Epilog

21.4K 2.6K 1.4K
                                    

80 tahun kemudian.

Gadis itu terbangun. Dia terdiam beberapa saat sebelum akhirnya menyembunyikan wajahnya pada bantal.

Aah mimpi itu lagi. Sebenarnya mimpi apa itu? Seolah mimpi itu memang pernah terjadi di masa lalu.

"Sena! Mau sampai kapan kau tidur? Lihat jam! Kau mau terlambat sekolah?!"

Suara teriakkan ibunya terdengar membuat gadis yang dipanggil Sena itu langsung bangkit. Dia melirik ke arah jam dinding. Astaga! Dia telat!

"Oh Sena!" terdengar lagi teriakkan kencang ibunya.

"Iya ibu! Aku bangun!" balasnya tak kalah kencang.

Setelah selesai mandi, gadis itu terburu-buru memakai seragamnya. Dia menguncir rambutnya, dan segera memakai sepatu.

Dia berlari menuju pintu kamar. Namun saat hendak membuka pintu, dia menepuk dahinya. Astaga, tasnya ketinggalan.

Dengan cepat dia membawa tasnya dan berlarian turun ke bawah.

"Terlambat bangun lagi, nona tukang tidur?" sindir ayahnya yang sedang membaca koran sambil meminum kopi.

Ibunya mengoleskan selai coklat pada roti, lalu memberikannya pada anak perempuannya itu.

Sena menggigit roti itu dengan terburu-buru sampai mulutnya penuh.

"Kau berangkat dengan ayah saja, sekalian ayah ke kantor. Aku tidak mau ikut-ikutan terlambat karena menunggumu," ujar seorang pria yang memakai seragam yang sama sepertinya.

Sena menelan kunyahan rotinya. "Aku akan menghabiskan ini dengan cepat."

"Ck lama. Sudahlah aku duluan." Pria itu segera bangkit dan mengambil tasnya.

"Aku berangkat sekolah dulu," pamitnya pada ibu dan ayahnya.

"Belajar yang benar! Jangan sibuk mengencani banyak gadis!" seru ayahnya membuat Sena tertawa mengejek saudara kembarnya itu.

"Willis! Tunggu aku!" teriak Sena saat saudara kembarnya itu benar-benar keluar dari rumah.

Dia meminum susu dalam gelas setengahnya lalu berpamitan pada ayah dan ibunya sebelum akhirnya berlari secepat kilat mengejar pria bernama Willis itu.

Sementara ayah dan ibunya hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat kelakuan anak-anaknya.

Sena masuk terburu-buru ke dalam mobil. Willis berdecak lalu menyerahkan tisu saat melihat sudut bibir Sena penuh dengan selai coklat.

"Lain kali bangun lebih awal, nona pemalas," ujarnya.

Sena menelan kunyahan terakhir rotinya, lalu mengambil tisu dari Willis dan membersihkan bibirnya.

"Cepat jalankan mobilnya! Kau mau kita semakin terlambat?" tanya Sena.

Willis melirik ke arah Sena. "Kau pikir siapa yang membuat kita terlambat?" ujarnya segera menjalankan mobilnya.

"Willis, sepertinya ada yang aneh pada diriku."

Tanpa menoleh dan masih mengemudi, Willis menjawab. "Aneh bagaimana? Bukannya kau memang aneh?"

"Aish. Bukan seperti itu!" balas Sena.

"Aku selalu bermimpi hal yang sama. Bermimpi kejadian yang seolah sudah terjadi di masa lalu. Dan aku melihat diriku sendiri ada di mimpi itu. Namaku memang Sena. Tapi di mimpiku itu namaku Park Sena, bukan Oh Sena."

Willis mengernyit bingung.

Sena mendekat. "Dan kau tau? Aku juga melihatmu di mimpi itu. Tapi namamu bukan Willis. Kau Oh Sehun. Dan kau menyukaiku. Ah maksudku menyukai gadis bernama Park Sena itu."

AnimosityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang