Suara bising pedang pada saat itu sangat menganggu indra pendengaran. Terkesan penuh teror dan menimbulkan rasa nyeri jika membayangkan salah satu mata pedangnya menggores kulitmu. Namun, tidak bagi seorang laki-laki yang saat ini berdiri dengan kokoh dalam hamparan rumput hijau yang luas, berdekatan dengan kuburan Heung Shek, Hongkong.
Semilir angin yang mendera wajahnya ketika ia melepaskan pedang itu dari sarungnya, menghasilkan melodi yang indah,
"Posisi kalian masih tidak benar! Berapa kali lagi aku harus memberi tahu kalian?"
Ia menaruh pedangnya di atas bahu sembari berkata,
"Katana untuk pria memang cukup berat. Maka dari itu, dibutuhkan kekuatan lengan yang mumpuni. Tapi ingat, posisi kuda-kuda kalian juga menentukan unggul atau tidaknya seorang bushi dalam duel. Jika pondasi kalah kuat dengan beban tubuh bagian atas. Siap-siap saja menghadap Tuhan"
Saat ini ia melatih beberapa orang baru yang bergabung dalam jaringan kelompok Wang. Mereka harus membiasakan diri terlebih dahulu dengan belajar tentang nilai kesetiaan dan harga diri yang tinggi. Saat sedang menyampaikan beberapa patah kata, pria yang lebih senang dipanggil Vernon itu, mendengar suara mesin mobil mendekat.
Tepat ketika ia menoleh, Jeep Wrangler hitam keluar dari gelapnya barisan pepohonan, menuju area rumput yang terbuka. Jackson dan Jang Junhee ada di dalamnya.
"Lanjutkan sampai kalian menguasainya", perintah pemuda itu.
Mobil itu berhenti tidak jauh darinya dan si empunya lantas menghampiri Vernon sekaligus menepuk pundaknya dengan ramah.
"Bagaimana proses latihannya?"
Vernon mendecak kesal, "Lain kali jangan membuka kesempatan. Mereka sama sekali tidak ada potensi"
"Hahaha, jangan khawatir. Aku akan beri imbalan lebih, untukmu dan tempat les kendo di Hongkong"
Pemuda itu hanya memutar bola matanya. Ini bukan soal imbalan, tapi mengajari orang-orang yang sama sekali tidak punya kemauan itu sungguh memuakkan. Alih-alih menjawab, Vernon justru memperhatikan Junhee yang sedari tadi memandang sinis dirinya.
"Dia masih tidak tahu kalau kau mau membuatnya seolah-olah mati?"
"Iya. Aksesnya dengan dunia luar harus diputus. Dia cukup berguna untuk kita dengan benar-benar mau membocorkan segalanya ckck", jawab Jackson.
"Sayang sekali, padahal aku masih mau bersenang-senang dengannya"
"Untuk sementara, kita hentikan prosedur tidak menyenangkan ini. Jika dia tidak patuh, aku mengancamnya untuk mendatangkan dirimu dan dua pedangmu yang mengintimidasi itu"
Vernon menyunggingkan senyum saat Jackson mengatakan hal itu. Ia memandang kedua pedang bersarung hitam yang melingkar diam dipinggangnya. Semua pemimpin cabang kelompok bushi di masing-masing negara membawa dua pedang. Meskipun sebenarnya ia hanya punya satu. Katana yang satunya ia dapatkan dengan berkorban banyak hal.
"Hyungnim, mengapa kau tidak kembali ke temanmu? Kenapa tidak memberitahu mereka saja tentang kejadian-kejadian gila ini?", tanya Vernon tiba-tiba.
Hal itu membuat Jackson diam sementara waktu sebelum menjawab, "Aku tidak ingin melibatkan mereka dalam bahaya yang lebih besar. Mereka berenam tidak tahu jika orang dibalik kekacuan ini adalah pemimpin kelompok berbahaya"
"Jadi...berita simpang siur itu benar? Mereka sudah mulai bergerak kembali?"
Jackson semakin memelankan suaranya, "Benar. Kita tidak bisa mempercayai semua orang saat ini"

KAMU SEDANG MEMBACA
JEWEL IN THE MIST [Day6 x Got7] | COMPLETED
FanfictionGot7 x Day6 fanfiction Mystery, Crime, and Thriller AU Ketika berbohong akan tercipta kebohongan yang lain untuk menutupi dusta yang telah lalu. Kita semua hidup dalam kepalsuan. Semua yang nampak hanyalah ilusi dan delusi semata. Sebuah sekat denga...