Serigala Baru

201 18 2
                                    

Malam itu, Nayla berjalan sendirian. Ia sehabis belanja di Supermarket yang jaraknya lumayan jauh karna memelurkan ongkos. Karna ia kalab saat belanja, tanpa sengaja ia menghabiskan uang ongkosnya juga. Alhasil, ia pulang dengan berjalan kaki. Tentu itu membuatnya lelah karna jarak yang begitu jauh. Berharap saja ada orang baik yang memberikan tumpangan, namun...

"Hei, Nayla! Lo ngapain malem-malem kayak anak ilang?"

Tobi dengan motor Vespanya datang menyapa. Nayla memutarkan bola matanya malas. Ia memang mengharapkan tumpangan, tapi bukan Tobi orangnya.

"Aduh! Dari sekian banyak orang, kenapa harus lo sih, yang dateng?"

"Kenapa sih lo emangnya, Nayla? Sensi banget. Lo lagi pengen tumpangan? Yaudah nih, gue tumpangin." Tawar Tobi dan tentunya dengan cengiran khasnya.

Nayla mendelik, "Ogah banget. Mending kaki gue gempor daripada harus numpang sama lo."

"Sekate-kate lo Nay! Beneran nih, lo gak mau numpang sama gue? Lumayan loh gratis." Tobi yang terus menawar.

Nayla tersenyum, kali senyumannya terlihat tulus, "Enggak, Tobi! Arah lo sama gue itu beda. Gue gak mau repotin lo."

Tobi mengangguk setuju. Arah mereka memang berbeda. Itu yang membuat Nayla menolak tawaran Tobi. Lalu kenapa Nayla menolak seolah ia ilfeel pada Tobi? Jawabannya karna Nayla hanya bercanda. Bagaimanapun juga, ia dan Tobi itu akrab. Jadi tak salah bukan, kalau mereka saling bercanda?

"Yaudah, gue pulang ya? Hati-hati lo! Udah malem ini."

"Iya, Tobi! Makasih ya, atas perhatian lo." Nayla tersenyum manis.

Tobi tersipu. Bagaimanapun Nayla ini cantik. Cowok mana sih yang gak salting disenyumin kayak gitu, walaupun si cowok itu gak naksir sama ceweknya.

Begitu Tobi pergi, Nayla menggeleng sambil tersenyum melihat kelakuan Tobi.

"Kalau yang dateng Galang, baru gue minta tumpangan. Sekalian gue pengen ke Rumah Tante Dewi." Nayla bergumam kecil.

Disaat Nayla akan melanjutkan perjalanannya, ia melihat Tristan yang hendak akan masuk ke sebuah Rumah yang megah. Yap, posisi Nayla sekarang berada di Daerah Rumah Tristan. Dengan segera ia menghampirinya.

"Tristan!" Panggil Nayla sebelum Tristan benar-benar masuk ke Rumahnya.

Tristan yang baru saja pulang dari Rumah Galang terbelalak. Bagaimana Nayla ada disini? Gawat! Sebelum Nayla mendekat, Tristan segera menghampiri Nayla dan membawa gadis itu menjauh. Bisa-bisa ayahnya itu mencium aroma darah duci Nayla. Kalau itu sampai terjadi, ia tak tau bagaimana caranya untuk melindungi gadis itu.

"Nayla! Apa yang lo lakuin disini?" Tanya Tristan saat ia berhasil membawa Nayla menjauh.

"Gue abis belanja. Terus gue liat lo."

Tristan mengusap wajahnya. Disamping ia mengkhawatirkan gadis itu, ia masih merasa kesal pada Nayla soal tuduhan itu.

"Terus ngapain lo manggil gue?" Tristan mengubah nada bicaranya menjadi dingin.

Nayla menelan salivanya. Apakah Tristan masih marah?

"Gu–gue. Gue mau minta maaf."

Tristan mengangguk, "Kalo lo bakalan ngulangin kesalahan yang sama, lebih baik lo gak usah minta maaf sekarang." Nada bicara Tristan semakin dingin saja.

Mata Nayla berkaca-kaca. Apa sebegitu marahnya Tristan?

"Gue minta maaf!" Nayla menahan tangis.

"Inget ya, Nay! Gue gak suka urusan gue dicampuri oleh orang lain!" Tristan sedikit menggertak. Jujur, ia seperti ini karna ia takut Nayla akan mencari tau tentang dirinya lebih jauh lagi.

Immortal Creature (GGS Fanfiction My Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang