PAGE 65

88 15 0
                                    

Suasana ruangan miliknya terlalu kering dan panas, membuat dirinya sulit untuk bernafas dengan nyaman.

Pada waktu itu, malam terasa terlalu menyengat. Bisa dilihat bulan di atas sana tidak ditemani lagi dengan segerombol awan. Di musim seperti ini, kaca jendela pun bisa menjadi panas, dia tidak mau menyentuh dan membukanya sekarang. Jadi, bergantung pada air conditioner  adalah satu-satunya pilihan.

Kang Jaemi tidak punya tujuan lain selain bersemayam di dalam ruangannya. Alasannya, profesor yang kebetulan suka mengomel itu memarahi Jaemi habis-habisan karena kemarin dia tidak bisa ditemukan dimana-mana. Jaemi masih terhitung 'kabur' karena tidak memberi surat ijin yang tertulis.

Setelah menghubungi teman perawatnya, teman itu bilang kalau pimpinan kardiologi marah besar. Jaemi sama sekali tidak menganggap pimpinannya berlebihan karena bantuannya sebagai dokter memang dibutuhkan sewaktu-waktu secara mendadak. Mangkir dari tugas adalah dosa besar bagi para dokter.

Karena masalah itu, pimpinannya sama sekali tidak mau bekerja dengan Jaemi. Apapun yang Jaemi lakukan serba salah di matanya. Bahkan berkeliling gedung saja atasannya bisa mencibir ria.

Jadi, inilah mengapa Jaemi cuma diam di dalam ruangan prakteknya sambil membaca buku yang kemarin belum habis dibaca.

Tetapi, dalam suasana yang sepi itu dia sama sekali tidak bisa berkonsentrasi membaca. Beberapa paragraf tidak bisa meresap ke dalam pikirannya sehingga dia harus membaca baris yang sama berulang kali. dia letakkan buku itu di meja dengan penuh emosi. Lalu dia sandarkan punggungnya, dan dia pejamkan matanya.

Lama kelamaan rasa kantuk mulai menjalar dalam otaknya. Hingga ketidaksadaran membungkus dan membawanya ke dalam mimpi yang sama.

---

"Unnie. Boleh ya? Temani aku"

Dua orang wanita sedang duduk di ruangan yang terlihat seperti ruang tidur camp militer. Satu orang memiliki perawakan lebih kecil dengan model rambut panjang yang dikepang satu. Lalu gadis yang lainnya mengenakan tank top berwarna hitam dan celana legging yang berwarna sama. Potongan rambut pixie menambah kesan dewasa padanya.

Si gadis dengan tubuh kecil bernama Kang Jaemi itu terus-terusan merengek karena ingin pergi keluar dari camp sementara waktu. Lantaran pada tahun baru, kembang api akan terlihat di seantero langit Incheon malam ini. Tentu saja karena peraturan karantina yang berlaku, gadis yang lebih tua itu menolak mentah-mentah.

"Aku tidak mau", ujarnya, "Kau mau kena hukum lagi? Kalau aku sih tidak ingin lari mengelilingi hangar pesawat sebanyak seratus kali"

"Tidak akan kok! Han Dongmin tahu jalan keluar baru, kali ini pasti tidak ketahuan"

"Baiklah, kalau begitu lakukan saja", balas gadis yang bernama Yoon Minseo itu, "Aku tidak akan melarangmu. Tapi kalau kena hukum, jangan menangis ya"

Kang Jaemi semakin mengerucutkan mulutnya sembari duduk di kasurnya yang keras. Dia memikirkan jika malam ini masih akan sama dengan malam-malam sebelumnya. Dia ingin tidur dengan tenang tapi itu pasti tidak mungkin. Setiap malam mereka akan selalu dibangunkan dengan berbagai macam cara aneh yang beragam. Kadang dengan suara tembakan, melempar bom asap beracun ke kamar, dan tidak jarang dengan cara ditodong senjata tajam. Setidaknya dia ingin keluar untuk melihat kembang api karena hal itu sedikit membuat hatinya senang.

Ketika Yoon Minseo sedang membasuh kakinya dengan air hangat dan handuk, pintu diketuk dengan keras dan terbuka bahkan sebelum pemilik ruangan menjawab. Siapa lagi kalau bukan Han Dongmin.

Pemuda yang masih berusia dua puluh tahun itu punya gaya yang serampangan, masih suka main-main, dan berbuat iseng. Meskipun dia adalah yang paling jenius, cerdik, dan cepat tanggap, membuat masalah sudah seperti hobi baginya.

JEWEL IN THE MIST [Day6 x Got7] | COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang