Thea Pelakunya?

202 22 8
                                    

Setelah makan bersama di Rumah Galang, kelima saudara manusia serigala itu mencoba-coba berkeliling bersama. Siapa tau, mereka bisa mendapatkan petunjuk mengenai kabar keberadaannya Nayla. Namun, sedikitpun tanda-tanda keberadaannya Nayla tak ditemukan. Alhasil, mereka buntu. Rasanya Galang ingin menyerah saja.

Kini, kelimanya pun memutuskan untuk beristirahat sejenak, dibawah pepohonan yang rindang. Ya, kelimanya berada di Hutan. Tentu saja mereka mencari di Hutan. Karna mereka yakin, jika penculiknya adalah vampir, maka tak akan jauh-jauh dari Hutan. Ya, semoga saja.

"Kembali ke pertanyaan gue pas di Rumah lo, lang! Emangnya, lo gak curiga sama keluarga Agra?" Tanya Excel tentang topik yang sama.

Galang termenung. Memikirkan apa yang sekiranya membuatnya curiga.

"Awalnya gue curiga. Tapi, gue rasa bukan mereka pelakunya."

Mendengar itu, yang lain mengernyit bingung.

"Kenapa lo bisa yakin?" Tanya Kirana.

"Tristan mencintai Nayla. Gak mungkin jika dia bisa melukai Nayla. Minimal, kalo dia emang nyulik Nayla bahkan buat keamanannya sekalipun, Tristan pasti kasih tau gue. Karna kita udah saling sepakat dalam menjaga Nayla. Kalo sodara-sodaranya yang lain, mereka gak berani bertindak tanpa persetujuan dari Tristan. Bahkan jika Digo yang paling nafsu sekalipun."

"Tunggu sebentar! Tristan mencintai Nayla? Emangnya boleh, ya?" Tanya Ken.

"Maksud lo?" Bukannya menjawab pertanyaan Ken, Galang malah balik bertanya.

"Bukannya vampir itu dilarang mencintai manusia, ya?" Tanya Ken lagi yang seketika menjawab pertanyaan Galang.

"Kalo serigala?" Tanya Galang waswas. Pasalnya ia juga mencintai Nayla.

"Selama si manusia itu bisa menerima si manusia serigala apa adanya, maka sah-sah saja." Jawab Kirana.

Mendengar itu Galang menunduk. Seketika ia merasa berkecil hati. Mana mungkin Nayla mau menerima dirinya yang sebagai manusia serigala?

"Tapi lo yakin, gak ada yang satu pun diantara mereka lo curigain? Satu orang aja!" Tanya Excel yang masih tak percaya.

Sekali lagi Galang termenung. Memikirkan kembali apa yang telah dicurigai. Seketika ia teringat sesuatu.

"Thea." Gumam Galang.

Entah mengapa, dengan Galang menyebutkan satu nama itu, membuat raut wajah keempatnya menjadi tegang. Tegang yang tersirat kekesalan disana.

***

Pagi ini, Galang begitu terburu-buru datang ke Sekolah. Ia ingin segera bertanya pada Tristan. Ya, setidaknya mereka harus berbicara empat mata.

Dengan duduk diatas motornya, Galang menunggu di Parkiran. Ketika mobil yang ia tunggu tiba, Galang menyeringai. Begitu mereka keluar dari mobil, Galang lekas menghampiri kelimanya. Ia pun lantas menarik tangan Tristan.

"Gue pengen ngomong sama lo sebentar." Tanpa persetujuan dari yang lainnya, Galang membawa Tristan melesat.

"Nih anak lama-lama ngelunjak, ya!" Kesal Digo dan ingin menyusul keduanya. Namun Yasha lekas menarik tangannya.

"Lo mau ngapain? Itu urusan mereka."

"Tapi apa coba? Maksud dia bawa kabur Tristan seenak jidatnya?" Kesal Digo.

"Udahlah, Digo! Selama tak ada masalah, biarin aja." Ucap Liora yang kali ini lebih tenang.

Berbeda dengan Thea yang terdiam. Ia mulai berfirasat sesuatu.

"Jangan-jangan, Galang mau menyampaikan kecurigaan dia soal gue ke Tristan." Ucap Thea dalam hati.

***

Immortal Creature (GGS Fanfiction My Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang