PAGE 85

45 8 0
                                    

Sementara itu, di ring pertarungan yang lain, Hana yang mengetahui jika seluruh anak buahnya sudah mati, langsung berhenti di tengah jalan, tepat di jembatan yang ujungnya terpotong, seperti menghilang begitu saja. Sungjin pun tidak dapat mengontrol lajunya sehingga dia mencengkeram pundak Hana dan mendorongnya supaya jatuh satu level ke bawah, bersama dengan tubuhnya juga.

Ketika terjatuh, punggung Hana menghantam paralon besi sebelum akhirnya terjerembab bebas ke atas lantai. Sungjin juga tanpa sengaja membenturkan tangan ke bagian mesin di bawah sana. Tapi Sungjin merasa baik-baik saja karena dia mendarat dengan benar meskipun ada beberapa sendinya yang terasa sakit.

Hana masih bisa bangkit perlahan-lahan dengan bekas darah yang mengalir dari dahinya. Punggungnya terasa sakit luar biasa, tapi wanita itu tetap memaksakan diri untuk berdiri. Sungjin menggelengkan kepalanya tidak percaya akan Hwang Hana. Sampai kapan dia mau bertahan?

Pria itu hampir saja maju untuk menghadapi wanita itu lagi, tapi tiba-tiba saja tanahnya bergetar setelah suara ledakan samar terdengar. Suara itu tidak datang dari luar, tapi dari dalam tanah. Sungjin berpegangan pada mesin yang berdiri kokoh di sampingnya sembari membenarkan posisi earpiecenya supaya tidak terlepas.

"Jaebum-ah, ledakan tahap pertama sudah terjadi?"

Jaebum yang juga kesulitan pun menjawab, "Ya, kita harus keluar dari sini secepatnya"

Sebelum getaran itu bisa berhenti, Sungjin meneruskan niatnya untuk menghabisi Hwang Hana supaya wanita ini tidak lagi bertingkah. Pria itu mendekat dengan cepat, mendorongnya hingga memecahkan dinding kaca dan membuangnya dari cengkeraman.

Sepertinya usaha itu berhasil hingga punggung Hana menabrak dinding. Wanita itu jatuh dan terduduk. Sungjin menghampirinya dan mencengkeram kerah jas biru tuanya yang kini telah kusut.

"Teruskan saja, coba buat masalah lagi", Sungjin memarahinya layaknya anak remaja banyak tingkah, "Sekarang kau sudah tidak bisa berbuat apa-apa "

Hwang Hana tersenyum lagi dengan caranya yang aneh. Senyum itu meninggalkan rasa merinding bagi siapapun yang melihatnya. Bahkan Sungjin tidak paham harus merespon seperti apa ketika Hana justru menunjukkan giginya yang penuh darah. Darahnya mengalir keluar dari mulut, dagu, kemudian jatuh di kemeja putihnya yang masih bersih.

Sungjin masih bertanya-tanya ketika Hana justru tertawa kecil. Wanita itu seperti meremehkannya, dan Sungjin tidak suka itu. Secara tidak langsung dia merasa terancam karena Hana seperti memiliki rencana baru, dan Sungjin tidak tahu pertunjukkan apa lagi yang akan dibuat Hana.

"Kau benar juga", jawab wanita itu tepat di depan Sungjin yang memojokkannya, "Aku jadi ingin buat masalah lagi"

Karena Sungjin tidak memberikan jawaban, dia hanya menyerang Hana dengan tatapan sinisnya. Sedangkan wanita itu semakin ingin ketawa melihat Sungjin yang mencoba dengan terlalu berlebihan. Dia batuk beberapa kali untuk mengeluarkan darah, lalu kembali melakukan kontak mata dengan Sungjin.

"Kalau aku buat masalah, kau yakin bisa menyelesaikannya lagi?"

Dari lantai paling bawah, ajudan berbadan besar itu masih hidup. Dia masih bisa menggerakkan jari-jemarinya. Dengan cekatan dia mampu membuka kopernya dan menyentuh tombol peluncurannya. Tindakan itu berhasil lolos dari perhatian Jaebum karena dia terlalu sibuk untuk mencari jalan keluar di sekitarnya.

Begitu Jaebum melihat hal itu, dia juga terbelalak kaget. Tatapan ketakutan terasa nyata di wajah Jaebum. Yugyeom yang turut melihat kejadian itu dari lantai paling atas seketika melepaskan tembakan untuk membunuh si ajudan.

Jaebum berlari mendekati si pria yang telah jadi mayat itu. Dia memeriksa nadinya dan yakin jika orang ini sudah mati. Ketika melihat alat peluncur nuklir yang telah aktif, dia mengusap kepalanya dengan gusar dan penuh emosi. Seharusnya dia memastikan dulu apakah si pria sudah mati atau belum.

JEWEL IN THE MIST [Day6 x Got7] | COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang