Serly menggelengkan kepalanya. Tidak mungkin semuanya. Serly membuang surat itu. Ia menutup mukanya dengan kedua tangan. Matanya terpejam untuk mencerna semuanya.
Bahkan Serly sampai menangis. Apa benar tulisan itu. Apa dia sekarang gila?
"Apa aku sakit? Dia bukan Fatan? Gak mungkin! Dia Fatan selamanya akan jadi fatan" ucap serly berbicara sendiri
Serly mengusap air matanya. Untuk apa menangis. Serly harus mendapatkan apa yang dia inginkan.
Apa yang menjadi miliknya harus menjadi miliknya. Siapapun yang akan mengambil miliknya akan serly hancurkan.
"Mulai detik ini. Dia adalah Fatan"
Serly mengambil surat itu. Serly adalah orang yang cerdas. Dia bisa menirukan berbagai tulisan. Sampai tidak ada yang mengenalinya.
Serly menggambil pulpen dan kertas. Ia akan menulis.
Dengan senyum merekah Serly mulai menulis. Mengganti beberapa kata yang ada di dalam surat.
~~~
Pagi-pagi sekali Serly sudah ada di rumah Alfa. Serly melihat surat yang ia tulis kemarin.
Serly menunggu Alfa di ruang tamu. Tanpa menunggu lama akhirnya Alfa datang.
Serly sangat senang melihat Alfa. Serly berjalan ke arah Alfa. Tapi Alfa malah menghindari Serly dan berbalik ke arah lain.
"Fatan, ayo berangkat bareng. Serly udah bawa makanan buat kita berdua" Kata Serly sambil mengangkat kotak makannya.
Tanpa menjawab Alfa pergi untuk sarapan. Serly agak kecewa karena Alfa mengabaikannya.
Tapi Serly berusaha untuk tetap tersenyum. Dia ingat apa yang telah direncanakan.
Serly menghampiri Alfa. Serly melihat bahwa kedua orang tua Alfa tidak ada di rumah.
Sedangkan Alfa masih sarapan dengan tenangnya. Serly berjalan pelan dan segera pergi.
Tujuannya kali ini adalah kamar Alfa. Serly selalu melihat kesekeliling. Ia masuk ke kamar Alfa.
Serly mencari komik yang kemarin. Ia membuka komiknya dan menaruhnya di lantai.
Kemudian meletakan surat yang ia telah tulis untuk Alfa.
Senyum puas terbit di bibir Serly. Mengingat apa yang ia tulis kemarin.
"Gak ada lagi yang namanya ana. Cukup hanya ada nama serly seorang"
Serly berbalik dan pergi. Ia kembali di nama tadi ia duduk. Alfa baru saja selesai sarapan hanya melihat Serly sekilas.
Alfa mengabaikan Serly dan pergi kamarnya mengambil tas.
Saat membuka pintu. Alfa mengambil tasnya. Ketika Alfa melangkah keluar ia menginjak buku.
Ternyata buku kominya dan ada sebuah surat di atasnya. Alfa ingat bahwa ini adalah surat yang Nata berikan kepadanya.
Alfa memgambil buku dan suratnya. Alfa ragu-ragu untuk membaca surat Nata.
Setelah itu Alfa duduk. Ia perlahan membuka surat Nata.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hati Yang Terluka
SonstigesKetika hati yang terluka karena cinta. Bukan mulut yang bicara melainkan air mata yang meluncur begitu saja. Anatasya andika wijaya gadis polos yang berubah karena penghianatan dan perpisahan kedua orangtuanya. Ia merasa hidupnya sebatangkara. Ketik...