Nata melangkahkan kakinya ke tempat yang ia hindari. Berdiri di depan gerbang yang mewah. Sudah beberapa hari Nata tidak kesana.
Rumah tampak sepi tidak berpenghuni. Langkahnya semakin berat untuk masuk. Hatinya sakit ketika ingat tamparan itu. Rumah yang penuh dengan kenangan.
Apakah kebenaran akan terungkap dengan jelas? Nata menghela nafas berat. Memejamkan matanya sejenak. Kemudian menatap lurus ke depan.
Dengan perlahan Nata berjalan menuju gerbang. Bahkan Nata belum berganti pakaian. Ia masih menggunakan seragam sekolah.
Sepertinya satpam sedang tidak ada. Nata membuka gerbang dengan perlahan. Namun tetap menimbulkan suara decitan.
Dengan keteguhan hati Nata terus berjalan. Menengok kesana kemari. Apakah roy ada di rumah? Sungguh Nata muak melihatnya. Ingin rasanya Nata mencabik-cabik muka sok polosnya itu.
Nata meletakan tangannya di gagang pintu. Ia siap membuka pintu rumahnya. Namun suara berisik di dalam menghentikan kegiatannya.
"Roy, jujur sama mama apa yang terjadi? Mama tau ada yang tidak beres antara kamu sama Nata. Apa yang terjadi pada raman roy?" Dina memandang putranya dengan wajah memelas.
Roy menghela nafas pelan. Wajah sedihnya telah terlihat.
"Maaf"
Hanya sebuah kata yang keluar dari bibir roy. Tidak ada penjelasan apapun.
"Mama tidak tau apa yang terjadi. Tapi, ada satu hal yang harus mama kasih tau. Mungkin waktunya sudah tepat. Roy, maaf telah menyembunyikan semua ini sama kamu. Roy kamu sebenarnya bukan anak mama dan papa!" dina mengucapkannya sambil menangis.
Roy meskipun sudah tau kebenarannya. Namun hatinya sakit saat mendengarnya langsung dari dina. Roy hanya bisa memejamkan matanya.
Nata yang di depan pintu terkejut mendengar pengakuan ibunya itu. Meskipun pa hadi sudah menjelaskannya Nata tidak mau percaya begitu saja. Tapi sekarang Nata meyakini semuanya.
"Ada rahasia besar yang harus kamu tau sejak dulu. Tapi mama takut kamu pergi ninggalin mama. Dulu....."
Dina mulai menceritakan semuanya. Tentang kesalah pahaman atas kematian ayahnya roy.
Roy limbung mendengar pengakuan itu. Roy berjalan mundur selangkah demi selangkah.
Nata melepas pegangannya dari gagang pintu. Ia lari keluar rumah. Nata teringat akan ayahnya yang jatuh tepat di depannya. Nata lari meninggalkan rumahnya. Entah kemana ia akan pergi.
Sedangkan roy ingat ucapan raman terakhir kali sebelum jatuh. Raman sempat membuka matanya perlahan dan mengucapkan kata-kata yang membuat roy tidak tenang.
Sekarang semuanya telah jelas. Roy sudah tau kebenarannya. Lalu apakah bundanya akan baik setelah mendengar itu?
'Kamu pasti sudah tau roy tentang ayahmu. Kalau dengan kepergian papa membuatku bahagia. Papa ikhlas, papa sayang kamu roy putra papa'
Raman tersenyum melihat ke arah roy. raman menjatuhkan dirinya sendiri. Roy hanya bisa menatap linglung raman yang jatuh.
Bayangan itu teringat jelas di otak roy. Roy tidak mampu menjawab apapun tentang semuanya. Roy melangkahkan kakinya keluar. Tanpa berkata apapun roy pergi.
"Roy!!!" teriak dina saat roy pergi. Itulah yang dina takutkan saat semuanya terungkap. Roy pergi meninggalkannya. Roy sudah dina anggap sebagai putranya sendiri.
~~~~~
Nata berjalan dengan linglung. Matanya sembab. Pipinya basah. Rambutnya kusut. Pandangannya kosong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hati Yang Terluka
RandomKetika hati yang terluka karena cinta. Bukan mulut yang bicara melainkan air mata yang meluncur begitu saja. Anatasya andika wijaya gadis polos yang berubah karena penghianatan dan perpisahan kedua orangtuanya. Ia merasa hidupnya sebatangkara. Ketik...