HYT 36

612 23 1
                                    

Di depan sebuah tanah. Terdapat nisan yang membuat nata diam. Begitu cepatkah tuhan memanggilnya. Sampai nata terlambat membawa ke rumah sakit?.

Tidak ada tangisan sama sekali. Semua orang telah pergi. Hanya nata seorang berdiri di depan kuburan yang masih basah. Amel sudah membujuknya, tapi nata membentak dan tak mau pulang.

Mata nata tajam. Wajahnya datar. Senyumnya hilang. Semuanya kembali menjadi lebih buruk dari tiga tahun yang lalu.

"Pah, nata gak nangis. Nata akan tepatin janji nata" tangan nata terkepal kuat. Andai saja ia kuat mungkin ini tidak akan terjadi.

Bahkan roy seperti hilang di telan bumi. Ia pergi entah kemana. Nata tidak memikirkan balas dendam. Karena baginya itu hal yang percuma. Papanya tidak akan kembali dan akan menimbulkan dendam lainnya.

Nata hanya berfikir akan menjadi kuat. Ia tidak mau ditindas. Karena yang kuat yang berkuasa. Nata pergi dari pemakaman umum.

Roy telah menghancurkan dunianya. Lebih kejam dari dika. Nata tak masalah jika ia menghancurkannya. Tapi, kenapa harus keluarganya. Begitu besarkah kesalahan raman sehingga roy seperti itu.

Nata telah mendengar penjelasan dari hadi sahabat raman. Roy hanya salah paham. Kesalah pahaman itu telah menghancurkan nata. Nata menyalahkan dirinya yang lemah. Kalau saja ia kuat, ia akan mencegah semuanya.

"Na, makan yuk" ajak amel ketika melihat nata telah pulang.

"Gak laper" jawab nata ketus. Perubahan nata membuat amel tau bahwa dengan cara ini nata meluapkan rasa sakitnya.

"Gue nginep disini ya. Besok kita sekolah bareng" dengan wajah ceria amel duduk di sebelah nata.

Tidak ada respon sama sekali. Nata tampak lebih acuh. Apakah hatinya beku? Meskipun nata telah berubah ia masih nata yang sama. Nata yang baik dan peduli. Namun sekarang sangatlah berbeda.

"Nata, gue tadi tanya soal alfa loh sama fatan"

Amel ingin melihat reaksi nata mendengar kata alfa. Biasanya nata akan cuek tapi ia penasaran. Sangat terlihat jelas mimik wajahnya bagi amel.

"Hn" nata pergi begitu saja.

Air mata amel menetes. Amel tidak melihat apapun dimatanya. Seakan nata telah mati. Hatinya telah beku. Tatapan nata bahkan sangat tajam. Apa yang terjadi dengan natanya?

Amel bertanya-tanya. Apa yang terjadi dengan raman. Sehinga nata seperti ini. Amel juga tidak melihat roy.

"Kenapa lo selalu pendem semuanya sendiri na? Apa gunanya gue sebagai sahabat? Kenapa lo harus kaya gini? Dari dulu gue gak pernah tau tentang lo. Gue gak mau lo pergi lagi kaya dulu. Cukup dulu aja lo berubah na. Tapi kenapa sekarang lo lebih berubah. hiks...hiks...hiks.."

Amel menutup kedua mukanya. Ia menangis melihat sahabatnya seperti ini. Nata sekarang lebih teras asing baginya.

Nata bersembunyi di balik tembok. Ia mendengar apa yang di ucapkan amel. Nata hanya diam. Lalu pergi dari sana.

"Alfa...ya, mungkin hanya alfa yang bisa bikin nata kembali. Gue tau na di balik dinginnya lo.  Lo masih nata yang hangat dan baik. Gue harus cari alfa"

Amel menghapus air matanya. Ia berdiri dan merapihkan pakaiannya. Ia harus tau di mana alfa. Karena alfa yang mampu membuat nata kembali. Semenjak kenal dengan alfa amel selalu memerhatikan nata. Setidaknya nata masih bisa tertawa dekat dengan alfa.

~~~~~

Fatan tidak bisa harus apa lagi. Alfa masih terbujur kaku di tempatnya. Fatan berencana memberi tau tentang alfa ke nata. Fatan tau bahwa alfa membutuhkan nata. Fatan siap mengingkari janjinya asalkan alfa kembali bangun.

Hati Yang TerlukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang