PAGE 57

87 19 3
                                    

Semuanya sedang ribut, baik orang-orang di tempat persembunyian maupun yang sedang memata-matai wilayah hutan Seoul.

"Park Jaehyung jangan bercanda!"

Sudah beberapa kali seorang Jae mendapatkan amukan seperti ini pada satu waktu. Suara Jaebum masih menggema dalam telinganya setelah mendapat teriakan seperti itu. Padahal Jae hanya memberitahukan tentang tanda peringatan itu dan menyuruh mereka untuk tidak bergerak terlebih dahulu.

Mungkin Jaebum mencuri dengar dari ponsel Hyunsik.

Tapi memikirkan hal itu sekarang tidak penting. Sesaat setelah seruan Jaebum, Hyunsik di sana masih tetap mencoba menenangkannya. Sepertinya ponsel itu berhasil direbut kembali oleh Hyunsik.

"Jae, kau benar-benar tidak bisa mengetahui apa yang terjadi di sana?", tanyanya.

Jae menggigit bibir bawahnya tanda gugup, "Sudah ku katakan beberapa kali, aku tidak bisa! Alat itu hanya alat pelacak! Bukan alat ajaib yang bisa tercipta dalam semalam!"

Setelah Jae meletakkan ponsel di atas meja dengan murka, Sungjin mengambil alih sambungan itu.

"Hyung, kami tidak bisa memberitahu apapun selain lokasinya. Tolong tetap di posisi sesuai petunjuk Jae, kami akan tetap memantau keadaannya. Saat ini alat itu masih menyala, jadi jangan khawatir"

"Aku juga maunya tidak khawatir Sungjin-ah", jawab Hyunsik, "Tetapi kami baru saja mendengar beberapa suara tembakan yang samar terdengar"

---

Satu hal yang berhasil dia lihat ketika membuka mata adalah terik matahari sore yang tertutup sebagian oleh rindainya pepohonan. Dia bisa menyaksikan cahaya itu menyinari partikel-partikel udara yang berterbangan di udara.

Dia tahu jika malam akan datang karena langit sudah mulai bertransformasi menjadi gelap, tetapi dia tidak tahu pasti pada pukul berapa dirinya sadar.

Saat itulah Dowoon mengingat segala hal yang terjadi di bandara sebelumnya. Lehernya seperti ditusuk dengan sebutir benda mirip peluru. Benda itu juga menancap dengan kuat dan lama kelamaan menyedot seluruh daya kesadarannya.

Kepalanya luar biasa sakit. Dia mencoba bangkit tapi usahanya menjadi sia-sia belaka. Selain karena pening yang awet, kedua tangan yang terikat juga menjadi sebab badannya susah untuk digerakkan.

Hal yang terjadi berikutnya adalah seseorang menarik kerah bajunya dari belakang dengan paksa. Tubuhnya ditarik ke atas, membuatnya terduduk lemas tanpa bisa melihat segalanya dengan jelas.

Masih dengan posisi yang sama, seseorang yang menarik kerahnya tadi mengangkat satu tangan dan menamparnya dengan amat sangat keras.

PLAK!

"Bangun"

Kata-kata pria itu menghantui alam bawah sadarnya. Memaksa untuk kesadaran Dowoon supaya kembali ke permukaan.

Dowoon mengerjap-ngerjapkan matanya berulang kali. Dia bisa memandang jelas wajah pria yang menyadarkan dirinya. Pria itu tidak punya rambut, kepalanya botak licin dan memilki semacam guratan bekas luka.

Dia memakai pakaian layaknya preman yang tinggal di jalanan. Kaos, celana penuh sayatan, dan atribut lain yang tidak penting. Lalu pria itu membuang kerah Dowoon dengan cukup keras, membuat sang empunya terdorong kebelakang.

Dengan posisi tangan terikat di depan, Dowoon berhasil menemukan Mark dan Yiseul yang masing-masing memiliki luka di wajahnya.

Bibir bawah Yiseul terlihat sobek dan mengeluarkan darah. Kemudian Mark yang sekarang memiliki memar keunguan di sebelah matanya meludah dengan penuh emosi di atas tanah.

JEWEL IN THE MIST [Day6 x Got7] | COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang