PAGE 51

108 20 3
                                    

Butuh kurang lebih tujuh jam perjalanan total yang harus dilalui dari Yeonje ke Jingwan. Kalau dilihat dari atas, ini adalah perjalanan dari ujung Selatan ke ujung Barat. Naik pesawat seharusnya lebih mudah, tetapi tidak mungkin rombongan sebanyak ini menunggu di bandara. Orang-orang jelas akan memperhatikan penampilan mereka.

Jadi mini bus ini akan menempuh perjalanan menuju stasiun kereta api selama dua jam. Sampai melewati kantor Yeonje-gu. Kemudian naik kereta dari stasiun Busan tepat jam dua belas siang, melewati delapan pemberhentian, kereta akan berhenti pada jam tiga sore. Belum selesai sampai disitu, mereka harus menaiki bis dan berhenti sebanyak tiga puluh lima kali. Mereka juga memilih untuk berpisah rombongan supaya tidak terlalu menarik perhatian orang sekitar.

Kalau sekolah menengah Hana, kuil Samchunsa, dan pintu gerbang Jingwansa sudah terlihat, waktunya untuk turun. Terakhir, mereka akan berjalan kaki selama lima menit untuk sampai ke pusat Jingwan-dong.

Syukurlah pada sore hari waktu setempat, kondisi jalan sedang agak sepi. Mungkin hujan gerimis ini juga menyebabkan orang-orang menunda kepulangan mereka dan menghabiskan beberapa menit mengerjakan pekerjaan tambahan. Demi membunuh waktu.

Tiga orang pemuda jangkung pun baru saja turun ke pemberhentian bis terakhir. Masih banyak pejalan kaki yang melihat mereka dengan pandangan aneh. Bukan karena curiga atau apa, tetapi karena penampilan mereka yang bisa dibilang tidak biasa.

Di musim panas ini, Dowoon terpaksa menggunakan sweater berwarna abu-abu tua. Kerah turtleneck-nya dia tarik ke atas sampai menutup mulut. Bambam seperti biasanya masih mengenakan jaket kulit dan kaos lengan panjang dibaliknya, Yugyeom memakai jaket bomber berwarna hijau gelap. Tidak lupa ketiganya ini menggunakan topi untuk menutupi wajah.

Sebuah langkah yang cukup bodoh karena seharusnya mereka berbaur dengan masyarakat, bukannya muncul dengan sembunyi-sembunyi dan salah kostum.

"Kenapa harus panas sekali sih", Yugyeom menyeka keringan tengkuknya dengan tangannya sendiri.

Bambam pun merasakan hal yang sama. Gerimis hujan dengan suhu yang panas bukanlah kombinasi yang bagus diluar sini, "Hei, aku juga kepanasan. Tahan saja sebentar"

Yugyeom hanya menghiraukan Bambam dan lantas beralih ke pemuda yang satunya lagi, "Dowoon hyung, bisa bertahan sebentar kan? Melihat bajumu rasanya aku mau nangis saja"

"Tidak apa-apa. Aku masih bisa tahan", Dowoon menjadi lebih diam sejak tadi pagi. Meskipun ketiganya sudah cukup akrab semenjak berangkat patroli bersama, tetap saja suasana canggung menyelimuti mereka karena waktu seakan tidak pernah kooperatif.

Tidak ada waktu ngobrol ringan yang cukup. Bahkan untuk mandi dan berganti pakaian saja tidak ada. Akhirnya mereka hidup dalam keterbatasan.

Yugyeom dan Bambam melirik satu sama lain setelah mendengar jawaban Dowoon. Keduanya tidak tahu lagi harus merespon dengan kalimat apa lagi. Jadi Bambam hanya merangkul Dowoon dan mengajaknya untuk bergegas menyusul yang lainnya.

Sekitar dua puluh menit berjalan, mereka sudah sampai dalam area tebing dan dataran paling tinggi di Jingwan. Teman-teman yang lain sudah menunggu disana. Tiga orang paling muda ini menjadi rombongan yang terakhir datang.

Jika biasanya Jaebum dan teman-temannya bisa menggunakan mobil van biasa, kali ini mereka harus menyewa sebuah mini bus karena rombongannnya bertambah. Jaebum tetap menempati kursi pengemudi dengan Youngjae yang membimbingnya.

Disisi lain, Mark dan Jae sudah membuka notebook masing-masing untuk beradaptasi dengan frekuensi sinyal di tempat ini.

Tanpa memakan banyak waktu, semua orang sudah sampai pada lokasi tujuan. Mereka turun satu-persatu dengan sabar. Tidak usah ditanya, mereka sangat kelelahan dan ingin segera istirahat.

JEWEL IN THE MIST [Day6 x Got7] | COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang