PAGE 14

156 33 9
                                    

ding dong

"Siapa yang datang di jam seperti ini?"

Dowoon bangkit dari posisi tidurnya. Terduduk dan menguap lebar-lebar. Ia masih terbungkus nyaman dibalik selimut dengan mata yang sepertinya terlalu lekat untuk dibuka.

Dowoon dan Jae menghabiskan waktu semalaman untuk bermain game. Menurutnya itu wajar sebagai pelepas rasa letih. Yah, Dowoon setuju-setuju saja dengan pernyataan itu. Karena permainan sendiri sudah dirasa tidak menyenangkan. Dowoon dengan asal mengambil selimut entah punya siapa, lalu tertidur pulas di sofa ruang tengah.

Sampai akhirnya ia diganggu oleh bunyi bel pintu apartemen. Jika ada yang membunyikan bel, itu berarti yang datang bukanlah seseorang yang menghuni tempat ini. Bukan pula Sungjin. Kelima dari mereka akan langsung masuk tanpa menekan bel terlebih dahulu. Dowoon bangkit perlahan sambil meregangkan otot-ototnya yang kebas.

Dowoon meraih dan membuka pegangan pintu itu setelah mengintip dan melihat figur seseorang. Seorang wanita, memakai jaket parka gelap, celana jeans hitam, dan sepatu nike coklat tua, berdiri membawa tas ransel dan mengamati keadaan sekitar.

"Si...siapa?", Tanya Dowoon ragu.

Wanita itu bertukar pandang dengan Dowoon, "Eum... aku kemari bersama dengan Park Sungjin. Unit nomor 304. Apa aku benar?"

Sungjin tiba-tiba datang secepat kilat dari koridor lift, bahkan sebelum Dowoon bisa menganggukkan kepala untuk mengiyakan pertanyaan wanita itu.

"Oh Dowoon, syukurlah ada yang membukakan pintu. Tidak ada yang menjawab teleponku", kata Sungjin sembari masuk begitu saja, "Ayo masuk"

Wanita itu lalu mengikuti Sungjin, sementara Dowoon mengintip ke kanan dan ke kiri sebelum menutup pintu unit apartemen.

"BANGUN KALIAN SEMUA TUKANG TIDUR!"

Dowoon sedikit menyerengit dengan teriakan itu. Untung saja tembok unit ini kedap suara, jadi suara menggelegar Sungjin itu tidak dapat terdengar sepanjang koridor gedung apartemen. Dowoon kembali duduk di sofa, menolak untuk bertanya-tanya, dia hanya ingin tidur kembali.

"Ini jam 4 pagi, ya ampun, ada ap-", Jae yang memakai kaos putih polos dengan rambut berantakan, terdiam sempurna ketika melihat ada wanita di dalam unit mereka. Wonpil yang menyusul Jae ke ruang tengah juga sama-sama bisunya.

Memangnya seumur hidup mereka, baru pertama kali ini ya melihat wanita?' , pikir Dowoon sambil mendecak prihatin dengan reaksi mereka.

"Mana Younghyun?", Sungjin bertanya kepada Jae setelah memeriksa dua kamar utama di lantai dasar.

Jae mengacungkan telunjuknya ke atas, "Di lantai dua, mana mungkin dia bisa bangun. Kau harus menyiramnya dengan air lebih dulu"

Jae dan Wonpil kemudian mengambil posisi duduk di sofa.

"Silahkan duduk", kata Wonpil.

"Ah iya, terima kasih", wanita itu mengangguk singkat dan segera duduk, berhadapan dengan Jae, Wonpil, dan Dowoon.

Sudah pasti yang terjadi berikutnya adalah kesunyian yang absolut. Ketiganya tidak tahu apa yang harus dikatakan maupun ditanyakan. Hanya penjelasan Sungjin saja yang patut ditunggu. Wajar jika mereka berempat terkejut bukan main ketika ada yang bertamu kemari. Sungjin tidak pernah mengajak seseorang kesini kecuali kondisinya sangat mendesak. 

Hanya dua kali. Yang pertama adalah Ryu Hyunsik, seniornya. Yang kedua adalah seorang saksi kasus pembunuhan. Kali ini adalah yang ketiga, wanita pula. Kejutan apalagi yang dibawa Sungjin?

Suara berisik dari lantai atas membawa mereka kembali terbebas dari suasana canggung. Sungjin terlihat menyeret tangan Younghyun secara paksa. Dia benar-benar tukang tidur.

JEWEL IN THE MIST [Day6 x Got7] | COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang