12 - Men Of The Past

20.4K 2.7K 373
                                    

Sena tak pernah lepas dari pelukan Yixing selama seharian ini. Gadis itu masih menumpahkan semua duka dan kesedihannya, membasahi kemeja yang dipakai Yixing dengan air matanya. Di sampingnya, Yuri pun mencoba untuk menenangkan Sena. Bahkan diapun sama berdukanya dan dadanya terasa lebih sesak melihat pemandangan di depannya.

Apa yang kau lakukan Yuri. Sahabatmu itu sedang berduka. Apa penting untuk cemburu disaat seperti ini?

"Sena. Tenangkan dirimu. Berhentilah menangis. Apa kau ingin minum?" tawar Yuri yang segera mendapatkan gelengan dari Sena.

Sementara Yixing hanya bisa menepuk-nepuk punggung gadis itu, sesekali mencoba menghapus air mata Sena yang seolah tak ingin berhenti untuk mengalir.

Yixing menoleh ke arah Yuri dan memberi isyarat jika dia bisa mengurus Sena. Yuri sontak bangkit dan berpamitan pulang.

Pemakaman sudah selesai, dan Sena masih menangis. Begitupun yang terjadi pada Seoyon yang tak henti menangisi kepergian putranya dan Junmyeon yang berusaha membuat istrinya tenang, meskipun nyatanya dirinya sendiri juga merasakan kesedihan yang amat dalam. Tidak menyangka jika putranya akan meninggalkannya secepat ini.

Baekhyun mendekati Junmyeon, menepuk bahu pria yang sudah satu bulan lebih ini menjadi sahabatnya. Pria itu juga ikut berusaha menenangkan Seoyon yang masih terisak sambil memeluk figura foto William.

"Pulanglah. Sudah malam. Seoyon biar aku saja yang menemaninya. Dia akan baik-baik saja. Lebih baik kau hampiri Sena. Dia juga pasti sangat terpukul dengan kematian William," ujar Junmyeon.

Baekhyun tersenyum getir. Nyatanya seharian ini dia bahkan belum berbicara dan bahkan bersentuhan dengan kekasihnya itu.

Matanya melirik ke arah Sena yang sepertinya begitu nyaman dalam pelukan Yixing. Seolah enggan melepaskannya walau hanya satu detik saja.

"Sena. Berhentilah menangis. Nanti kau sakit. Sekarang kita pulang ya?" bujuk Yixing.

Sena menggeleng dan semakin mengeratkan pelukannya. "Oppa. Aku tidak pernah membayangkan jika aku akan memakai gaun hitam ini lagi. Aku kira aku tidak akan membutuhkannya lagi. Aku...." Gadis itu terisak kembali.

"Sena, dengarkan aku. Berhentilah menangis. William tidak akan bahagia melihatmu seperti ini."

Sena mendongkak sesaat. "Aku bahkan masih ingat senyumannya kemarin malam. Bahkan masih terasa dalam ingatanku bagaimana anak itu tertawa bahagia. Tapi kenapa? Kenapa dia tiba-tiba pergi seperti ini? Kenapa?"

Yixing menghapus satu persatu air mata gadis itu. "Karena Tuhan sangat menyayanginya. Dia tidak ingin William kita terus menerus menahan rasa sakit. Maka dari itu Tuhan mengambilnya lebih cepat."

"Tapi aku masih merindukannya! Aku masih ingin bertemu dengannya!" teriak Sena. Sukses membuat Baekhyun yang semula hendak minum, menoleh kembali ke arah Sena dan Yixing.

Baekhyun dapat melihat Yixing yang terlihat sedikit kewalahan menenangkan Sena. Pria itu bangkit dan mendekat ke arah gadis yang menjadi kekasihnya setelah seharian ini membiarkan gadis itu berada di pelukan pria lain.

"Sena-ya...," panggil Baekhyun. Tapi gadis itu tidak menoleh dan kembali menangis memeluk erat Yixing dengan tidak tau malu di depannya.

"Kau mau pulang? Soal Sena biar aku yang mengantarnya pulang," sela Yixing.

Baekhyun menoleh ke arah Yixing. "Tidak. Aku yang akan mengantarnya," kata Pria itu sembari langsung menarik lengan Sena untuk berdiri dan menjauh dari Yixing.

"Kita pulang, hm?" bujuk Baekhyun, menyampirkan sebagian rambut Sena dan menghapus air mata gadis itu.

"Sudah kubilang, aku yang akan mengantarnya," sela Yixing. "Dia bahkan masih menangis."

AnimosityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang