59 - A Small Lie

22.2K 2.7K 574
                                    

"Ayah datang...." Baekhyun meletakkan satu buket bunga di atas pusara kecil yang merupakan pusara anak pertamanya.

"Kau tidak marah karena ayah jarang menemuimu kan?"

"Maaf. Ayah sama sekali tidak melupakanmu. Tapi adikmu itu memang sedikit membuat ayah sibuk selama ini."

"Kau benar-benar tidak marah kan? Tentu saja kau tidak akan marah hanya karena ayah sibuk mengurus adik perempuanmu. Kau itu anak ayah."

Baekhyun tersenyum. "Ayah merindukanmu. Selama beberapa hari ini kau selalu muncul dalam mimpi ayah. Apa kau juga merindukan ayahmu ini?"

"Jika kau masih hidup, mungkin sekarang umurmu sudah hampir 10 tahun?"

"Ayah jadi penasaran. Kira-kira secantik apa dirimu?" Baekhyun terkekeh. "Ayah yakin kau pasti sangat cantik."

"Kau....tidak kesepian disana kan? Ayah sudah meminta paman Yixing untuk menjagamu disana."

"Baik-baik disana bersama paman Yixing ya. Ayah yakin paman Yixing akan menjagamu dengan baik."

"Jangan khawatir. Ayah disini selalu merindukanmu."

"Terimakasih karena sudah hadir dalam hidup ayah meskipun hanya sebentar. Ayah menyayangimu. Sangat menyayangimu."

***

Tangisan Cheonsa memenuhi ruang tengah sejak 15 menit yang lalu. Anak itu awalnya marah-marah karena ayahnya tak kunjung pulang padahal sebelumnya sudah berjanji akan pulang lebih awal untuk mengajaknya jalan-jalan.

"Sudah menangisnya. Daddy pasti masih ada pekerjaan. Nanti juga pulang," bujuk Sena.

"Daddy lama sekali! Katanya mau jalan-jalan bersama Cheonsa, kenapa tidak pulang-pulang?" seru Cheonsa yang masih menangis di pangkuan Sena.

Sena melirik ke arah jam dinding. Wajar anak itu kesal. Ini sudah hampir jam 7 malam dan anaknya itu sudah menunggu Baekhyun pulang selama 2 jam.

"Kenapa tidak hubungi lagi saja Baekhyun? Tanya apa dia sudah di jalan pulang?" tanya ibu mertuanya yang kebetulan berkunjung ke rumah sejak tadi siang.

Sena meraih ponselnya. Dia mencoba menghubungi Baekhyun lagi, meskipun sebelumnya dia sudah mencobanya dan nomor pria itu tidak aktif.

Dan masih sama. Suaminya itu masih tidak bisa dihubungi.

"Bagaimana?" tanya ibu mertuanya.

Sena menyimpan ponselnya lagi. "Tidak bisa dihubungi. Mungkin ponselnya mati."

Cheonsa menangis semakin kencang. Anak itu menangis sambil mengomel karena ayahnya tidak menepati janjinya.

Sena memeluk anaknya yang ada di pangkuannya untuk menenangkannya. "Sudah, kenapa menangis terus? Cheonsa mau matanya bengkak?"

"Daddy ingkar janji. Cheonsa tidak suka...." balasnya dengan masih tetap menangis.

"Bukan begitu sayang. Daddy mungkin banyak pekerjaan jadi tidak bisa pulang lebih cepat."

"Tetap saja. Cheonsa kesal! Daddy kan sudah janji!" teriak Cheonsa.

"Sst. Sudah sudah. Berhenti menangis, nanti cantiknya hilang," bujuk Sena.

"Biarkan saja cantiknya hilang! Sekarang Cheonsa sedang kesal pada daddy! Daddy menyebalkan!"

Ibu mertuanya duduk di sampingnya lalu mengusap puncak kepala Cheonsa.

AnimosityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang