Pagi hari pada tanggal 5 Mei 2014. Senin memang bukan hari yang diidam-idamkan oleh kebanyakan orang. Ketika ditanya mengapa, orang-orang tidak menyukainya karena hari ini menjadi pembuka aktivitas yang padat selama seminggu kedepan. Yang artinya, hitungan hari menuju akhir minggu itu masih lama.
Tidak sama dengan kebanyakan pendapat orang-orang, Kang Jaemi yang saat itu sudah berpenampilan rapi dan modis menggunakan jas yang sudah di laundry sekian kalinya merasa sangat gembira. Senyumnya tidak pernah surut mulai dari pagi. Bahkan sifatnya yang biasanya ketus, berubah mendadak menjadi Jaemi yang ramah dan murah senyum.
Sampai-sampai, Dongmin yang sedang duduk di sampingnya melihat dengan raut wajah bertanya-tanya. Maklum saja laki-laki itu heran karena sedari tadi Jaemi terus tersenyum dan menyapa setiap pengawal presiden yang lewat.
"Kau kenapa sih? Dasar aneh"
"Yya!", senyum lemah lembut Jaemi hilang dan digantikan dengan sorotan mata tajam ke arah Dongmin, tentu dengan menjitak kepalanya, "Sopan sedikit! Meskipun kau sudah sejajar pangkatnya denganku, tapi umurmu masih umur anak yang baru masuk kuliah. Bicara yang benar!"
Dongmin mengusap bekal dahinya yang terkena pukulan, "Aduh, iya iya, tidak usah dipukul juga dong"
Wanita itu acuh dengan kata-kata Dongmin. Dia memilih untuk meneruskan aktivitasnya yaitu menyapa seluruh karyawan dan pejabat tinggi Blue House. Menurut informasi yang beredar, Presiden bersama Menteri Pertahanan dengan petinggi perusahaan militer swasta akan mengadakan sebuah pertemuan bilateral untuk membahas soal sistem keamanan yang bisa diaplikasikan di masa depan.
Judul yang dibeberkan ke media dan pengelola Blue House sih berbunyi begitu. Tetapi agenda yang sebenarnya terjadi adalah penandatanganan kontrak antara pemerintah dan DAF. Kontrak ini akan membuat pemerintah dapat mengakuisisi sebagian besar keuangan dan ranah kerja perusahaan. Karena sifatnya sangat rahasia, pertemuan ini hanya beberapa orang saja yang tahu.
"Hei kalian!", Jaemi otomatis menyapa dua orang yang baru saja datang ini. keduanya sampai terlambat karena mereka sempat ngobrol-ngobrol sebentar dengan direktur DAF, Yoon Sangwan.
"Kenapa lama sekali?", protes Dongmin, "Aku terpaksa menunggu, bersama orang ini pula"
"Maksudmu?", tanya Jaemi sambil melotot, siap untuk menerkam bocah itu.
Eunsang hanya tertawa ringan melihat tingkah laku dua orang ini, "Sudah jangan bertengkar. Lebih baik kita langsung masuk"
Mendengar hal itu, Jaemi dan Dongmin berdiri dari tempat duduk ruang tunggu dan menanti Eunsang yang saat itu sedang menanyakan sesuatu kepada Minseo.
"Acaranya dimulai jam berapa?"
Minseo mengecek jam tangannya, "Menurut jadwal seharusnya kurang lima belas menit lagi. Tapi, presiden masih dalam perjalanan dari kunjungan dalam negeri. Mungkin akan mundur"
"Begitu ya", Eunsang nampak ragu-ragu, "Ya sudahlah, ayo kita tunggu di aula saja"
Dongmin memimpin jalan setelah Eunsang menghimbau mereka semua untuk bergegas menuju ruangan pengesahannya. Ruangan itu sebenarnya bukan aula utama besar yang biasa digunakan untuk rapat pemerintahan, melainkan ruangan pribadi dari presiden sendiri.
Hanya ajudan terpilih presiden yang berhak untuk menjaga ruangannya dari luar. Empat orang ajudan itu juga diperintahkan untuk memeriksa empat saksi dan dua petinggi DAF. Acaranya bersifat rahasia dan tertutup, sampai-sampai orang yang terlibat acara ini harus disumpah terlebih dahulu.
Dongmin masuk duluan ke dalam ruangan tanpa masalah, disusul oleh tiga saksi yang lain. Disana tidak ada siapapun, benar-benar kosong melompong. Semua kursi tamu sudah disingkirkan dan digantikan dengan meja kaca dengan luas dua meter yang juga polos dan kosong.
KAMU SEDANG MEMBACA
JEWEL IN THE MIST [Day6 x Got7] | COMPLETED
FanfictionGot7 x Day6 fanfiction Mystery, Crime, and Thriller AU Ketika berbohong akan tercipta kebohongan yang lain untuk menutupi dusta yang telah lalu. Kita semua hidup dalam kepalsuan. Semua yang nampak hanyalah ilusi dan delusi semata. Sebuah sekat denga...