PAGE 71

98 12 1
                                    

Sudah menjadi sebuah kebiasaan, bahkan jika hilang akan menjadi hal yang aneh untuknya. Kadang mereka akan terbangun dengan tangan saling bersinggungan, tubuh saling berdekatan, dengan bibir yang menempel pada lehernya. Atau kadang tangannya yang menyusup di bawah kaos putih polosnya. Tak jarang mereka terbangun saling membelakangi dengan punggung bersinggungan.

Meskipun begitu mereka berdua malah merasakan kenyamanan. Jika ada mimpi buruk atau kesulitan untuk tidur, salah satunya akan menjadi penjaga dan menemani sampai terlelap.

Kesempatan seperti ini membuat Mark memiliki perasaan yang dimiliki kebanyakan manusia. Memang pada awalnya aneh karena sebelumnya hidup hanya dihabiskan untuk mencari uang dan berfoya-foya. Ketika dia merasakan hal baru karena ada substantif asing yang masuk, tentu saja dia tidak tahu harus bersikap apa.

Entah ini rasa penasaran atau memang dia sedang digandrungi asmara. Dia tak bisa menentukan. Tapi yang jelas, ada rasa tanggung jawab dan kelembutan yang kini baru terpasang di sistemnya.

Pagi ini, ketika rutinitas itu dirusak dengan ketidakhadiran Yiseul di sampingnya membuat Mark bangun dengan mengerutkan kedua alis.

Dia pandang suasana kamar penginapan itu dengan teliti. Dinding yang kusam, perabot yang suram, dan karpet yang gersang melengkapi pagi harinya. Hal yang membuat Mark semangat hanyalah sinar matahari yang masuk dari jendela yang telah dibuka gordennya.

Itu tandanya Yiseul memang sudah bangun dan pergi keluar dari kamar.

Segera saja Mark mengambil pakaian yang sebelumnya terbuang di lantai dan mengenakan baju-baju itu dengan cepat. Kemudian dia lipat selimut seadanya dan bergegas keluar kamar untuk membersihkan wajah dan minum air putih.

Di bagian belakang flat benar-benar tidak ada siapapun. Yiseul tidak ada di dapur, bahkan Younghyun dan Jaemi juga tidak bisa ditemukan.

Ketika kakinya menginjak bagian depan alias ruang tamu di lantai satu, benar saja Yiseul ada di sana. Wanita itu duduk dengan punggung tegak di sofa. Di depannya terdapat coffee table yang dilengkapi dengan telepon rumah di atasnya.

Mark melihat Yiseul terdiam sambil menatap telepon itu seakan-akan tidak membiarkan benda mati tersebut kabur.

Lelaki itu pelan-pelan menghampiri dan langsung meletakkan kedua tangan pada pundak Yiseul dari belakang, "Good morning"

Yiseul sedikit tersentak kaget. Dia menoleh ke belakang dan mendapati Mark yang tersenyum kepadanya. Wanita itu membalas senyumnya sekilas dengan terpaksa. Seketika itu, senyumnya diganti dengan wajah yang gundah.

"Sedang memikirkan apa?", Mark mengambil sebuah kursi kecil, menariknya ke dekat Yiseul dan duduk di sana.

Yiseul menunduk dan menghembuskan nafas panjang, "Memikirkan tentang perjalanan kembali ke Korea"

"Kenapa harus dipikirkan? Bukannya kita cuma tinggal menunggu instruksi dari Jaebum"

"Itu dia", balas Jaemi, "Perintahnya baru saja datang. Ditambah dengan rencana-rencana baru"

Mark baru sadar akan telepon rumah yang diletakkan di atas meja itu. Yiseul usai menjawab telepon dari Jaebum pagi-pagi sekali. Kemudian dengan mengerutkan dahi, dia kembali bertanya,

"Rencana baru?"

Wanita itu mengangguk, menatap Mark tepat pada kedua bola matanya, "Saluran teleponnya terbatas. Jaebum cuma bilang dia membutuhkan bantuanku karena ayah Jaemi katanya akan mengambil langkah tegas"

Mark membawa telapak tangannya untuk mengusap punggung tangan Jaemi, lalu berhenti di sana untuk menunjukkan bentuk afeksi, "Kang Youngwoong mau melibatkan kepolisian?"

JEWEL IN THE MIST [Day6 x Got7] | COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang