Baekhyun memijit pelipisnya. Dia masih berkutat dengan tumpukan dokumen-dokumen yang ada di mejanya.
Junmyeon bangkit dari kursinya dan menghampiri Baekhyun. "Ayo, waktunya makan siang."
Baekhyun beralih pada komputer di depannya. "Kau duluan saja."
"Memangnya kau tidak lapar?" tanya Junmyeon. Baekhyun menggeleng. "Nafsu makanku turun akhir-akhir ini."
Junmyeon mengambil obat yang ada di dekat komputer. "Obat sakit kepala untuk apa?"
"Untukku. Aku sering sakit kepala," jawab Baekhyun tanpa menoleh.
Junmyeon menghela napas. "Kenapa? Stress menghadapi masalahmu?"
"Hm," balasnya. Junmyeon mengambil kursi dan duduk di samping Baekhyun. "Sena masih menjaga jarak denganmu?"
Baekhyun mengangguk. "Dia semakin menjauhiku."
Junmyeon menghela napas, memegang bahu Baekhyun. "Ini sudah 2 bulan, Baekhyun. Apa yang akan kau putuskan?"
"Melepaskan keduanya," balas Baekhyun cepat.
"Kau rela kehilangan Alana lagi setelah bertahun-tahun ini kau kehilangannya?" tanya Junmyeon.
Baekhyun mengangguk. "Dia sendiri yang bilang tidak ingin bersamaku lagi. Karena dia bilang, sejak dia memutuskan pergi 8 tahun yang lalu, dia tidak pernah mempunyai niat untuk kembali padaku lagi."
"Kenapa?" tanya Junmyeon lagi.
Baekhyun menghela napas. "Sudah terlalu banyak luka. Dia bilang, jika aku masih tetap bersamanya. Maka hanya akan mengingatkannya tentang luka lama itu, begitupun denganku."
"Mungkin rasa bersalah itu masih membekas di dalam dirinya sampai sekarang. Dia masih menyalahkan dirinya atas meninggalnya bayi kalian," sahut Junmyeon.
Baekhyun menutup dokumen di tangannya dan beralih mengambil dokumen lain yang ada di rak.
"Dan Sena. Memangnya kau rela kehilangannya?" tanya Junmyeon.
Baekhyun terdiam.
Junmyeon tersenyum samar. "Alana memang bisa dibilang wanita yang sempurna. Dia cantik, dewasa, baik hati dan rendah hati. Dia juga wanita yang lembut dan mudah tersenyum. Itulah mengapa kau jatuh cinta padanya dulu kan?"
Junmyeon memutar-mutar pulpen yang ada di tangannya. "Tapi Sena, dia itu polos, terkadang konyol. Terkadang dia bersikap dewasa, tapi terkadang bisa kekanakkan. Jika Alana tipe orang yang akan memilih tertawa saja saat orang menjahilinya, maka Sena tipe orang yang tidak akan segan-segan memukul atau mencubit orang itu."
"Tapi itu justru yang membuat orang-orang tertarik padanya bukan? Dan juga yang membuatmu tertarik padanya. Aku benar kan?"
"Kau mungkin memang masih mempunyai perasaan pada Alana. Itu wajar, karena dia sudah menjadi istrimu dan juga sudah melahirkan anakmu sebelumnya."
"Tapi aku yakin perasaan itu tidak sebesar perasaan yang kau miliki pada Sena sekarang. Maka dari itu, kenapa kau mengangguk dengan cepat saat aku bertanya apa kau rela kehilangan Alana lagi, tapi kau terdiam dan seolah tidak bisa menjawab saat aku bertanya apa kau rela kehilangan Sena."
"Sadar atau tidak, kau sudah terbiasa dengan tidak adanya Alana dalam hidupmu selama ini Baekhyun. Tapi kau tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya jika Sena tidak berada di dekatmu."
Baekhyun menghembuskan napasnya dan menyimpan kembali dokumen yang hendak dibawanya tadi. Dalam hati membenarkan perkataan Junmyeon.
Junmyeon merapikan beberapa dokumen yang ada di meja Baekhyun. Dia bangkit. "Dan benar kata Seoyon. Malam itu, kau bukan melampiaskan rasa rindumu. Tapi kau melampiaskan amarahmu. Kau marah karena Alana sudah membohongimu selama ini. Kau marah, karena seandainya saja Alana tidak pergi, maka kau mungkin tidak akan berubah menjadi berandalan bahkan sampai menghancurkan hidup seorang gadis."
![](https://img.wattpad.com/cover/129201758-288-k197168.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Animosity
Фанфик(COMPLETED) Byun Baekhyun, seorang jaksa tampan yang datang dalam kehidupan Park Sena secara tiba-tiba. Dengan semua perkataan dan tingkah manisnya, berhasil meluluhkan Sena. Pesona dan kebaikan pria itu berhasil menarik Sena untuk membuka ruang hat...