PAGE 82

37 10 0
                                    

"Jadi, kau sadar kalau kau sedang disekap?"

Kang Jaemi mencoba membuka obrolan dengan Yoon Gunwoo. Keduanya pergi cukup jauh dari tempat mereka bertemu. Ketika Gunwoo bilang dia mengerti seluk-beluk tempat ini, Jaemi sempat tidak percaya karena bekas pabrik tua seperti ini tidak mungkin diketahui, kecuali jika Gunwoo pernah bekerja di tempat ini juga.

Namun, pria itu mengatakan jika selama sekolah di akademi, dia menemukan tempat ini sendirian. Dia menandai segala sudut dan ruangan. Bahkan sempat berkemah dan memiliki tempat favorit di dalamnya.

Gunwoo bersandar pada dinding kaca yang memisahkan ruangan berisi kasur-kasur mirip di rumah sakit dengan lorong panjang di luar.

"Benar", Pria itu memejamkan mata saat menjawab pertanyaan Jaemi, "Aku kabur lewat pintu masuk yang hanya aku tahu. Kemudian aku berkeliling sendirian mencoba cari tahu kenapa aku dikurung di bekas pabrik ini—"

"—Aku bertemu salah satu teroris Atalanta, dan aku langsung menanyainya dengan sedikit mengancam. Dia sangat sulit dibujuk. Tapi aku tetap berhasil mendapatkan informasi kalau Hana mau perusahaan itu untuk dirinya sendiri—"

"—aku bunuh teroris itu. Aku mencoba keluar sendiri, tapi ternyata aku malah bertemu denganmu"

Jaemi yang awalnya berdiri, akhirnya ikut duduk di samping Gunwoo dan bersandar di dinding kaca yang sama. Dia memperhatikan sekelilingnya. Di depannya terdapat laci-laci dan tray tempat menaruh peralatan medis yang sudah tua. Kemudian terdapat juga empat kasur pemeriksaan pasien mirip seperti punya rumah sakit. Tapi yang membedakan adalah kasur-kasur itu memiliki borgol di sisi kanan kiri.

"Sebenarnya tempat apa ini?"

Pria itu membuka mata, dan mengikuti arah pandangan Jaemi yang memperhatikan benda-benda itu.

"Bekas pabrik bahan kimia"

"Ya aku tahu", jawab Jaemi, "Kukira tempat ini cuma karangan saja, ternyata benar-benar ada. Tapi aku tidak bisa menemukan korelasi antara pabrik bahan kimia dengan peralatan medis seperti itu"

Wanita itu menunjuk beberapa benda-benda yang tidak asing dengan kehidupannya.

"Mana aku tahu, sudah dari dulu Divisi Medical DAF berisi orang-orang gila. Mereka punya dunia sendiri, dan diam-diam sering merencakan hal-hal sinting. Kau seharusnya tahu"

"Kira-kira apa yang mereka lakukan disini selain membuat obat-obatan?"

Gunwoo mengangkat kedua bahunya, "Mungkin menyuntik orang-orang dengan virus?"

"Wah, imajinasimu memang luar biasa", Jaemi berdecak kagum dengan khayalan seorang direktur perusahaan ini.

"Sudahlah, tidak ada yang peduli juga", Pria itu membuang nafas panjang, "Yang jelas tempat ini adalah bagian terdalam di pabrik. Orang-orang Atalanta tidak bisa menemukan jalan kemari"

Wanita itu kini tidak menjawab lagi. Pikirannya sedang pening memikirkan jalan keluar. Jujur setelah berhasil keluar pun dia masih belum tahu bagaimana caranya membujuk Gunwoo untuk ikut mendukung rencananya terhadap perusahaan. Dalam observasinya sendiri, Gunwoo masih ingin DAF menjadi miliknya. Kepemilikkan tunggal utuh dan tanpa cacat.

Mereka berdua diam sembari mengistirahatkan otot-otot mereka yang lelah setelah dibuat berlarian kesana kemari. Wanita itu menoleh ke sisinya, Gunwoo juga terlihat sama lelahnya. Namun, daripada melihat ekspresi wajahnya, perhatian Jaemi teralihkan pada luka tembak yang terletak di bahu kiri Gunwoo. Luka itu terlihat semakin mengerikan karena dibiarkan terbuka begitu saja.

"Kena tembak?"

Gunwoo membuka mata dan langsung mengarahkan matanya untuk melihat luka di lengannya sendiri, "Ah benar, dasar teroris brengsek"

JEWEL IN THE MIST [Day6 x Got7] | COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang