PAGE 32

125 24 10
                                    

Warga sekitar memandang dengan raut wajah bertanya-tanya. Mengapa pria-pria berjas formal dan seorang wanita dengan gaun compang-camping berlarian di pusat kota Hongkong?

Tinggal sedikit lagi mendekati area sekitar jalur jembatan yang baru saja rampung. Blok itu adalah tempat paling sepi, tanpa pemukiman, hanya wilayah industri terbengkalai dan sungai pembuangan limbah. Jadi, cukup aman untuk melakukan serangan balik.

Yah, beginilah tidak enaknya menjadi polisi divisi terorisme, Yiseul tidak boleh menggunakan senjata dengan bebas di tempat yang dipenuhi teroris begitu saja. Dia harus tetap melindungi warga sipil.

Saat area itu sudah terpampang nyata, Mark berbicara kepadanya, "Aku ke kanan, kau sebaliknya"

Tanpa persetujuan yang diutarakan, keduanya sudah otomatis berpisah jalur. Mark menerjang kaca jendela rendah di salah satu bangunan di sebelah kiri. Karena terjatuh ke tanah yang padat, dia meringis kesakitan sembari memegang bahu kanannya yang tadinya mendarat terlebih dulu. Akhirnya dia berlari kembali ketika melihat dua orang mengikutinya.

---

Syukurlah Tuhan masih memihak Yiseul. Wanita itu masuk ke gedung yang memiliki banyak pilar, jadi dia bisa bersembunyi di salah satunya dan mengistirahatkan pergelangan kaki yang rasanya mau patah. Yiseul sempat melihat satu orang mengejarnya. Ia mengira orang itu sudah tidak bisa menyusul lagi, namun nyatanya satu orang itu pun masuk ke dalam, mencari-cari keberadaan Kim Yiseul diantara tiang bata yang tebal dan tinggi.

Kapten polisi itu sadar dia tidak bisa bersembunyi lebih lama, dia akan ditemukan tidak lama lagi jika tidak melakukan apa-apa. Jadi dia menyibak rok merah darahnya. Menunjukkan belati yang disimpan disana. Terikat dalam sabuk kecil yang dibuat secara khusus sehingga bisa diikatkan di atas lututnya.

Setelah memahami waktu yang tepat untuk bereaksi, Yiseul menyerang bagian kaki orang itu dari belakang. Membuat sayatan rapi di betis dan membuat darah mengucur dari lubang daging yang menganga itu.

Si pria sempat mendesis kesakitan. Akan tetapi, dia tidak goyah sama sekali. Kedua kakinya masih tetap mampu menahan tubuh bagian atasnya yang lumayan besar. Kemudian pria itu juga mengeluarkan salah satu belati miliknya sendiri. Mengambil kuda-kuda untuk menyerang.

Yiseul berdiri tegap, memastikan kakinya sudah siap untuk melakukan pertarungan jarak dekat.

"Kapten itu sempat bicara denganmu. Apa saja yang dikatakannya?", tanya pria itu dengan Bahasa Korea yang lancar.

Yiseul mengerutkan dahi kebingungan, "Kau bisa bahasa Korea? Siapa sebenarnya kalian?"

"Jawab pertanyaanku dulu, jalang"

"Dalam mimpimu", Yiseul menyeringai sebelum menerjang bersama dengan belati miliknya, menyerang bagian kepala.

Serangan itu ditangkis dengan baik. Mereka saling menghindar dan menikam. Figur Yiseul yang lebih kecil membuahkan keuntungan baginya. Ketika tangannya berada di jangkauan lawan, si pria lantas mengiris lengan bagian bawahnya. Tentu saja, wanita itu langsung terkejut dan sedikit kehilangan fokus. Otaknya otomatis mengalihkan konsentrasi ke luka yang baru terbentuk itu. 

Tapi Yiseul sadar jika dia lengah, maka selesailah sudah. Jadi dia berusaha untuk menahan rasa sakit itu dan menjegal kaki si pria supaya ia terjatuh. Sejauh ini itu berhasil. Ketika pria itu terjatuh, Yiseul menikam kedua bola mata si pria. Orang itu meronta dan dengan mengerikan berteriak kesakitan. Wanita itu bangkit tetap memegang pisaunya yang kini berlumuran darah milik orang lain.

Setelah itu, si pria bergerak dan berlutut. Dia terlihat marah besar. Dadanya naik turun mengambil nafas dengan tidak beraturan. Membuatnya beberapa kali lipat lebih menyeramkan dengan darah yang mengucur dari dua lubang matanya yang kini telah rusak.

JEWEL IN THE MIST [Day6 x Got7] | COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang