Seoul.
Terakhir kali Sena menginjakkan kakinya disini adalah untuk menemui neneknya yang bahkan hanya memarahinya dan mengusirnya kembali.
Tapi kini berbeda. Dia datang bukan untuk menginjakkan kakinya di rumah besar itu——yang neneknya bilang hanya akan kotor jika dia yang menginjakkan kaki disana.
Sekarang Sena berdiri di depan sebuah gedung. Gedung khusus menyimpan abu seseorang yang sudah meninggal.
Dan Sena berdiri di depan abu ayahnya. Tangannya meraba kaca di depannya, di dalamnya terdapat wadah abu ayahnya dan beberapa foto ayahnya.
Gadis itu tersenyum. "Aku datang ayah."
"Aku selalu merindukanmu. Di setiap langkah dan di setiap waktu." Suaranya mulai tercekat.
Selalu seperti ini. Setiap Sena datang untuk mengunjungi ayahnya, dia tidak pernah sekalipun tidak menangis.
Setiap datang kesini, setiap melihat foto ayahnya yang tersenyum lebar dan setiap dia ingat jika ayahnya sudah tiada. Sena selalu menangis.
Dan tangisannya akan susah untuk berhenti.
"Maafkan aku ayah. Maafkan aku..." Gadis itu mulai terisak.
"Aku tidak akan berhenti untuk meminta maaf padamu. Bahkan sampai aku matipun."
"Maaf. Ayah..."
Sena menutup mulutnya dengan tangannya berusaha menahan suara isakannya. Namun gagal, justru isakannya semakin kencang.
Sena berbalik dengan cepat dan segera keluar. Jika disini terus menerus, maka yang ada tangisnya akan semakin kencang.
"Oh ternyata kau juga masih berani kesini?"
Sena mendongkak saat mendengar suara dingin neneknya. Terlihat ada neneknya dan ibunya.
Seharusnya Sena datang lebih awal sebelum mereka datang. Seharusnya Sena tau jika mereka pasti datang kesini karena ini hari peringatan kematian ayahnya.
Tahun-tahun sebelumnya Sena berhasil untuk menghindari bertemu dengan mereka. Tapi kenapa sekarang dia harus bertemu dengan mereka disini dan di kondisi seperti ini?
Plak!!!
Sena terdiam dengan pipi yang terpaling ke arah kiri. Rasa ngilu menyerang pipinya yang dia yakin kini sudah memerah.
"Sudah kukatakan berkali-kali jangan pernah menyentuh kehidupan keluargaku lagi! Sudah ku katakan berkali-kali pergilah dan jangan mengganggu keluargaku lagi! Apa kau begitu bodoh sampai tidak mengerti ucapanku?!"
"Dan sekarang dengan berani-beraninya kau datang kesini! Untuk apa? Untuk menemui putraku yang sudah kau bunuh?!"
Sena menoleh, memandang ke arah ibunya. Lagi-lagi ibunya hanya diam. Seolah tidak punya nyali apapun jika berhadapan dengan neneknya. Bahkan tidak ada secuilpun nyali untuk membela putrinya sendiri.
Aah Sena lupa. Lagipula wanita itu sudah bukan ibunya lagi.
Sekeras apapun ibunya mengaku jika dia adalah sosok ibu baginya, nyatanya Sena sudah merasa tidak punya seorang ibu.
"Kau sudah memisahkanku dengan putraku! Kaulah penyebab putraku mati! Dan dengan tidak tau malunya kau datang kesini?!"
Penyebab kematian ayahnya.
Ayahnya mati karenanya.
Karena dirinya.
Dan seperti yang dilakukannya di tahun-tahun sebelumnya. Sena selalu terduduk dengan menyembunyikan kepalanya diantara lututnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Animosity
Fanfiction(COMPLETED) Byun Baekhyun, seorang jaksa tampan yang datang dalam kehidupan Park Sena secara tiba-tiba. Dengan semua perkataan dan tingkah manisnya, berhasil meluluhkan Sena. Pesona dan kebaikan pria itu berhasil menarik Sena untuk membuka ruang hat...