PAGE 22

134 25 41
                                    


Ruang makan yang seharusnya hangat menjadi suram dan dingin. Mereka mengunyah makanan pelan-pelan hingga tidak terdengar suara sama sekali. Hanya suara sendok dan sumpit yang bersinggungan lah yang mampu menandakan jika masih ada kehidupan disana.

Park Sungjin yang sedang duduk di ujung meja makan hanya dapat berdiam diri dan semakin mendukung suasana canggung. Mereka memutuskan untuk mengajak Kim Yiseul beristirahat sejenak di apartemen mereka. Sungjin bisa saja menyuruhnya pulang tapi ia tidak yakin jika Yiseul akan benar-benar diam di rumah setelah menerima informasi jika rekannya disekap.

'Jaebum dia bilang? Siapa dia berani menantang polisi dan organisasi intel terbaik di Korea',

Sungjin meletakkan alat makannya keras-keras ke meja. Membuat yang lain sedikit tersentak. Takut salah tingkah. Yiseul yang sedari tadi diam di ujung meja yang lain, mulai mengeluarkan suaranya, "Terima kasih makan malamnya. Terima kasih sudah mau menampungku untuk sementara". Lalu ia pergi begitu saja dari ruang makan, berjalan gontai seperti mayat hidup.

Jae mengamati pintu kamar yang baru saja tertutup itu, "Untuk apa berterima kasih, dia bahkan tidak makan apa-apa"

Wonpil pun menanggapi, "Omong-omong, kalau wanita itu diam, dia jadi berkali-kali lipat lebih ketus"

Younghyun sepertinya terlalu sibuk untuk berbicara karena tangannya tidak pernah berhenti bergantian memasukkan lauk kemudian nasi ataupun sebaliknya, "Bisa tidak kita bicarakan topik yang lain? Misalnya siapa yang akan belanja kebutuhan sehari-hari besok?"

Lalu dia menoleh kesampingnya, Dowoon dengan cekatan menggunakan sumpit dan fokus hanya pada makanan. Brian mengusap kepala Dowoon, "Makan yang banyak yaa Dowoonie. Besok akan jadi hari yang lebih Panjang lagi"

---

Jam menunjukkan pukul sepuluh malam waktu setempat. Sungjin sedari tadi bertanya-tanya apakah Yiseul sudah tertidur? Mengingat ia mendengar samar-samar suaranya dari bilik. Mungkin secangkir teh hangat bisa membantunya.

"Teh? Serius?", Park Jaehyung datang mengampirinya di dapur, berjalan sambil memakai hoodie abu-abu kesukaannya.

"Iya, kenapa?", tanya Sungjin.

"Tidak apa. Aku jarang melihatmu seperti ini"

Sungjin menunggu sampai teh itu larut bersama dengan air, "Aku hanya tidak menyangka dia akan sangat terpukul. Mungkin dia merasa bersalah"

"Orang-orang tidak bisa bersikap sesuai dengan apa yang kau mau Sungjin. Bukankah masing-masing dari kita memiliki karakter yang tidak ditunjukkan kepada siapapun?"

Jae memasukkan kedua tangannya kedalam saku hoodie, "Saranku, jangan terlalu baik ke semua orang. Yah, menolong tentu saja adalah hal yang bagus. Tapi, tidak semua orang itu sama seperti kami Sungjin". Ia bersandar di meja dapur, "Orang-orang datang dan pergi, tidak ada yang menetap. Kau paham maksudku, kan? Aku hanya takut kau kecewa di kemudian hari"

Sungjin lantas tertawa ringan, "Jangan khawatir hyung. Kalau soal itu yang kau khawatirkan, perasaanku tidak akan ikut campur"

"Jangan sampai kau berharap yang macam-macam. Padahal kalian baru saja bertemu", ucap Jae yang hanya dibalas tawa juga oleh Sungjin yang melenggang pergi.

---

Ia mengetok pintu perlahan. Akankah ada jawaban?

"Masuk saja", kata seseorang dibalik pintu kamar.

Sungjin langsung saja masuk, sedikit awas karena membawa dua cangkir teh yang masih panas.

"Ini mungkin bisa membantumu untuk tenang", Sungjin memberikan satu cangkir itu pada Yiseul.

JEWEL IN THE MIST [Day6 x Got7] | COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang