PAGE 43

98 26 1
                                    

Tiada kata yang tepat dalam mendeskripsikan situasi seperti ini. Mereka senang dan tidak perlu khawatir akan bahaya di luar, tetapi Sungjin dan teman-teman yang lain belum sepenuhnya percaya kepada pihak Jaebum. Setelah usaha pembunuhan berencana yang terjadi hari ini, mempercayai orang-orang menjadi hal yang sulit untuk dilakukan.

"Sudah datang?", pemuda yang bernama Choi Youngjae itu mendekati rombongan yang baru keluar dari lift buatan ini, "Masuk saja, anggap rumah sendiri"

Ketika menjejakkan kaki dari lift, Sungjin melihat langit-langit bagus yang terbuat dari beton solid yang sudah dilapisi dengan semen kualitas baik. Beberapa lampu neon menggantung di langit-langit, memberi kesan bahwa tempat ini masih layak ditinggali.

Sungjin yakin mereka ada di ruangan bawah tanah khusus, tapi dia tidak bisa memastikan ada berapa meter tanah di atasnya. Sungjin anggap ruangan sebelumnya adalah lobby atau ruang tamu kosong. Lalu masuk lebih dalam lagi ruangan yang tidak kalah besar berisi satu meja utama di tengah, serta kursi yang mengelilinginya. Ada meja pantry, sofa, bantal, selimut, persediaan makanan instan, berlipat-lipat layar proyektor, dan tumpukan kardus yang tidak jelas isinya.

Sungjin mengetahui mesin pembuat mie instan yang berada di pojok ruangan, di atas meja dan sedang digunakan. Sepertinya Younghyun akan suka tempat ini.

"Oh selamat datang", Jinyoung yang sebelumnya berbaring di sofa, berdiri menyambut mereka layaknya penjaga toko, "Buat diri kalian nyaman ya"

Youngjae menaruh jaketnya ke dalam mesin cuci ketika berkata, "Kalau kalian mau makan, tinggal ambil sendiri di dapur bagian belakang. Meskipun bukan makanan rumahan, aku harap kalian betah. Dan tentu saja, semoga makanannya cukup untuk kita semua"

Otomatis dia mendapat respon anggukan dari yang lainnya. Termasuk Younghyun yang sepertinya paling semangat ketika ada bahasan tentang bahan pangan.

"Aku mau ke kamar mandi", Kim Yiseul beranjak dari sisi Sungjin dan melihat sekeliling mencari kamar mandi. Yugyeom, yang paling muda sempat menawarkan diri untuk mengantarnya. Sementara semuanya mencari tempat masing-masing dan beradaptasi, Sungjin tahu ada yang kosong dari ruangan ini. Lalu dia bertanya,

"Kemana Jaebum dan Mark?"

"Hm?", Jinyoung mengalihkan pandangan dari ponselnya, "Patroli. Kami bergantian untuk keliling tebing ini. Jaga-jaga jika ada orang luar datang tiba-tiba"

Sungjin hanya menggumam 'Oh' sekalian duduk ke kursi terdekat. Selamat datang disalah satu episode dalam menunggu tanpa henti.

---

Sungjin, Hyunsik, Mark, dan Jaebum duduk melingkar dalam salah satu ruangan terpisah. Dindingnya berwarna abu-abu, membentuk persegi kecil dengan lampu berkekuatan watt rendah, hanya ada satu meja, dan empat kursi.

"Sebaiknya kami tidak mempercayai direktur kami? Itu yang ingin kau sampaikan?", tanya Sungjin.

Jaebum melihat manik matanya, "Ya, aku sarankan kalian segera menjauh dari tempat ini. Ganti namamu, wajahmu, buat identitas baru, pergi dan menetaplah di luar negeri. Direktur itu bukanlah lawan gampangan yang bisa dikalahkan hanya dengan satu langkah saja"

Awalnya Sungjin dan Hyunsik seratus persen tidak percaya jika direktur mereka ada di balik pembunuhan-pembunuhan itu. Kelakukannya memang menyebalkan, tapi mereka berdua berpikir jika niat membunuh itu terlalu berlebihan. Bagaimana mereka bisa percaya? Anak muda cengeng nan penakut seperti Yoon Gunwoo apakah berani melakukan itu? Kemungkinannya ada, tapi tetap saja, hal itu sulit dilakukan.

Tetapi, setelah melihat record tentang interogasi yang ditunjukkan oleh Mark dan Jaebum. Sungjin dan Hyunsik sukses mengumpat sekeras mungkin.

"Memang seberapa berbahayanya sih Atalanta ini? Kenapa kita tidak membawa kasus ini ke pihak BIN saja jika masalahnya sudah menyangkut banyak organisasi?", tanya Hyunsik.

Mark lalu menjawab pertanyaan itu, "Kami tidak tahu. Bahkan Choi Youngjae pun tidak pernah mendengar nama organisasi ini"

Sungjin pun ikut dalam diskusi tersebut, "Jika Atalanta tidak terlalu terkenal dikalangan kriminal, untuk apa kita perlu waspada?"

Jaebum menyilangkan kedua tangan didepan dadanya,

"Semakin minim informasi yang ada, semakin berbahaya kelompok itu. Dalam dunia mafia, identitas adalah momok yang menakutkan. Nama, anggota keluarga, bahkan catatan kesehatan bisa jadi kelemahan yang dapat diserang kapan saja. Jika satu organisasi sukses menyembunyikan eksistensinya di dunia dan masih mampu bertahan hidup sampai saat ini, tanpa tercium satu jejakpun tentang mereka, maka Atalanta bukan ancaman remeh"

"Oh iya, lalu bagaimana dengan kelompok Wang? Ada kabar dari orang-orang ini?"

Jaebum melirik mata Mark sebelum menjawab dan berdeham lalu menelan ludah, "Menghilang begitu saja. Kami sulit menangkap salah satunya. Mereka langsung bunuh diri apabila sedang terpojok"

"Jadi hubungan Atalanta dengan kelompok Wang memang tidak bagus ya?", Sungjin menyimpulkan, "Jika Atalanta ada dibalik pembunuhan Hwang Eunsang, lalu tujuan kelompok Wang apa?"

"Sejujurnya, kami punya masalah pribadi dengan kelompok Wang. Itu sebabnya kami tidak ingin memberitahu. Urusan kami dengan Wang akan menjadi masalah internal saja", jawab Mark ditengah atmosfer sunyi itu, "Jadi, kalian tidak perlu memikirkan itu, kami yang akan mengatasinya"

Sungjin dan Hyunsik mengangguk sepakat untuk tidak bertanya lebih lanjut.

"Tapi kita tidak bisa bersembunyi seperti ini", kata Sungjin, "Gunwoo dan orang-orang itu akan mengejar terus sampai mereka menemukan kita sudah menjadi mayat"

Jaebum terdiam sejenak, lalu menghembuskan nafas panjang, "Kalian yakin? Kita benar-benar belum tahu lengkap tentang siapa saja yang ada di balik peristiwa ini"

Sungjin meletakkan jari tangan untuk menopang dagu, dia nampak sedang berpikir, "Aku rasa kejadian ini bersambung, dan akarnya dimulai dari perusahaan. Kita hanya perlu tahu siapa itu teman Hwang Eunsang, Han Hyujin, pelaksana umum acara amal. Mengapa dia mengincar Eunsang? Dan bagaimana bisa dia terlibat. Kalau kita menemukan jawaban dari pertanyaan itu, bukti terang untuk kasus ini bisa kita dapatkan. Bonusnya, kalian bisa memasukkan Yoon Gunwoo ke penjara"

Hyunsik pun setuju, "Benar, setelah kita kumpulkan semua bukti yang mengarah kepada Yoon Gunwoo, kita baru bisa melaporkannya ke menteri pertahanan secara langsung. Aku tahu betul prosedurnya"

"Tapi masalahnya... kita jelas tidak bisa mengajukan ijin untuk menginvestigasi, hyung", ucap Sungjin, "Kita akan dianggap melanggar teritori orang lain dan malah kena imbasnya. Kita semua malah akan tertangkap atas dugaan penyalahgunaan kekuasaan karena tidak memiliki surat perintah"

Seniornya itu malah menantang, "Kalau begitu lakukan saja diam-diam. Peduli setan, aku masuk DAF dengan susah payah, tidak akan kubiarkan cecunguk itu merebut pekerjaanku"

"Woah, hyung! Kenapa kau tiba-tiba begitu bersemangat seperti ini?", Sungjin mau tidak mau tertawa mengejek kelakuan ketua timnya, "Baiklah...baiklah...Tentu aku akan ikut"

Mark yang memiliki pemikiran sepaham sontak melihat Jaebum, lalu dia mengangguk sambil memberikan sinyal persetujuan kepada Jaebum. Dibalas dengan ekspresi senang, Mark tahu jika Jaebum yang sekarang adalah pribadi yang jelas berbeda. Dia menjadi orang yang lebih sering diam dan berpikir sekarang, dan dia justru menyukai akan hal itu.

Jaebum menegakkan badannya, "Kalian tidak perlu cemas, karena kami juga akan ikut turun ke lapangan untuk saat ini"

Sungjin dan Hyunsik lantas terdiam dari obrolan mereka sebelumnya. Mereka memandang Jaebum dengan ekspresi tidak percaya sekaligus bertanya-tanya.

"Apa kalian serius?", tanya Sungjin, "Ini kan masalah perusahaan dengan kami. Kalian tidak harus membantu, kan?"

Mark tertawa lagi, "Yah... kalau dipikir-pikir, kami juga kesulitan karena Yoon Gunwoo. Kami tidak bisa bergerak dengan bebas. Karena tidak mau terkurung selamanya, lebih baik kami juga bergerak menghancurkan Gunwoo"

"Kalian juga bisa anggap ini sebuah ganti rugi karena kami ikut mengacau juga", Jaebum pun menambahkan, "Sekarang, waktunya mengisi ulang amunisi"

---

Writers block + reading slump = nightmare :')

- Ly

JEWEL IN THE MIST [Day6 x Got7] | COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang