HYT 15

927 25 3
                                    

Alfa tidak memerhatikan pelajaran yang di depannya. Alfa masih memikirkan kejadian tadi pagi. Ia selalu berfikir apakah ia bisa merebut hati nata.

Setelah mengingat semua kejadian yang dilihat alfa. Alfa mulai menyusun potongan-potongan adegan nata dan dika. Sekarang alfa tau bahwa dika orang yang penting bagi nata.

Tidak terasa bel istirahat berbunyi. Membuat alfa sadar akan lamunannya. Erik dan rendi menghampiri alfa di mejanya.

"Al, kantin yuk" ajak erik

"Males" jawab singkat alfa

"Yah gak seru, nanti siapa yang gue kerjain selain lo" melas rendi. Rendi paling suka menjahili alfa. Apalagi melihat ketakutan alfa tentang tomat.

Pletak

"Jadi lo ngajak ke kantin buat kerjain gue"
Marah alfa. Dalam keadaan yang sedang tidak baik membuat alfa cepat marah. Biasanya alfa hanya memukul kepala trendi dan tidak semarah seperti ini.

"Lo kenapa sih al, biasanya rendi emang suka bilang gitu. Kenapa lo marah begitu" kata erik.

Erik baru melihat kemarahan alfa kepada rendi. Biasanya mereka hanya bercanda. Tapi kenapa sekarang alfa memasukannya ke dalam hati.

"Udah gue gak papa rik. Makasih udah belain gue. Jadi terharu" lebay rendi sambil meluk erik

"Lepas, gila jijik gue"

Rendi melepaskan pelukannya. Lalu cemberut.

"Jangan kayak gitu, jijik gue" erik bergidik melihat rendi. Ia menjaga jarak agak jauh dengan rendi. Kalau tau seperti ini erik tidak akan membela rendi. Pasti erik membiarkan rendi dimarahi alfa.

"Maaf" suara itu menghentikan rendi dan erik.

"Lo ada masalah? Cerita sama kita" erik menepuk bahu alfa. Mengingatkan alfa bahwa masih ada dirinya dan rendi yang siap membantu.

"Betul betul betul"

rendi mempraktekan suara kartun upin ipin yang selalu ditontonnya. Padahal sudah SMA tapi rendi masih sering menontonya. Kalau ditanya kenapa nonton kartun upin ipin pasti ia jawab 'kalo nonton sinetron cape hati. Masalahnya gak selesai-selesai"

"Gue udah berjuang tapi, gue kadang mau nyerah liat dia sama orang lain. Gue berjuang sakit nyerah juga makin sakit. Gue harus apa?"

"Berjuang. Sebelum janur kuning melengkung di rumahnya ana, lo harus tetep berjuang"

"Gimana kalo gue pasang aja janur kuningnya di depan rumah ana. Biar lo berjuang sampe sini. Terus gak sakit hati deh. Gimana baguskan ide gue??"

Kalian pasti tau siapakah itu. Siapa lagi kalau bukan rendi.

"Bego" umpat alfa. Masalahnya saja belum selesai sekarang ditambah lagi dengan rendi. Orang yang selalu membuat geram dengan perkataan atau aksinya.

"Rendi anaknya bapak jamal dan ibu inayah. Lo udah sekolah berapa taun? Otak lo kemana? Pasti lo rendem sama rinso. Terus lo lupa pake ya sekarang?" kata erik sambil tersenyum menahan marah

"Gak, gue gak rendem otak gue. Emang bisa ya kalau gue copot otak gue terus di rendem biar bersih"

Alfa dan erik saling melirik. Kemudian mereka pergi meninggalkan rendi di kelas.

"Woy, tungguin gue" teriak rendi sambil berlari menyusul mereka

~~~~~

Sekarang mereka berada di kantin. Kantin hari ini tidak begitu ramai. Mungkin karena istirahat sebentar lagi selesai.

"Al liat tuh" tunjuk erik dengan dagunya.

Hati Yang TerlukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang