Wang Jackson memang tidak akan pernah turun langsung ke dalam misi. Karena sudah menjadi aturan umum, sebagai pimpinan mafia, dia tidak boleh langsung turun dalam medan operasi begitu saja. Jadi kali ini, seperti biasa, hanya mengawasi kamera pengawas di tempat penginapan tepat di sebelah gedung teater sudah diagendakan dalam rencananya.
Dengan mata tajamnya itu, Jackson melihat layar yang secara berkala menampilkan gambar. Dibantu dengan anak buahnya, dia berusaha untuk mencari wajah orang itu. Wajah milik pria yang selama ini mengancam kedamaian hidupnya.
Ketika sedang sibuk meneliti gambar yang silih berganti, Jackson tersentak ketika melihat wajah-wajah yang tidak asing.
'Jinyoung? Dan... Mark?'
"Besarkan gambar dua orang itu", titahnya.
Dan benar saja dugaannya. Jinyoung dan Mark ada disana. Kedua temannya duduk dalam acara yang kemungkinan dikunjungi oleh orang yang menjadi rival Jackson selama ini. Jika keduanya ada disana, sudah pasti empat orang lainnya berada tidak jauh. Tetapi untuk apa? Apa yang mereka cari?
'Apa mereka bermaksud mencariku? Karena penyerangan DAF itu?', pikirnya.
Dalam momen yang sama, kamera menangkap sesosok gadis familiar yang duduk di baris depan. Bergaun merah gelap dan tengah menikmati jalannya permainan biola solo. Saat itulah pikiran Jackson malah lebih kacau.
"Brengsek", satu kata umpatan berhasil lolos dari bibirnya.
Setelah berdiam diri cukup lama. Layar kamera menampakkan penoton yang satu persatu berdiri lalu saling mengintip dan juga kru yang panik. Jackson menghela nafas. Tandanya memang benar, ada yang tidak beres. Kesimpulannya, orang itu memang ada disana.
Jackson melepas kaitan kancing jas, meloloskan luaran itu dan ditaruhnya di atas meja. Kemudian dia memutuskan, "Turunkan 12 orang tambahan. Jangan ada yang membunuh warga sipil"
Vernon yang saat itu berada satu ruangan dengan Jackson lantas memberi perintah kepada beberapa orang dibelakangnya untuk bergerak, "Kalian sudah tahu ciri-ciri target musuh kita, kan? Empat orang masuk, dan delapan tetap berjaga di luar gedung. Pastikan jangan sampai tertangkap karena kalian membawa senjata api"
Bahasa Mandarinnya memang masih belum bagus, tapi setidaknya barisan kalimat itu dapat dimengerti oleh orang lain. Anggota Wang pun tidak ada yang pernah mengejek aksen anehnya. Well, lebih tepatnya tidak ada yang berani.
"Vernon, ikuti aku", kata Jackson yang langsung saja disanggupi oleh pria muda itu.
---
'Baiklah, apa yang akan terjadi selanjutnya?'
Sedari tadi, pertanyaan ini selalu menganggu Mark. Dari tempat duduknya yang paling belakang, dia melihat ratusan orang berdiri dari kursi dan mencoba untuk melihat apa yang terjadi dibalik panggung mewah itu.
Orang mati diantara keramaian suka cita acara amal.
Mark sejujurnya sudah menargetkan beberapa puluh orang disekitarnya sebagai orang-orang Wang, lalu mengerucut hingga belasan, dan lima, sampai akhirnya menjadi tiga orang saja. Ternyata, siapa-siapa yang dia curigai, benar mempunyai gerak-gerik yang tidak wajar sebagai penonton acara teater musikal.
Dia melihat tiga orang yang berada di area jangkauannya, tiga pria yang mengenakan pakaian formal, tinggi kekar, nampak merogoh sesuatu dari dalam jasnya. Mark sangat tahu betul apa yang akan dikeluarkan oleh tiga orang itu.
Ketiganya melihat ke arah Yiseul yang sedang berdiri. Mark pun berusaha memperingatkannya melalui earpiece secepat mungkin,
"Kim Yiseul, menunduk sekarang!"
KAMU SEDANG MEMBACA
JEWEL IN THE MIST [Day6 x Got7] | COMPLETED
FanfictionGot7 x Day6 fanfiction Mystery, Crime, and Thriller AU Ketika berbohong akan tercipta kebohongan yang lain untuk menutupi dusta yang telah lalu. Kita semua hidup dalam kepalsuan. Semua yang nampak hanyalah ilusi dan delusi semata. Sebuah sekat denga...