17 - Unexpected Fact

18.8K 2.6K 1K
                                    

Tubuh Sena bergetar. Dia membuka matanya kembali. Menatap mata pria yang juga kini tengah menatapnya.

Pria itu hanya diam. Seolah enggan melangkah atau berlari untuk menghampirinya dan menyelamatkannya.

Tubuhnya terpental menghantam aspal. Suara ban mobil berdecit terdengar. Diikuti suara klakson mobil lain yang meraung-raung memenuhi gendang telinganya.

Sena terbaring. Tubuhnya terasa kaku. Bahkan terasa sulit untuk menggerakan tangannya sendiri. Sena terbatuk-batuk, darah keluar dari mulutnya diikuti hidungnya yang ikut mengeluarkan darah.

Sena mengerjap-ngerjapkan matanya. Kepalanya pening. Berusaha memperjelas pandangannya yang kini terasa buram.

"Bae..khyun..."

Pria itu masih berdiri disana. Memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya dan hanya menatapnya.

Butuh waktu beberapa saat bagi Sena hingga menyadari jika pria itu tengah tersenyum sinis ke arahnya.

Bersamaan dengan itu, suara mendadak ribut. Beberapa orang berkumpul untuk menghampirinya. Sena dapat mendengar orang-orang itu memanggil-manggil dirinya untuk mengetahui apa Sena masih sadarkan diri atau tidak.

Sena hampir kelingan kesadarannya bersamaan dengan matanya yang melihat pria itu berbalik dan semakin menjauh.

Meninggalkannya.

***

Sena mulai membuka matanya perlahan. Bau obat-obatan langsung masuk ke dalam indra penciumannya.

"Sudah sadar, Nona?" suara berat seorang pria menyapa telinganya.

Terlihat seorang pria dengan jas dokternya kini sedang berdiri di depannya. "Hwang Minhyun..." lirih Sena.

Dokter itu menghela napas. "Sudah merasa lebih baik?"

"Ku kira aku akan mati, lebih cepat."

"Mati lebih cepat apanya? Kau hanya pingsan. Bahkan kau hanya terluka satu gores, disini," ujar Minhyun menekan perban di kening Sena.

"Apa?" tanya Sena terkejut. Jadi dia tertabrak atau tidak?

"Apa maksudmu? Tubuhku banyak yang terluka bukan? Aku bahkan ingat jika mulutku mengeluarkan darah dan tubuhku terluka parah."

Minhyun berdecak, membantu Sena untuk mengubah posisinya menjadi duduk. "Sepertinya kau masih berada di alam mimpi. Jadi segera bangunlah."

Sena meraba-raba kepalanya dan meneliti tubuhnya sendiri. Benar, tidak ada yang terluka. Dengan cepat Sena mendongkak ke arah Dokter sekaligus sahabat dari pria yang disukainya dulu.

"Dia tampan. Kekasihmu?" tanya Minhyun. Minhyun terkekeh. "Pria itu, yang menggendongmu tadi ke rumah sakit dan mengatakan jika kau dalam bahaya dan harus segera ditangani dokter."

"Padahal tangannya terluka dan tetap memaksakan diri untuk menggendongmu yang dia pikir dalam bahaya, padahal kau hanya pingsan."

Seolah menangkap apa yang Sena pikirkan, dengan cepat Minhyun kembali bersuara, "Aku tidak mengatakan apapun mengenai penyakitmu. Karena aku sudah berjanji padamu."

Diam-diam Sena menghela napas lega. Sebenarnya antara lega dan merasa bersalah. Untuk kedua kalinya, pria itu kembali terluka karenanya.

AnimosityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang