PAGE 84

31 8 0
                                    

"Jaebum, ada pesan baru"

Sungjin menghampiri tempat Jaebum berdiri. Dua orang lelaki ini kini terjebak di tengah-tengah area penyortiran barang. Tempat itu tidak terlalu gelap, namun penuh dengan kotak-kotak alumunium dan juga lift pengangkutan.

Mereka dikelilingi cahaya redup dari lampu yang masih bekerja. Banyak teralis besi yang membatasi balkon lantai dua sampai empat. Ya, ruangan ini cukup luas dan tinggi sekali. Dan terjebak di dalamnya adalah salah satu hal yang buruk.

Jaebum membuka ponselnya. Dari baterai yang sekarat itu, ponselnya merenima pesan. Sama seperti yang Sungjin dapat, Jaebum menerima sebaran peta baru yang sudah dilengkapi dengan jalur berwarna merah terang yang harus mereka lalui.

"Ini dari Younghyun. Mereka sudah dapat jalan keluarnya", kata Sungjin.

Jaebum sejenak dapat bersikap tenang. Pasalnya, earpiece miliknya dan juga Sungjin sudah tidak bisa digunakan karena frekuensinya tidak seluas yang mereka harapkan. Ada beberapa suara yang masuk, mungkin teman-teman yang mencari keberadaan mereka, tapi tidak ada suara yang jelas selain dengung yang mengganggu pendengaran.

"Ayo", balas Jaebum.

Dua orang itu lantas bergegas menuju jalur keluar. Tetapi, belum sampai masuk ke lorong, tembakan mengiris pipi sebelah kiri milik Sungjin.

Pria yang terkena tembakan itu jatuh. Dia berpegangan dengan rangka pintu masuk lorong supaya tidak terjerembab ke lantai. Insting keduanya menyuruh mereka untuk bersembunyi di balik mesin-mesin raksasa ketika peluru terus berjatuhan.

Jaebum menyeret pundak Sungjin. Pria itu sepertinya sedang linglung karena satu butir peluru hampir saja menghancurkan wajahnya. Untung saja, peluru itu hanya memberikan luka kecil yang kini berbekas menjadi guratan berdarah.

Bagian depan badan Sungjin dihadang oleh mesin berbahan besi, sedangkan ada Jaebum di belakangnya. Posisi aman seperti itu pun tidak bisa melindungi mereka lebih lama. Jaebum tiba-tiba merasakan kerahnya dikoyak oleh seseorang dari belakang.

Seseorang yang mencengkeram pundak Jaebum itu kini melemparkan dia jauh dari posisi Sungjin. Jaebum jatuh dengan punggung yang menghantam pagar besi berkarat. Dia tertunduk, berlutut sembari menahan sakit. Dia belum bisa melihat siapa yang mampu untuk melemparkan badannya sejauh ini.

Sungjin yang mengetahui hal itu pun tidak diam. Dia hampir saja mau menyelamatkan Jaebum setelah dia dilemparkan oleh seorang pria, tapi tembakan secara konstan tidak berhenti menyasarnya. Jadi dia tetap menempel pada badan mesin sampai serangan itu mereda.

Jaebum pun sadar. Dia bisa melihat pria berbadan besar juga tinggi berjalan mendekatinya secara perlahan. Dia merasa mengenal pria itu. Dia adalah ajudan dari Atalanta yang selalu mengikuti Hwang Hana kemanapun. Kalau ajudannya ada di sini, pasti wanita itu tidak jauh.

Sebelum Jaebum bisa benar-benar terbangun, badannya kembali di dorong oleh si ajudan sadis. Tubuhnya didorong sangat keras sampai-sampai pagar besi itu patah dan membawa keduanya terjatuh dari tempat mereka berpijak.

Saat mendarat, Jaebum sama sekali tidak siap. Punggungnya jatuh terlebih dahulu. Setelah mengalami serangan bertubi-tubi di bagian sana, rasa-rasanya dia sudah tidak sanggup lagi untuk berdiri.

Orang yang mendorongnya hampir tidak mengalami cedera apapun karena dia mendarat dalam keadaan yang aman. Pria itu berguling ke samping dan langsung berdiri. Matanya memancarkan bengisnya hewan buas yang sedang mengintai mangsa. Dia sengaja menyaksikan Jaebum menggeliat kesakitan.

Wajahnya pun masih tetap mengernyit saat Jaebum berangsur-angsur bangkit. Jaebum memegang bahunya yang luar biasa sakit. Dia merasa beberapa tulang belakangnya sudah patah. Mati adalah pilihan yang menurutnya baik baginya sekarang.

JEWEL IN THE MIST [Day6 x Got7] | COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang