41 - Sick

22.5K 3K 1.3K
                                    

Duh di chapter sebelumnya kemarin, komentar kalian bener-bener banyak banget yaaa aku syuka. Ga boong wkwk. Sampe aku gabisa bales satu-satu karena tangan ini gempor wkwk, tapi aku baca semua kok, semuanya aku baca.

Aku liat komenan kalian yang seolah-olah kalian masuk ke cerita ini dan kebawa emosi wkwk. Itu berarti kalian dapet feelnya di cerita ini. Alhamdulillah.

Dan juga, makasiii banyak yaa yang udah banyak mengapresiasi cerita ini lewat vote ataupun komen. Terimakasii~

Kuharap kalian betah terus sama ini cerita sampe cerita ini tamat~

⭐⭐⭐

Besoknya Sena sakit. Dia demam.

Baekhyun yang sudah memakai pakaian rapi untuk berangkat bekerja, mengurungkan niatnya dan memilih tetap di rumah.

Baekhyun duduk di sisi ranjang. Tangannya menyentuh lagi dahi Sena yang terasa panas. Sena terpejam, sesekali merintih dan banyak keringat dingin yang keluar.

Pria itu mengelap keringat di leher Sena menggunakan sapu tangannya. Tak lama pintu kamar terbuka, terlihat ibunya yang datang terburu-buru dan langsung menghampirinya.

"Dia sakit?" tanya ibunya khawatir.

Baekhyun mengangguk. "Badannya panas. Tapi dia terlihat menggigil."

Bibi Camelia mengambil kain yang ada di atas nakas. Dia membasahi kain itu dengan air yang ada di baskom kecil, lalu segera meletakkannya pada dahi Sena.

"Sudah di kompres tadi?" tanya ibunya lagi.

Baekhyun mengangguk lagi. "Tapi demamnya tidak turun. Aku sudah memanggil Sehun. Dia akan segera datang."

Bibi Camelia menaikkan selimut yang dipakai Sena. Tapi Sena masih terlihat menggigil. "Bagaimana dia bisa demam seperti ini?"

Baekhyun terdiam. Semalam Sena masuk ke kamar begitu saja. Wanita itu tidak berbicara apapun padanya dan langsung tidur.

Dan paginya, dia panik saat melihat Sena menggigil, sementara seluruh tubuhnya terasa panas.

"Ini sepertinya salahku."

Ibunya menoleh. "Apa?"

Baekhyun menghela napas dan segera bangkit. "Aku ambilkan baju Sena yang baru. Bajunya basah karena keringat."

Baekhyun mengambil baju Sena di dalam lemari dan menyerahkannya pada ibunya. "Aku akan menghubungi Sehun lagi, dan menanyakan dia masih dimana."

Baekhyun hendak keluar dari kamar, tapi ibunya menahannya. "Baekhyun, keputusan ada di tanganmu. Tapi aku hanya meminta satu hal padamu. Aku tidak ingin melihat Senaku menderita lagi."

"Pikirkan baik-baik. Keputusan apa yang akan kau ambil. Kau harus memilih salah satu, jika tidak bisa. Maka tinggalkan keduanya."

"Jangan membuat keputusan salah yang pada akhirnya akan membuatmu menyesal untuk kesekian kalinya. Kau sudah tau jelas bukan rasanya penyesalan?"

Setelah mengatakan hal itu, ibunya kembali beralih pada Sena. Dia melepas kompresan di dahi Sena. "Sena.....ini ibu, ayo bangun sebentar dan ganti bajumu."

Mata Sena masih terpejam. Dia kembali menarik lagi selimutnya. "Ibu.....aku sakit...."

Bibi Camelia mengusap rambut Sena. "Ya, ibu disini. Ibu Camelia-mu ada disini, Sena. Kau jangan khawatir...."

Bibi Camelia menghela napas, karena Sena tak kunjung mau bangun dan hanya tertidur.

Dia menyerahkan baju Sena pada Baekhyun, lalu bangkit. "Kau ganti bajunya. Aku akan buatkan bubur agar Sena bisa memakannya saat bangun nanti. Hubungi juga Sehun, tanyakan dia masih dimana."

AnimosityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang