan mamsky lu." Ucap Puguh sendu. Ia juga merasa sedih atas kabar perginya Ken. Bagaimanapun juga, Ken masih anaknya yang lain.

"Selama ini, Galang menjadi anak tunggal. Saat Galang tau Galang punya sodara kandung, Galang bisa meyakini jika memiliki sodara kandung itu sangat menyenangkan. Tapi kenapa mereka semua memilih untuk meninggalkan Galang?" Tanya Galang kembali menangis.

Puguh lekas mendekap putranya itu. Ia membiarkan sang anak menangis dalam pelukannya.

"Gak ada yang siap dengan kehilangan termasuk lu. Tapi ini semua sudah menjadi garis takdir. Lu kudu sabar dan ikhlas. Papsky yakin! Ada pelangi setelah badai. Lu tinggal nunggu waktu kapan pelangi itu akan muncul." Ucap Puguh menenangkan, sambil mengusap-usap punggung Galang.

Immortal Creature (GGS Fanfiction My Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang