28 - Hurt

23K 2.8K 1K
                                    

Baekhyun terbangun saat mendengar suara alarm dari ponselnya. Lehernya terasa sakit karena dia tertidur dengan posisi duduk di depan meja pantry.

Dia mengerjapkan matanya beberapa saat, kepalanya terasa berdenyut akibat beberapa botol wine yang diminumnya semalam.

Dia menyentuh keningnya yang terluka. Bahkan darah di keningnya sudah mengering.

Dan pikirannya langsung tertuju pada Sena. Bagaimana keadaan wanita itu setelah mengamuk semalaman di kamarnya?

Baekhyun naik ke lantai atas dan membuka pintu kamar Sena. Kali ini pintunya tidak di kunci.

Pemandangan pertama yang dilihatnya adalah kondisi kamar yang tidak bisa disebut sebagai kamar lagi.

Barang-barang berserakan dimana-mana. Bahkan banyak barang-barang yang pecah.

Baekhyun sama sekali tidak mengkhawatirkan barang-barang di rumahnya yang hancur sudah tidak terbentuk lagi, yang dia khawatirkan adalah apa wanita itu terluka?

Pandangannya beralih pada Sena yang tengah terduduk, menatap ke luar jendela.

Baekhyun mendekat dan merengkuhnya dari belakang. "Sudah minum obat?"

Sena tidak membalas ataupun menolak pelukan pria itu. "Apa kau tidak bosan menanyakan pertanyaan yang sama setiap waktu? Aku saja sudah muak."

"Aku muak dengan obat-obat pahit itu. Dan aku juga muak denganmu."

Baekhyun melepaskan pelukannya, dia bergeser, menunduk di depan Sena. Ibu jarinya menyentuh luka di telapak tangan Sena. Dia juga melihat ada beberapa luka di kaki Sena. Pasti terkena pecahan barang yang wanita itu pecahkan sendiri.

Baekhyun menghela napas. "Minum obatmu terlebih dahulu. Lalu setelah itu aku akan mengobati lukamu."

Dan saat pria itu memberikan gelas dan obatnya. Sena langsung melemparnya.

Prakk!!

"Sudah kubilang aku sudah muak dengan obat pahit itu!" teriak Sena.

"Lalu apa maumu?" balas Baekhyun.

Baekhyun mengambil pecahan dari gelas itu dan memberikannya pada Sena.

"Kau ingin menghukumku?"

"Kau bilang kau muak padaku. Ayo hukum aku. Kau bisa membunuhku."

Baekhyun menunjukkan tangannya pada Sena. Dia menunjuk urat nadinya. "Ayo bunuh aku, Sena."

Sena mencengkram pecahan gelas itu yang otomatis membuat telapak tangannya terluka dan mengeluarkan darah.

"Itu tidak cukup? Apa perlu aku bawakan pisau?" tanya Baekhyun.

"Kau bilang kau benci padaku. Kau tidak ingin bersamaku. Kau muak padaku. Dan kau bilang bahkan jika aku berlutut sampai aku mati pun, kau tidak akan memaafkanku. Lalu untuk apa aku hidup? Bunuh saja aku, lagi pula tidak akan ada orang yang merasa kehilangan atas kematianku."

"Karena diam-diam selama ini pun aku selalu merasa ingin mati. Sama sepertimu yang sudah merasa tidak tahan untuk hidup, aku pun seperti itu."

"Setiap aku melihatmu. Rasa bersalah itu selalu menggerogoti diriku. Setiap melihatmu menangis, rasa bersalah itu semakin bertambah setiap harinya. Bahkan rasa bersalah itu semakin menjadi-jadi disaat sekarang aku benar-benar sudah tau jika kau bukan pelakunya."

"Meskipun tidak ada bukti. Penjelasan Sehun sudah cukup sebagai bukti bagiku."

Baekhyun memegang bahu Sena. "Sama sepertimu yang tidak bisa melupakan kejadian 7 tahun yang lalu. Aku pun seperti itu."

AnimosityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang