PAGE 8

163 35 16
                                    

BRAK!

Jaebum menggebrak permukaan meja kayu besi. Napasnya naik turun tajam. Kalau sudah begini, biasanya tidak akan ada yang berani berbicara dengannya pun mendekatinya barang sejengkal.

Kecuali kakak paling tua yang saat itu datang setengah berlari dari 'meja kerjanya',

"Sinyal hilang", ucap Mark, "Semua alat perantaranya mati"

Jaebum menjawab, "Cari lagi!"

Bambam dan Yugyeom sedari tadi terdiam kaku. Ini adalah pertama kalinya mereka berdua menjadi saksi betapa kemarahan seorang Im Jaebum tidak boleh disepelekan. Sedangkan Youngjae mencoba meghubungi 'Medusa' lewat email atau telepon atau apapun yang bisa menghubungkan mereka berdua.

"Jejak 'Medusa' sudah tidak dapat dicari", ujar Youngjae

Jinyoung sekarang hilang. Jaebum tidak ingin mengambil kesimpulan takdir seperti apa yang diterima oleh rekannya. Jaebum mengerti kemungkinan Jinyoung masih hidup itu tidak lebih besar dari setitik lukisan pointillisme. 

Akan tetapi, jika benar Jinyoung diringkus, pihak DAF tidak akan membunuhnya begitu saja. Jinyoung harus melewati serangkaian proses pemeriksaan oleh kepolisian juga. Selama menunggu saat itu, dia pasti disimpan di suatu tempat. Mencari tempatnya saja mudah. Tapi alat yang menghubungkan mereka berdua sudah tidak ada.

Selanjutnya adalah menghubungi kembali Medusa karena ada kejanggalan. Saat itu Jinyoung sempat mengatakan ada dua orang pria mencurigakan yang mengejarnya. Bukan orang DAF dan memiliki senjata.

Rencana mereka dari awal adalah dengan menyerang seluruh sistem dan jaringan internet. Tidak ada niatan untuk melukai satu orangpun. Kedua belah pihak sudah menyepakati hal ini. Jika ada orang lain yang menyerang DAF pada hari itu, maka 'Medusa' adalah satu-satunya kunci menuju kejelasan.

Ditengah perseteruan bisu itu, terdengar suara telepon berdering. Menambahkan kesan menyeramkan dan menegangkan di sekitar markas. Jaebum melirik Yugyeom, yang kebetulan berada di dekat telepon berwarna hitam legam itu.

Yugyeom mengangkatnya secara perlahan. Entah kenapa gagangnya terasa dingin menusuk dijemari pucatnya. Membayangkan meletakkannya ditelinga seketika membuat bulu romanya merinding. Namun, Yugyeom menaruh gagangnya pelan-pelan sambil menekan tombol loudspeaker. Saat itulah suara orang yang mereka cari-cari sedari tadi mengisi ruangan.

"Apa aku menelepon orang yang benar?"

Tentu saja, suara itu tak bisa dikenali. Seperti diberi beberapa efek yang menyembunyikan suara aslinya.

"Dengan siapa aku berbicara?", Tanya Jaebum.

"Tentu saja dengan seseorang yang merepotkanmu akhir-akhir ini. Oh atau yang direpotkan oleh kalian ya?"

Belum sempat Jaebum bertanya, orang itu sudah mencercanya kembali.

"Kalau boleh jujur, aku senang dengan kerja kalian sebelumnya, tapi saat ini aku bisa dibilang kecewa besar", jawab suara diseberang sana.

"Perjelas apa yang mau kau sampaikan" kata Jaebum

"Santailah haha", dia mengeluarkan tawa ringan, "Seharusnya aku yang marah disini. Asal tahu saja, kelompokmu tidak melaksanakan kesepakatan dengan benar. Bukankah kita berdua harus mengikuti jalan cerita? Kenapa kalian merusaknya sampai meledakkan gedung lantai dua?!"

Jaebum terdiam sejenak sebelum dia menyadari adanya kejanggalan dalam tutur katanya, "Tunggu sebentar, darimana kau tahu ada ledakan di lantai dua? Kami bahkan tidak tahu-menahu soal itu"

Ada jeda panjang setelah itu, "Tentu saja kami tahu. kami punya mata dan telinga dimana-mana"

Jaebum bertatap muka dengan teman-temannya yang lain. Mark, Youngjae, Bambam, dan Yugyeom. Sebelum lawan bicaranya menginterupsi, Jaebum terlebih dahulu mengambil kesempatan berharga ini untuk memperjelas semuanya,

JEWEL IN THE MIST [Day6 x Got7] | COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang