Meskipun dinilai modern, Korea tetaplah negara dengan luas wilayah kecil di seluruh penjuru Asia. Akan tetapi, Korea memiliki terobosan teknologi paling mutahir, pondasi militer terbaik, dan warga negara yang taat akan peraturan pemerintah pun individualis. Hingga pertanyaan pun bermunculan. Siapa yang ingin memangku tampuk paling tinggi di negara adidaya dengan rakyat yang mudah dimanipulasi?
Jika mengingat kejadian tiga tahun belakangan ini, sudah kelima kalinya seorang Kim Yiseul dipertemukan dengan kelompok yang sama. Hongkong, Singapura, Britania Raya dan Hamburg. Dari tempat-tempat besar itu, Ia tidak mengira bahwa Ibu kota Korea masuk ke dalam ranah aktivitas mafia besar.
Mereka tidak bernama tapi lebih sering dikenal sebagai kerajaan hitam. Seperti tidak terlihat dan bergerak hanya dalam bayangan, dengan anggota bak susunan batu kastil yang tidak akan goyah. Kim Yiseul sejujurnya mengenal kelompok pembunuh bayaran ini, dia tahu ciri-cirinya dan betapa licik cara kerjanya Tapi sayang dia tidak tahu apa tujuannya menyerang gedung utama Domestic Agent Forces, rumah dari intel-intel terbaik Korea.
"Ini laporan terbaru yang tim buat kemarin"
Yiseul mengalihkan pandangan kepada laporan yang tergeletak naas di meja. Suasana kantor kebetulan sedang sepi. Menyisakan guratan-guratan letih didalam wajah orang-orang dan aroma kafein yang sepertinya tidak akan hilang sampai fajar tiba. Wanita itu membenarkan posisi duduknya sehingga tubuhnya sempurna menghadap rekan kerjanya,
"Bagaimana perkembangan kasusnya?"
"Kami masih mendalami latar belakang pelaku dan sedang mencari kecocokan motif penyerangan dengan aksi kriminal beberapa tahun yang lalu. Sisanya masih belum ada perkembangan", anggota detektif itu menggelengkan kepala frustasi.
Yiseul menghembuskan napasnya keluar lewat mulut. Mencoba membebaskan beban yang ada dalam dadanya meskipun itu sia-sia, "Berapa jumlah agen yang gugur?"
"10 orang meninggal, 23 dari jumlah korban luka-luka terpaksa harus kehilangan tangan kanan mereka", jawab detektif pria itu.
"Tangan kanan?", tanya Yiseul.
"Iya, benar. Seperti sengaja dihancurkan"
"Apakah brankas uang tidak mereka sentuh?"
"Tidak"
"Apa ada sesuatu yang hilang? Data atau informasi terenkripsi mungkin?"
"Ada beberapa. Tapi setelah kami klasifikasikan, informasi yang menghilang cenderung acak, tidak mengarah ke suatu peristiwa tertentu, bu"
"Baiklah, kau boleh pergi"
Setelah eksistensi detektif itu tidak lagi ada di dalam ruangan, Yiseul beranjak dari tempat duduknya. Awalnya ia bermaksud untuk keluar ke balkon, menyegarkan pikiran atau mengalihkan pikirannya sejenak dari masalah ini. Akan tetapi, langkahnya dihadang oleh Lee Junhyeok, partner kepercayaannya yang sengaja ia rekrut untuk menyelidiki kasus ini.
Lee Junhyeok berdiri didepannya, sambil melipat tangan ia berteriak, "Kalian semua keluar dari ruangan!"
Sepertinya seorang Lee Junhyeok punya pengaruh yang cukup besar di lingkungan kantor. Seluruh penghuni divisi terorisme keluar dengan tergesa-gesa dari ruangan. Kecuali Yiseul yang kemudian mundur dan menopang tubuhnya ke pinggir meja kerja. Ia memandang pria itu dengan mata penuh tanya.
Junhyeok lantas menatapnya tajam, "Tidak usah memberiku tatapan seperti itu Petugas Kim. Kita berdua sama-sama tahu apa yang terjadi"
Junhyeok melangkah mendekat, "Hongkong, Britania Raya, dan Singapura. Tiga kali kita, kau dan aku, menghadapi kelompok yang sama, dan tiga kali pula kasus itu dibiarkan melewati Undang-Undang Pembatasan"
KAMU SEDANG MEMBACA
JEWEL IN THE MIST [Day6 x Got7] | COMPLETED
FanficGot7 x Day6 fanfiction Mystery, Crime, and Thriller AU Ketika berbohong akan tercipta kebohongan yang lain untuk menutupi dusta yang telah lalu. Kita semua hidup dalam kepalsuan. Semua yang nampak hanyalah ilusi dan delusi semata. Sebuah sekat denga...