Kang Jaemi sebenarnya kurang paham dia berada di sebelah mana. Dia sudah berkeliling banyak sektor. Dia berpindah ruangan dengan cepat demi mencari sosok direktur utama DAF. Tapi, dia tidak menemukan apapun selain orang-orang Atalanta yang juga disebar di setiap tempat. Setiap melihat mereka, Jaemi segera meluncur pergi.
Tentu saja dia tidak kabur terus-menerus. Ada kalanya dia harus melawan dua atau tiga teroris sekaligus. Awalnya dengan tangan kosong, lalu dengan pistol dan shotgun yang dia ambil dari para teroris itu. Pokoknya dia menggunakan benda apapun yang bisa digunakan untuk membela diri.
Kali ini sepertinya dia terjebak di sektor T bagian pembuangan. Dia mendengar orang-orang Atalanta telah memenuhi sektor S. Kemudian personil mereka pasti ditambah karena sudah pasti berita kepergiannya menimbulkan kepanikan di antara mereka.
Lampu sudah menyala sedari tadi, dan Jaemi melihat keadaan sekelilingnya. Dia dilingkupi banyak pipa besar saluran pembuangan limbah. Dia menebak, pasti di dalamnya sudah kering karena lama tidak digunakan.
Dia mengintip ke bawah ketika dia mendengar langkah kaki dan beberapa gurauan. Asalnya dari tiga teroris yang menyusuri lantai satu dan dua. Jaemi yang berada di lantai tiga sedang mengecek sisa peluru pistolnya. Tinggal dua, dan itu tidak cukup untuk dipakai.
Maka dari itu, Jaemi melompat dari pagar teralis besi dari lantai tiga dan langsung berpindah dengan gesit ke pagar besi balkon lantai dua. Dia tahu persis satu orang ada di balik kelokan sebelah kanan di depannya meskipun orang itu berada di seberang tembok.
Wanita itu memasuki lorong. Sebelum pria Atalanta tersebut sadar, Jaemi membekap mulutnya, mencekik, dan langsung mematahkan lehernya.
Sayangnya ketika dipatahkan lehernya, pria itu sempat berteriak cukup nyaring. Hal ini membuat dua orang kawannya yang awalnya menginspeksi duluan, keluar dari ruangan lain di antara lorong. Jaemi menodongkan pistol dan menembak keduanya dengan cepat. Karena pelurunya sudah habis tak bersisa, dia geledah pria-pria itu dan mengambil peluru tambahan.
Kemudian dia melihat earpiece yang terpasang di badan teroris itu. Tanpa pikir panjang, Jaemi mengambilnya dan memasangnya di telinga sebelah kanan.
Pada awalnya tidak ada suara apapun, tapi beberapa detik kemudian terdengar suara pria yang cukup familiar. Itu suara ajudan Hwang Hana. Orang yang badannya cukup besar, yang memukul kepalanya dengan gagang pistol waktu itu.
'Dua subjek kita hilang, sialan! Dua orang itu harus kita temukan terlebih dahulu'
Jaemi mengerutkan dahinya, "Dua subjek? Kalau yang dimaksud adalah aku, lalu siapa satunya lagi? Gunwoo? Mana mungkin"
Suara dari earpiecenya masih terdengar nyaring, 'Para pengganggu itu juga sudah masuk kesini. Kita bisa mengurus mereka nanti. Perintah Nyonya Hwang, prioritaskan dua subjek itu'
Kemudian saluran terputus. Sampai sini Jaemi menyimpulkan jika para pengganggu pasti polisi, tentara, BIN, atau Sungjin juga Jaebum. Lalu dua subjek adalah dirinya dan Gunwoo.
'Kalau hipotesisku benar, berarti Gunwoo lari dari Hana. Apa dia sadar kalau dia selama ini dipermainkan? Semoga saja'
Dia berdiri dan meninggalkan mayat pria itu di tempat, 'Kalau begitu, aku harus menemukan Gunwoo sebelum mereka'
---
Suara tembakan sudah berdengung di telinga mereka sedari tadi. Ruangan bekas arsip dan dokumen ini menjadi area pertarungan sekaligus tempat bersembunyian antara kelompok teroris dengan Sungjin, Jaebum, dan Dowoon.
Mereka berhasil masuk kesini berkat Dowoon. Pemuda itu menemukan jalan keluar dan masuk rahasia dari hutan yang mengelilingi akademi. Semuanya masuk melalui lubang terowongan bercabang itu dan berpisah di beberapa lubang terowongan yang lebih dalam. Sungjin, Jaebum, dan Dowoon masuk ke terowongan yang bersambungan dengan gudang tepat di sebelah ruang arsip.
KAMU SEDANG MEMBACA
JEWEL IN THE MIST [Day6 x Got7] | COMPLETED
FanfictionGot7 x Day6 fanfiction Mystery, Crime, and Thriller AU Ketika berbohong akan tercipta kebohongan yang lain untuk menutupi dusta yang telah lalu. Kita semua hidup dalam kepalsuan. Semua yang nampak hanyalah ilusi dan delusi semata. Sebuah sekat denga...